backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Jerawat Pustula (Jerawat Nanah)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 17/05/2023

Jerawat Pustula (Jerawat Nanah)

Apa itu jerawat pustula (jerawat nanah)?

Pustula adalah benjolan kecil di permukaan kulit yang berisi nanah, sehingga dikenal pula dengan sebutan jerawat nanah.

Jerawat ini muncul sebagai benjolan yang ukurannya lebih besar dari komedo dengan puncak berwarna keputihan dan kulit sekitarnya berwarna kemerahan. 

Umumnya, jerawat bernanah ini muncul di area wajah. Namun, bagian tubuh lainnya yang cenderung berminyak juga dapat diserang jerawat ini, seperti dada dan punggung.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Sama seperti jenis jerawat lainnya, jerawat pustula dapat terjadi pada siapa saja. Namun, jerawat yang termasuk kategori jerawat inflamasi ini paling sering menyerang remaja pada masa pubertas. 

Meski begitu, orang dewasa juga dapat mengalami masalah kulit ini akibat berbagai faktor. Untuk mengurangi risiko kemunculannya, hindari berbagai faktor pemicunya.

Tanda dan gejala jerawat pustula

jerawat di dagu

Jerawat nanah memiliki tanda yang berbeda dengan bentuk jerawat lainnya dan terkadang berbeda pada setiap orang. Namun, jerawat pustula umumnya menimbulkan gejala sebagai berikut.

  • Ada benjolan besar yang lebih besar dari komedo.
  • Benjolan berdiameter sekitar 5 – 10 millimeter.
  • Bagian puncak benjolan berwarna putih, seperti komedo tertutup.
  • Kulit di sekeliling jerawat tampak memerah akibat peradangan.
  • Terasa nyeri saat benjolan disentuh.
  • Muncul pada area wajah, leher, punggung, bahkan jerawat di vagina.
  • Terkadang muncul bersamaan dengan jerawat papula.

Kemungkinan ada pula tanda atau gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika ada kekhawatiran pada tanda dan gejala tertentu, konsultasikan pada dokter.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Bila pengobatan rumahan yang dilakukan tidak kunjung membuat jerawat pustula membaik, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. 

Hal ini juga berlaku ketika penyakit kulit tidak menular ini menimbulkan rasa tidak nyaman yang mengganggu. Terlebih lagi ketika Anda telah menggunakan obat jerawat tertentu dan kulit menjadi kemerahan, gatal, dan terasa terbakar. 

Jika kondisi ini terjadi, hentikan pemakaian obat agar jerawat tidak semakin parah. Kondisi tersebut kemungkinan menandakan adanya iritasi atau alergi terhadap obat

Apabila jerawat yang pecah menyebabkan rasa nyeri, infeksi mungkin sudah terjadi. Selain itu, perawatan dokter juga akan diperlukan terutama ketika jerawat bernanah diikuti oleh gejala lain, berupa:

  • demam,
  • kulit di sekitar jerawat terasa hangat dan lembap, serta
  • mual, muntah, dan diare.

Penyebab jerawat pustula

Tidak jauh berbeda dengan penyebab jerawat lainnya, jerawat nanah terbentuk akibat penyumbatan pori-pori.

Pori-pori yang seharusnya merupakan pintu keluar sebum (minyak) dan keringat menjadi tertutup akibat penumpukan sel kulit mati.

1. Penyumbatan pori-pori (folikel rambut)

Jika sebum yang dihasilkan kelenjar sebaceous (sebasea) berlebihan, sebum berlebih tidak akan dapat keluar karena bukaan pori-pori yang menyempit. Akibatnya, sebum dan sel kulit mati terjebak di dalam pori-pori. 

Kondisi ini yang nantinya menyebabkan bakteri penyebab jerawat di permukaan kulit (P. acnes) memakan sebum dan terus berkembang biak. Bakteri yang tumbuh ini dapat memicu infeksi, sehingga tubuh membentuk perlawanan berupa zat peradangan. 

Alhasil, peradangan tersebut membuat dinding pori-pori jadi rusak dan ukuran jerawat bernanah menjadi membesar serta membengkak. 

2. Reaksi alergi

Selain penyumbatan, jerawat pustula terkadang dapat muncul akibat reaksi alergi terhadap makanan atau gigitan serangga beracun. Adanya nanah pada jerawat ini terbentuk dari sel darah putih.

Sel darah putih adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang kalah dan mati melawan infeksi dari bakteri dan kotoran yang menyumbat pori. Akibatnya, benjolan besar berisi nanah ini pun muncul dan mengiritasi kulit di sekitarnya. 

Faktor risiko jerawat pustula

Penyumbatan pori yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan penumpukan sel kulit mati tidak terjadi begitu saja.

Ada berbagai faktor yang dapat memicu seseorang terkena jerawat bernanah, antara lain sebagai berikut.

  • Perubahan hormon androgen yang memicu aktivitas kelenjar sebaceous dalam memproduksi sebum lebih banyak.
  • Genetik, salah satu atau kedua orangtua memiliki masalah jerawat.
  • Orang dengan masalah kulit, seperti eksim tangan (dishidrosis) atau psoriasis.
  • Penggunaan obat yang mengandung kortikosteroid, testosteron, atau lithium.

Diagnosis jerawat pustula

Umumnya, diagnosis jerawat pustula dilakukan lewat pemeriksaan kulit secara langsung. Hal ini bertujuan agar dokter dapat menentukan pengobatan jerawat berdasarkan tingkat keparahan. 

Setelah pemeriksaan awal, dokter mungkin akan merujuk Anda ke dokter spesialis kulit ketika kondisinya cukup parah.

Dengan begitu, dokter dan Anda dapat mencegah keparahan terus berlanjut sekaligus mempercepat pemulihan kulit dari jerawat. 

Pengobatan jerawat pustula

obat jerawat

Jika dokter telah mendiagnosis tingkat keparahan pustula yang Anda alami, biasanya mereka akan merekomendasikan sejumlah pilihan pengobatan untuk jerawat, yaitu sebagai berikut.

1. Obat topikal jerawat

Salah satu jenis pengobatan yang sering direkomendasikan dokter untuk mengatasi jerawat, terutama pustula adalah obat topikal jerawat.

Perawatan ini biasanya tersedia dalam berbagai bentuk, seperti pembersih wajah, losion, krim, dan gel.

Kebanyakan obat jerawat ini memiliki satu atau beberapa bahan aktif. Selain itu, obat topikal jerawat pun dapat diperoleh secara bebas maupun dengan resep dokter.

Berikut ini beberapa senyawa aktif yang ada di obat jerawat.

  • Benzoil peroksida untuk membunuh dan menghambat bakteri penyebab jerawat.
  • Asam salisilat untuk mengangkat penumpukan sel kulit mati yang menyumbat pori.
  • Retinoid untuk membersihkan pori-pori dan mencegah produksi minyak berlebih.
  • Keratolitik untuk mengelupas permukaan kulit.

Selalu gunakan obat topikal jerawat sesuai aturan pakai dan instruksi dari dokter. 

2. Antibiotik

Jika perawatan tidak menunjukkan hasil yang efektif selama 6 hingga 8 minggu, dokter akan merekomendasikan pengobatan tambahan dengan antibiotik. 

Antibiotik untuk jerawat biasanya digunakan bersama dengan benzoil peroksida. Hal ini bertujuan agar senyawa aktif tersebut lebih ampuh dalam membunuh bakteri penyebab  jerawat pustula. 

Meski begitu, pengobatan ini tidak boleh dalam jangka panjang karena dapat menyebabkan resistensi antibiotik.

Bila jerawat bernanah terlihat membaik, penggunaan antibiotik akan dihentikan dan hanya benzoil peroksida atau asam salisilat yang akan dipakai. 

3. Terapi fotodinamik

Pada kasus jerawat pustula yang parah, dokter mungkin akan menganjurkan terapi fotodinamik (PDT). Terapi PDT adalah salah satu pengobatan yang membantu mengobati jerawat yang parah.

Pada saat terapi ini berlangsung, daerah kulit yang berjerawat akan diolesi larutan yang membuat kulit lebih sensitif terhadap cahaya.

Larutan tersebut biasanya akan menempel 15 menit hingga 3 jam. Kemudian, dokter kulit akan memakai laser atau cahaya untuk menghancurkan serta menghilangkan jerawat dan bekas jerawat agar kulit lebih halus.

Perawatan rumahan jerawat pustula

Tidak hanya obat dan perawatan dari dokter, pengobatan rumahan dan kebiasaan yang lebih sehat juga membantu Anda mempercepat proses pemulihan. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah jerawat pustula datang lagi. 

Di bawah ini adalah beberapa perubahan gaya hidup di rumah yang dapat membantu mengobati jerawat yang bernanah dilansir dari Medline Plus.

  • Rutin mencuci muka setidaknya dua kali sehari dengan sabun yang lembut.
  • Pilih pembersih wajah yang mengandung benzoil peroksida atau asam salisilat.
  • Hindari menggosok atau mencuci kulit berulang kali.
  • Bila kulit kepala berminyak, cuci rambut setiap hari.
  • Hindari penggunaan produk yang mengandung alkohol, seperti toner.
  • Batasi pemakaian kosmetik berbahan dasar minyak.
  • Oleskan lidah buaya ke area jerawat untuk mengurangi peradangan.
  • Tidak memencet jerawat agar lapisan kulit tidak rusak dan meninggalkan bekas.
  • Menggunakan masker sesuai dengan jenis kulit.
  • Kelola stres dan hindari makanan pemicu jerawat, seperti makanan manis.
  • Selalu bersihkan riasan sebelum tidur di malam hari.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 17/05/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan