Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Hematochezia adalah kondisi di mana feses (tinja) mengandung darah. Hematochezia sebenarnya bukanlah penyakit, tetapi lebih kepada gejala yang menandakan adanya perdarahan pada saluran cerna.
Penyakit yang mendasari munculnya darah di feses bervariasi, dari ringan hingga parah. Maka dari itu, penting bagi Anda untuk melakukan pemeriksaan bila mulai mengalami kondisi ini agar tidak berujung kepada komplikasi yang mengancam jiwa.
Siapa saja bisa mengalami hematochezia, baik tua maupun muda. Namun, kondisi ini kebanyakan ditemukan pada pria dibandingkan wanita.
Penyakit seperti divertikulitis dan penyakit vaskular (pembuluh darah) yang dapat memicu perdarahan pada saluran cerna lebih umum dialami oleh pria. Namun, tidak menutup kemungkinan hal ini dialami oleh wanita.
Sebenarnya, terdapat dua jenis perdarahan yang muncul pada tinja, yaitu hematochezia dan melena.
Sebagai pembeda, tinja melena berwarna hitam dan lengket. Sementara itu, darah pada hematochezia masih segar dan berwarna merah. Darah bisa keluar secara terpisah atau telah tercampur dengan tinja.
Gejala lain yang mungkin akan menyertai yaitu:
Kembali lagi, gejala yang ditimbulkan bisa berbeda-beda, tergantung dengan penyakit yang mendasarinya. Misalnya, bila hematochezia disebabkan oleh penyakit infeksi, pasien juga bisa saja mengalami demam.
Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami gejala diatas. Apalagi bila terjadinya secara tiba-tiba dan darah keluar dalam jumlah yang banyak, Anda mungkin membutuhkan penanganan darurat.
Perlu diketahui, hematochezia juga bisa berujung pada syok. Tanda-tandanya meliputi:
Masing-masing tubuh manusia bisa menghasilkan reaksi yang berbeda terhadap sebuah penyakit. Oleh karena itu, jika Anda khawatir akan gejala tertentu yang tidak disebutkan, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter.
Penyebab utama hematochezia yaitu gangguan pencernaan berupa perdarahan pada saluran cerna bagian bawah, yaitu di bawah ligamen Treitz, seperti usus besar, rektum, dan anus.
Di bawah ini berbagai kondisi yang mendasari perdarahan tersebut.
Ambeien atau wasir bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab BAB berdarah yang paling umum. Kondisi ini terjadi karena adanya gangguan dalam aliran darah.
Hal tersebut menyebabkan penumpukan pembuluh darah di dekat anus dan memunculkan pembengkakan. Pembengkakan ini bisa berdarah dan menimbulkan kondisi hematochezia.
Polip kolon merupakan gumpalan-gumpalan keci yang tumbuh di usus besar.
Kemunculan polip ini bisa menyebabkan perdarahan pada rektum, alhasil feses yang dikeluarkan pun mengandung darah. Terkadang darah muncul dalam bentuk garis-garis merah.
Penyakit divertikulitis merupakan penyakit pencernaan berupa terbentuknya kantong kecil yang menggembung di dinding usus besar.
Bila salah satu atau lebih dari kantong-kantong tersebut meradang atau terinfeksi, maka akan menimbulkan perdarahan. Meradangnya kantong ini disebut divertikulitis.
Termasuk kolitis ulseratif yang bisa menyebabkan peradangan dan luka di usus besar dan rektum. Begitu juga dengan penyakit Crohn dan radang selaput saluran pencernaan.
Angiodysplasia merupakan kelainan berupa tumbuhnya jaringan abnormal pada sekum, bagian ujung usus besar yang dekat dengan usus buntu, dan kolon asenden, bagian usus besar yang terletak di sebelah kiri.
Jaringan atau lesi tersebut menimbulkan perdarahan pada saluran cerna sehingga membuat BAB berdarah. Biasanya, angiodysplasia menyerang orang berusia lebih dari 60 tahun dan terkadang tidak menimbulkan gejala.
Baik tumor jinak maupun tumor yang bersifat kanker pada usus besar dan rektum tetap dapat melemahkan lapisan saluran pencernaan dan menyebabkan perdarahan.
Untuk mendiagnosis penyakit yang mendasari perdarahan pada saluran cerna, dokter akan menemukan lokasi perdarahannya terlebih dahulu berdasarkan riwayat kesehatan Anda, termasuk obat yang pernah diminum dan riwayat penyakit yang pernah diderita oleh keluarga dekat.
Selanjutnya, Anda akan dirujuk untuk melakukan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaannya dapat meliputi prosedur berikut.
Bila penyakit tetap tidak dapat terdeteksi setelah melakukan prosedur minimal invasif, dokter akan melakukan pembedahan untuk melihat organ pencernaan Anda. Namun. hal ini jarang dilakukan untuk kasus hematochezia.
Seringnya, hematochezia hanya terjadi satu sampai dua kali dan berhenti saat buang air berikutnya. Namun, hal ini tergantung penyakit penyebabnya. Terkadang, ada beberapa pasien yang mengalami perdarahan berulang.
Maka dari itu, penanganan pertama yang akan dilakukan yaitu menghentikan perdarahan. Ada kalanya proses ini dilakukan sekaligus pada saat mendiagnosis penyakit melalui endoskopi atau kolonoskopi.
Dokter bisa saja menyuntikkan obat-obatan pada lokasi yang mengalami perdarahan. Bila Anda menjalani angiogram, ahli radiologi juga mungkin akan menyuntikkan obat-obatan atau bahan lain ke dalam pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.
Setelah perdarahan terkendali, Anda akan diberi perawatan sesuai dengan penyakitnya. Bila hematochezia disebabkan oleh IBD, dokter akan memberikan obat-obatan minum untuk mengatasi peradangan dan mencegah kemungkinan perdarahan berulang.
Bila penyebabnya polip atau wasir, dokter akan melakukan prosedur pengangkatan dengan endoskopi atau menggunakan alat panas.
Hal yang terpenting, Anda tidak boleh sembarangan meminum obat bila belum mengetahui penyakit yang mendasarinya.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar