backup og meta

Distensi Abdomen

Distensi Abdomen

Pernahkah Anda merasa perut kembung hingga membuat Anda tidak produktif menjalani aktivitas harian? Ini bisa menandakan distensi abdomen, yakni kondisi yang membuat perut terasa penuh dan tampak lebih besar daripada biasanya.

Cari tahu apa saja penyebab hingga cara tepat mengatasi distensi perut pada penjelasan berikut.

Apa itu distensi abdomen?

Distensi abdomen adalah kondisi ketika perut terasa membesar, kencang, atau kembung umumnya karena gas, cairan, atau masalah organ dalam.

Meski terlihat sepele, distensi perut bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama ketika disertai rasa sakit atau gangguan pencernaan lainnya. 

Kasus distensi perut pun cukup sering terjadi. Menurut penelitian yang dipublikasikan jurnal Clinical Gastroenterology and Hepatology, sekitar 16% – 31% orang dewasa pernah mengalami distensi abdomen.

Walaupun tidak selalu berbahaya, perasaan perut penuh angin ini bisa sangat membuat tidak nyaman. Jadi, penting bagi Anda untuk mengetahui langkah penanganan yang tepat.

Tanda dan gejala distensi abdomen

penyakit usus halus pendek

Gejala distensi perut sebenarnya cukup terlihat, tetapi sering dianggap sepele, seperti: 

  • perut terasa berat dan penuh, 
  • nyeri di area perut yang terasa ringan hingga intens, 
  • susah BAB atau sering kentut, 
  • mual dan muntah, hingga
  • penurunan nafsu makan. 

Bila tiba-tiba perut tampak buncit disertai dengan gejala-gejala di atas, sebaiknya Anda segera melakukan konsultasi dengan dokter.

Penyebab distensi abdomen

Lantas, apa saja yang bisa menyebabkan distensi perut?

Ada banyak faktor yang bisa memengaruhi kondisi ini, mulai dari kelebihan gas atau air hingga sensitivitas usus. Berikut penjelasannya.

1. Gas di usus

Penumpukan gas di usus sering menjadi penyebab utama distensi perut. Hal ini bisa disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak difermentasi secara sempurna.

Selain itu, kondisi seperti IBS (irritable bowel syndrome) bisa menyebabkan bakteri usus lebih aktif memproduksi gas.

2. Kandungan air yang tinggi di usus

Makanan tinggi fruktosa atau manitol juga bisa membuat lebih banyak air tertahan di usus kecil. Cairan berlebih akan membuat perut terasa berat dan tidak nyaman. 

3. Penumpukan isi usus besar

Sembelit bisa membuat sisa pencernaan tertahan lebih lama di usus. Hal ini bisa menghasilkan gas berlebih. Bila dibiarkan, produksi gas berlebih akan menyebabkan perut kembung. 

4. Pergerakan gas usus yang terganggu

Gas di dalam usus sebenarnya memiliki jalur keluar yang normal. Namun, gangguan pergerakan usus bisa menghambat refleks tubuh untuk mengeluarkan gas.

Akibatnya, gas terjebak di dalam usus dan menekan dinding usus. Hal ini membuat perut terasa penuh dan kembung dalam waktu yang lama.

5. Perubahan sensitivitas usus

Usus yang kurang sensitif terhadap tekanan bisa membuat sisa pencernaan tertahan lebih lama di dalam usus. Akibatnya, distensi abdomen terjadi dan perut terasa penuh meski tidak ada penumpukan gas.

6. Gangguan pada otot perut

Ketidakseimbangan kerja antara otot perut dan diafragma bisa memicu distensi perut.

Ini terjadi ketika otot diafragma terlalu kencang dan otot perut terlalu rileks sehingga gas tertahan di dalam perut. 

7. Menelan udara berlebihan

Aerofagia terjadi saat seseorang menelan udara berlebihan, misalnya karena makan terlalu cepat, mengunyah permen karet, atau minum dengan sedotan.

Udara jadi menumpuk di saluran pencernaan, menyebabkan tekanan pada usus, lalu membuat perut terasa penuh atau distensi abdomen. 

8. Faktor lainnya

Stres dan kecemasan bisa memperlambat proses pencernaan sehingga gas lebih mudah menumpuk di usus, menyebabkan distensi perut.

Selain itu, pertumbuhan bakteri berlebihan di usus kecil (SIBO) bisa menghasilkan penumpukan gas dan zat fermentasi lainnya.

Diagnosis distensi abdomen

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, dari evaluasi riwayat klinis, pemeriksaan fisik, dan mungkin tes laboratorium.

Beberapa hal yang biasanya diperhatikan oleh dokter di antaranya sebagai berikut.

  • Waktu pertama gejala muncul.
  • Pola gejala tertentu.
  • Hubungan keluhan dengan pola makan.
  • Penggunaan obat dan suplemen tertentu.
  • Riwayat operasi. 
  • Frekuensi dan pola buang air besar.
  • Faktor lain seperti sensitivitas usus, gangguan refleks viserosomatik, serta kemungkinan bakteri tumbuh berlebih di usus. 

Tes seperti ultrasound atau CT Scan juga dapat membantu dokter melihat kondisi pencernaan, apakah ada pertumbuhan mikrobiota yang abnormal, kelebihan cairan, atau penumpukan gas dalam perut. 

Selain itu, tes pernapasan hidrogen bisa digunakan untuk mengetahui penyebab gas berlebih. 

Pengobatan distensi abdomen

menu makanan ibu hamil hiperemesis gravidarum

Pengobatan distensi perut perlu disesuaikan dengan penyebab kondisi. Umumnya, berikut langkah penanganan yang bisa dianjurkan atau dilakukan oleh dokter.

1. Perubahan pola makan

Anda sebaiknya menghindari atau membatasi konsumsi kacang-kacangan, sayuran hijau, minuman bersoda, dan makanan lain yang bisa meningkatkan produksi gas di perut.

Konsumsilah makanan yang mudah dicerna seperti nasi, kentang rebus, atau ikan kukus untuk membantu menjaga kenyamanan perut.

2. Konsumsi probiotik dan enzim pencernaan

Suplemen atau makanan sumber probiotik bisa mengembalikan keseimbangan mikrobiota usus, terutama jika distensi disebabkan infeksi atau ketidakseimbangan bakteri usus.

Suplemen enzim pencernaan juga bisa meningkatkan kemampuan tubuh dalam mencerna makanan tertentu. Hal ini bisa membantu mengurangi produksi gas berlebih.

3. Terapi fisik dan latihan otot perut

Kondisi distensi abdomen yang disebabkan oleh kelemahan otot perut dapat diatasi dengan latihan fisik atau terapi tertentu.

Yoga, misalnya, dikenal efektif dalam meredakan tekanan di area perut dan memperbaiki fungsi pencernaan. Selain itu, peregangan ringan membantu meningkatkan sirkulasi darah di area perut.

Pada beberapa kondisi, terapi biofeedback yang melibatkan latihan pada tulang dan otot-otot perut dan dasar panggul bisa meringankan gejala distensi. 

4. Penggunaan obat-obatan tertentu

Jika distensi disebabkan oleh cairan berlebih, dokter mungkin akan meresepkan obat diuretik untuk mengurangi cairan.

Untuk kondisi sembelit, laksatif dapat digunakan untuk membantu melancarkan pergerakan usus. Gas berlebih di saluran pencernaan juga bisa diatasi dengan karbon aktif.

Pencegahan distensi abdomen

Mencegah distensi perut sebenarnya tidak terlalu sulit, terlebih jika Anda sudah tahu penyebab utamanya. Berikut hal yang bisa dilakukan untuk mencegah perut terasa penuh, kencang, dan buncit.

  • Perhatikan makanan yang jadi penyebab perut kembung.
  • Makan lebih pelan dan dalam porsi kecil.
  • Tambahkan waktu jeda di antara jam makan.
  • Minum cukup air setiap hari.
  • Tambahkan makanan tinggi serat dalam menu harian.
  • Konsumsi enzim pencernaan atau probiotik sebelum makan. 

Jangan abaikan gejala distensi yang berlangsung lama. Jaga kesehatan pencernaan Anda dengan pola makan sehat, olahraga, dan konsultasi dengan dokter jika perlu.

Rangkuman

  • Distensi abdomen adalah kondisi perut terasa kembung, penuh, kencang, dan tampak buncit yang menyebabkan ketidaknyamanan.
  • Penyebab distensi perut bisa berkaitan dengan penumpukan gas, kelebihan cairan, gangguan pergerakan usus, sembelit, gangguan otot perut, dan menelan udara berlebih.
  • Cara mengatasi distensi abdomen dilakukan sesuai penyebabnya. Ini meliputi menghindari makanan pemicu gas berlebih, konsumsi suplemen probiotik atau enzim pencernaan, penggunaan obat diuretik, laksatif, dan karbon aktif, serta olahraga yoga, peregangan otot, dan terapi fisik.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Abdominal Distension (Distended Abdomen). (2021). Cleveland Clinic. Retrieved 22 Nov 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/21819-abdominal-distension-distended-abdomen 

Lacy, B. E., Cangemi, D., & Vazquez-Roque, M. (2021). Management of Chronic Abdominal Distension and Bloating. Clinical gastroenterology and hepatology : the official clinical practice journal of the American Gastroenterological Association, 19(2), 219–231.e1. https://doi.org/10.1016/j.cgh.2020.03.056 

Understanding and managing chronic abdominal bloating and distension. (2021). Mayo Clinic. Retrieved 22 Nov 2024, from https://www.mayoclinic.org/medical-professionals/digestive-diseases/news/understanding-and-managing-chronic-abdominal-bloating-and-distension/mac-20511032 

Patient.info. (n.d.). Abdominal distension and bloating. Retrieved 22 Nov 2024 from https://patient.info/doctor/abdominal-distension-and-bloating 

Lembo, A., & Rao, S. S. (2020). Abdominal bloating and distension: Epidemiology, pathophysiology, and management. Clinical Gastroenterology and Hepatology, 18(9), 1849-1859. Retrieved 22 Nov 2024, from https://www.cghjournal.org/article/S1542-3565(20)30433-X/fulltext 

News Medical. (n.d.). Causes of abdominal distension. Retrieved from 22 Nov 2024, from https://www.news-medical.net/health/Causes-of-Abdominal-Distension.aspx

Versi Terbaru

29/11/2024

Ditulis oleh Nabila Azmi

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Kolik Abdomen, Nyeri Perut Parah yang Terjadi Berulang Kali

9 Makanan Penyebab Perut Kembung yang Sebaiknya Dihindari


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan