Salah satu aspek perkembangan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan psikologi. Selain perkembangan fisik dan bahasa, perkembangan yang mencakup emosi dan sosial termasuk salah satu kunci tumbuh kembang seorang remaja. Lalu, bagaimana perkembangan psikologi atau emosi remaja dari tahun ke tahun? Simak penjelasannya berikut ini.
Apa yang dimaksud dengan psikologi remaja?
Masa remaja dikategorikan sebagai masa transisi yang dialami anak-anak untuk mencapai usia dewasa.
Pada fase ini, menurut Healthy Children, akan terjadi beberapa perubahan besar, baik pada perkembangan fisik hingga perubahan psikologis remaja.
Psikologi remaja mengacu pada kebutuhan atau perkembangan remaja yang mencakup sisi psikologis, yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu emosional dan sosial.
Kedua hal ini berhubungan karena adanya perubahan hormon serta saraf, sehingga remaja tidak hanya berkembang secara kognitif, tetapi juga memikirkan identitas diri serta hubungan sosial di sekitar.
Dilihat dari sisi psikologi, ada beberapa tahapan perkembangan remaja yang setidaknya perlu dicapai, di antaranya berikut ini.
- Terlihat menonjol serta mengembangkan identitas diri.
- Bisa beradaptasi agar diterima di lingkungannya.
- Mengembangkan kompetensi sekaligus mencari jalan untuk mendapatkannya.
- Berkomitmen pada tujuan yang sudah dibuat.
Tahapan-tahapan di atas berkembang seiring dengan pertambahan usia remaja.
Untuk itu, penting bagi orangtua untuk memahami tahapan perkembangan psikologi remaja sesuai usia sebagai cara mendidik anak remaja.
Perkembangan psikologi remaja usia 10–13 tahun
Apabila dilihat dari fase perkembangan remaja, usia 10 hingga 13 tahun merupakan fase early karena ia baru memasuki tahapan masa puber.
Maka dari itu, orangtua juga perlu mempersiapkan diri karena ia akan mengalami perubahan suasana hati serta perilaku yang berbeda dari biasanya.
Beberapa perkembangan psikologi pada remaja di usia 10 hingga 13 tahun di antaranya berikut ini.
- Masih memperlihatkan kedekatan serta ketergantungan dengan orangtua.
- Membuat kelompok bersama teman-teman terdekat.
- Mulai mencari identitas diri dan memperlihatkan kemandirian.
1. Perkembangan emosional
Saat anak berusia 10 tahun, perkembangan psikologi atau emosi remaja masih akan menunjukkan ketergantungannya pada orangtua. Namun, kedekatannya dengan teman-teman sebaya akan semakin menguat.
Bahkan, tekanan dari lingkungan pertemanan yang dirasakannya akan semakin besar. Begitu pula dengan identitas dirinya dalam sebuah pertemanan.
Meski begitu, pada usia ini, anak masih menganggap orang dewasa memiliki kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar. Hal ini membuatnya masih akan mengikuti aturan dan prinsip yang ada di dalam rumah.
Namun, Anda mungkin perlu mempersiapkan diri jika anak mulai mempertanyakan setiap aturan yang diberlakukan di rumah.
Di saat yang bersamaan, pada usia 11 tahun, ia mulai peduli dengan penampilan serta tubuhnya. Hal ini biasanya terjadi karena perubahan alami yang dialami oleh tubuhnya.
Namun apabila permasalahan ini tidak ditangani dengan baik, ada kemungkinan ia mengalami masalah tertentu, seperti gangguan psikologis remaja.
Jika ia tidak suka dengan tubuhnya, misalnya ia merasa tubuhnya terlalu gemuk, ia bisa saja melakukan diet sembarangan sehingga bisa berujung pada gangguan makan serta minder.
Pada perkembangan emosi remaja di fase ini, anak juga semakin menekankan identitas dirinya. Ini bisa dilihat melalui pakaian yang digunakan, musik yang didengarkan, film yang ditonton, atau buku yang dibaca.
Apabila dilakukan tanpa pengawasan, anak mungkin mulai berani mencontoh apa yang dilihatnya berdasarkan rasa penasaran.
Berada di usia 12 hingga 13 tahun, Anda juga bisa melihat perkembangan emosional atau psikologi remaja yang cukup signifikan.
Ini terlihat dari perubahan mood yang semakin menjadi-jadi. Satu waktu merasa bisa menaklukkan segalanya, di waktu lain anak merasa telah mengacaukan semuanya.
2. Perkembangan sosial
Pertemanan yang menguat dibuktikan dengan kesetiaan terhadap teman satu grup atau geng, sehingga menjadi lebih solid.
Pada anak usia 10 tahun, perkembangan psikologi juga ditandai dengan sisi kompetitif yang dimilikinya terhadap teman yang bukan termasuk di dalam perkumpulannya.
Di usia ini, anak perempuan akan lebih suka bermain dengan anak perempuan, begitu pula dengan anak laki-laki yang lebih nyaman bermain dengan anak laki-laki.
Akan tetapi, anak akan mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis, meski belum terlalu kentara.
Rasa ketertarikan itu bisa jadi pertanda dari masa puber. Dengan begitu, anak juga berpotensi mengalami perubahan suasana hati yang tak menentu.
Hal ini juga didampingi dengan kepekaan terhadap bentuk tubuh dan penampilannya.
Semakin bertambah usia, anak Anda akan lebih suka menghabiskan waktu bersama dengan teman dibanding dengan keluarga. Hal ini merupakan perkembangan psikologi anak usia 11 tahun.
Berada di usia 12 hingga 13 tahun, perkembangan sosialnya bisa bisa semakin terlihat ketika jiwa kepemimpinan anak mulai terbentuk.
Sebagai orangtua, cobalah dorong anak untuk lebih fokus dengan cara membantunya membuat suatu keputusan dan mendukungnya untuk berpartisipasi di komunitas atau kegiatan di sekolah.
Perkembangan psikologi remaja usia 14–17 tahun
Apabila dibandingkan dengan perkembangan anak usia 10 tahun, Anda bisa melihat ada perbedaan di perkembangan remaja fase middle ini.
Secara umum, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi remaja terlihat karena mereka mulai membangun identitas diri.
Tidak hanya itu, di rentang usia ini, remaja juga mulai memperlihatkan kemandirian agar tidak terus bergantung pada orangtua.
Berikut beberapa perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 14 hingga 17 tahun.
- Memperlihatkan kemandirian pada orangtua.
- Menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan orangtua.
- Mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis.
- Mempunyai kepedulian serta perhatian pada keluarga, teman, dan lawan jenis.
- Perubahan suasana hati yang tidak menentu.
1. Perkembangan emosional
Pada perkembangan anak usia 14 tahun, emosi remaja masih tergolong naik turun. Ia masih mempunyai suasana hati yang mudah berubah sehingga ada kalanya orangtua kewalahan dengan hal ini.
Di usia ini, Anda juga perlu mulai memberikan edukasi seksual karena anak mulai memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya.
Di usia ini pula anak akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko, sehingga Anda wajib mengajaknya berdiskusi mengenai hal-hal baru yang diketahuinya.
Sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah atau hendak dilakukannya.
Seiring bertambahnya usia, perkembangan psikologi atau emosi remaja juga mulai memperlihatkan kepedulian.
Simpati dan empati mulai terpupuk walau ada kalanya ia mempunyai sudut pandang berbeda.
Perhatikan apabila ia memperlihatkan perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan sehari-hari.
Bukan tidak mungkin apabila dalam perkembangan psikologi atau emosi remaja ia mengalami beberapa gangguan.
Beberapa masalah ini misalnya gangguan tidur, gangguan citra tubuh, krisis kepercayaan diri, sehingga berujung terjadinya depresi pada remaja.
Walaupun waktu Anda dengan anak menjadi lebih sedikit, tetap bangun komunikasi sehingga ia tidak merasa kehilangan arah.
2. Perkembangan sosial
Sudah disinggung sedikit di atas kalau pada fase ini anak mempunyai ikatan tersendiri dengan teman sebaya atau bahkan teman terdekatnya.
Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan terutama ketika ia mempunyai kesukaan yang sama.
Tidak hanya itu, bukan hal aneh apabila remaja lebih nyaman membicarakan masalah pada teman terdekatnya terlebih dahulu.
Hal ini pun berlanjut sampai di perkembangan anak usia 17 tahun karena ia tetap menjaga hubungan baik dengan sahabat.
Mungkin, hubungan orangtua dengan anak akan bergeser karena ini.
Namun, ada baiknya Anda tetap menjaga komunikasi agar hubungan tetap terjaga sehingga anak akan tetap mencari orangtua ketika sangat dibutuhkan.
Perkembangan psikologi remaja usia 18 tahun
Pada usia ini, perkembangan remaja sudah mencapai fase terakhir, yaitu late. Biasanya, sifat impulsif yang mereka punya menjadi lebih terkendali dibandingkan dengan usia sebelumnya.
Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia ini sudah lebih memikirkan risiko yang akan terjadi nantinya.
Berikut beberapa perkembangan psikologi remaja usia 18 tahun.
- Semakin membuka diri untuk memperluas pertemanan.
- Sudah memikirkan masa depan dan tujuan hidup.
- Mandiri dan membuat keputusan untuk diri sendiri.
- Mulai tertarik dan serius dalam hubungan lawan jenis.
1. Perkembangan emosional
Sebagai orangtua, Anda perlu memahami apabila setiap anak mempunyai tahapan perkembangannya masing-masing.
Begitu juga dengan perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 18 tahun ini.
Ada kemungkinan ia mulai sadar dan mengerti apa yang diinginkan. Apalagi, emosinya sudah berangsur-angsur menjadi lebih stabil.
Maka dari itu ia semakin yakin untuk mempertahankan kemandirian sekaligus mencoba dunia baru yang sudah lama diinginkan.
2. Perkembangan sosial
Kalau di tahapan usia sebelumnya para remaja lebih suka menghabiskan waktu bersama teman terdekat juga pacar, kini secara tidak sadar sudah mulai nyaman dengan orangtua.
Hal ini karena keterbukaan untuk menerima pendapat serta berkompromi dengan orang disekitar.
Tidak hanya itu, Anda juga sudah seharusnya mempersiapkan diri karena ada kemungkinan remaja mempunyai hubungan yang lebih serius dengan pacar.
Maka dari itu, penting untuk membangun komunikasi serta memberikan edukasi seksual sejak dini.
Tips menghadapi kondisi emosi remaja yang tidak menentu
Kesabaran setiap orang memang ada batasnya. Namun, sebagai orangtua Anda memiliki peran penting dalam kehidupan anak, termasuk pada perkembangan psikologi atau emosi remaja.
Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk melakukan hal-hal di bawah ini untuk membangun hubungan emosional orangtua dengan anak.
1. Menjaga komunikasi dengan anak
Walaupun tidak semua, tetapi ada sebagian remaja yang cenderung acuh tak acuh terhadap orangtua.
Kadang anak merasa sudah cukup besar sehingga memperlihatkan sikap seperti tidak membutuhkan peran Anda.
Namun, tetap jaga komunikasi dengan cara apa pun. Misalnya, menanyakan apa saja yang ia lakukan dan bagaimana perasaannya di hari itu.
Lalu, Anda juga bisa meluangkan waktu melakukan hal yang menyenangkan, misal menonton film bersama.
Dengan begitu, lama-lama ia tahu dan berpikir bahwa secuek apa pun ia, orangtuanya tetap peduli padanya.
Menjaga komunikasi dengan anak juga penting dilakukan untuk mencegah terjadinya depresi pada remaja.
Anak jadi memiliki orang yang selalu bisa diajak berkeluh kesah soal apa pun yang dialaminya.
2. Saling menghargai pendapat
Di masa remaja, ada kalanya ia memiliki pandangan yang berbeda dengan Anda.
Jangan langsung menarik urat, pasalnya semakin dewasa anak Anda, pemikirannya pun akan semakin berkembang.
Ketimbang berdebat kusir, coba diskusikan dan cari solusi yang menguntungkan di kedua belah pihak.
Coba dengarkan pandangan anak, begitu pun anak akan mendengarkan apa yang Anda pikirkan.
Saling mendengarkan dan menghargai pendapat akan membuat ikatan anak dan orangtua menjadi semakin erat.
3. Melibatkan anak dalam membuat peraturan
Saat hendak membuat peraturan tertentu di rumah, libatkan anak dalam diskusi.
Hal ini dimaksudkan agar anak bisa bertanggung jawab dan menaati kesepakatan yang telah dibuat.
Berikan anak pemahaman bahwa peraturan yang adil dibuat agar ia juga mempunyai kendali pada diri sendiri sekaligus belajar bertanggung jawab.
4. Melibatkan psikolog
Dalam beberapa kasus, remaja mengalami kesulitan dalam memahami dan mengelola emosinya.
Peran psikolog anak sangat penting untuk membantu mereka dalam menghadapi tantangan psikologis, baik yang berkaitan dengan emosi, sosial, maupun akademik.
Psikolog anak dapat memberikan pendekatan yang tepat untuk mengatasi berbagai gangguan psikologis remaja, termasuk mengatasi remaja yang suka memberontak.
Kesimpulan
[embed-health-tool-vaccination-tool]