Hati alias liver memiliki banyak fungsi, salah satunya membuang racun dari tubuh yang dikenal sebagai proses detoksifikasi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Hati alias liver memiliki banyak fungsi, salah satunya membuang racun dari tubuh yang dikenal sebagai proses detoksifikasi.
Mengingat fungsi hati kerap bersinggungan dengan zat beracun, banyak produk detoks mengklaim dapat membersihkan organ ini dan menjaga kesehatannya.
Namun, apakah produk-produk detoks hati memang terbukti secara ilmiah?
Setiap hari, hati Anda berhadapan dengan racun dari polutan, pestisida, zat pengawet, bensin, obat-obatan, dan asap rokok.
Hampir semua yang Anda hirup dan telan pada akhirnya akan menjalani proses pembersihan (detoksifikasi) di dalam hati.
Organ ini memiliki banyak cara untuk membuang racun, misalnya dengan memecah zat beracun menjadi zat lain yang lebih aman atau membuangnya bersama empedu.
Hati terkadang menyimpan racun dalam sel-selnya untuk melindungi seluruh tubuh.
Saat terdapat toksin yang memasuki tubuh, hati akan mengalirkannya ke dalam saluran sinusoid.
Sinusoid terhubung dengan sel kekebalan tubuh yang disebut sel Kupffer. Sel Kupffer lalu memakan toksin, mencernanya, dan membuangnya keluar dari hati.
Jika hati tidak dapat melakukan detoksifikasi terhadap suatu racun atau zat kimia, organ ini akan menyimpannya dalam jaringan lemak.
Namun, proses penyimpanan toksin dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan kerusakan pada hati.
Detoks liver (liver detox) adalah program yang mengklaim dapat membuang racun dari tubuh, membantu menurunkan berat badan, atau menjaga kesehatan.
Program ini biasanya melibatkan beberapa hal berikut.
Sayangnya, berbagai metode maupun produk dalam program detoksifikasi hati belum terbukti secara ilmiah.
Selama fungsi hati masih berjalan dengan baik, tubuh Anda mampu membuang toksin tanpa bantuan produk atau suplemen apa pun.
Banyak produk detoks hati tersedia di pasaran dan bisa Anda beli secara bebas.
Akan tetapi, berbagai produk ini rata-rata tidak terdaftar dalam Food and Drug Administration (FDA) AS atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
Ini berarti belum ada jaminan atas manfaat dan keamanan produk-produk tersebut.
Penggunaan produk detoks hati tanpa pengawasan justru berpotensi menimbulkan efek negatif sebagai berikut.
Konsumsi suplemen secara sembarangan justru bisa semakin memberatkan kerja hati dalam membuang racun.
Akibatnya, jaringan hati Anda berisiko mengalami cedera atau bahkan kerusakan dalam jangka panjang.
Program detoksifikasi hati mengklaim dapat menurunkan berat badan.
Kenyataannya, kebanyakan orang sebenarnya mengalami kehilangan cairan tubuh, bukan lemak.
Saat Anda makan seperti biasa, berat badan Anda akan kembali dengan cepat.
Tidak ada bukti ilmiah bahwa detoks hati dapat menurunkan berat badan.
Sebaliknya, diet yang melibatkan detoks justru bisa memperlambat metabolisme tubuh sehingga penurunan berat badan menjadi lambat.
Selama menjalani detoks liver, Anda mungkin juga akan mengikuti pola makan khusus.
Sayangnya, pola makan tersebut belum tentu mengandung zat gizi yang lengkap.
Hal ini bisa menyebabkan malnutrisi (kekurangan gizi) pada wanita hamil dan penderita penyakit tertentu.
Enema merupakan teknik pembersihan usus dengan cara membuat Anda buang air besar. Teknik ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Jika Anda salah dalam melakukannya, enema bisa mengganggu fungsi usus besar.
Detoks hati sebenarnya lebih sederhana dari yang Anda kira.
Alih-alih memilih program detoksifikasi yang tidak terjamin manfaatnya, Anda bisa dengan mudah melakukannya secara mandiri, tanpa mengeluarkan biaya.
Berikut berbagai upaya detoksifikasi alami untuk membantu kerja hati menurut Johns Hopkins Medicine.
Jadi, cara terbaik untuk melakukan detoksifikasi tidak lain dengan menjaga kesehatan hati.
Bila hati Anda senantiasa sehat, organ ini tentu bisa berfungsi secara optimal menyingkirkan racun dan melindungi Anda dari penyakit.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar