Perkembangan emosi anak merupakan salah satu aspek yang turut berkembang sejak kecil, termasuk di usia 6-9 tahun. Keterampilan mengelola emosi membantu anak belajar untuk memahami dunia di sekitarnya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None
Perkembangan emosi anak merupakan salah satu aspek yang turut berkembang sejak kecil, termasuk di usia 6-9 tahun. Keterampilan mengelola emosi membantu anak belajar untuk memahami dunia di sekitarnya.
Setiap anak pada dasarnya unik, tapi Anda tetap perlu memberikan dukungan untuk mengoptimalkan perkembangan emosi si kecil. Mari selami tahap demi tahap berkembangnya emosi anak usia 6-9 tahun.
Emosi adalah kemampuan diri, baik bagi orang dewasa mapun anak-anak, yang berguna untuk mengerti kondisi diri dan orang lain di sekitar.
Tanpa adanya emosi, seseorang mungkin akan mengalami kesulitan dalam memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya maupun orang lain.
Sebaliknya, dengan adanya emosi, entah baik maupun buruk, dapat memberi banyak “rasa” di dalam hidup.
Itulah mengapa memahami setiap tahapan perkembangan emosi anak merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan para orangtua.
Selain memahami perkembangan kognitif, perkembangan fisik anak, hingga perkembangan sosial, keterampilan emosi anak juga juga perlu dikenali.
Singkatnya, perkembangan emosi anak bisa dikatakan sebagai kunci untuk memulai hidup yang sehat sejak kecil.
Namun, kemampuan mengelola emosi yang dimiliki anak tidak terbentuk dengan sendirinya.
Peran orangtua dan orang-orang terdekat lainnya di sekitar anak turut diperlukan untuk mendukung terciptanya kemampuan anak dalam merasakan emosi diri dan orang lain.
Melansir dari Ramussen College, perkembangan emosi yang kuat umumnya berlandaskan pada lima keterampilan utama.
Kelima keterampilan yang harus dimiliki anak meliputi:
Berbagai keterampilan dasar dalam perkembangan emosi anak ini yang nantinya mempengaruhi kondisi anak di sekolah, rumah, maupun masyarakat luas.
Jika emosi anak tidak mampu dikelola dengan baik, ia akan kesulitan untuk fokus di sekolah, berteman dengan teman-temannya, maupun terlibat dalam tim.
Bahkan, perkembangan emosi anak dapat berpengaruh pada hampir semua perkembangan lain dalam dirinya sejak dini.
Perkembangan anak usia 6-9 tahun selalu menarik untuk diketahui. Sebab di masa awal sekolah ini, si kecil sedang banyak belajar mengenal dunia di sekitarnya dengan cara yang ia pahami.
Tak lupa, perkembangan emosi anak juga turut terlibat di usia 6-9 tahun yang nantinya akan dibawa hingga ia dewasa.
Agar dapat memantau tumbuh kembang si kecil, berikut proses perkembangan emosi anak di usia 6-9 tahun:
Perkembangan emosi anak di usia 6 tahun mencakup berbagai hal, seperti:
Memasuki perkembangan anak usia 6 tahun, ia biasanya sudah lebih paham mengenai emosi dirinya maupun orang lain.
Hal ini membuat anak mengerti bahwa ia tidak boleh mengatakan sesuatu hal yang dapat menyakiti perasaan orang lain.
Menariknya lagi, hubungan pertemanan dan sosial yang terjalin dengan teman sebaya anak dan orang dewasa menjadi lebih berarti di usia ini.
Ini karena anak sudah lebih memahami dunia di sekitarnya beserta peran dirinya di dalam lingkungan sosial.
Tiba di usia 7 tahun, perkembangan emosi anak terlihat dari beberapa hal, yakni:
Perkembangan anak usia 7 tahun sudah mampu mengerti ketika dihadapkan dengan situasi yang tidak terduga.
Di usia 7 tahun ini, anak membutuhkan ruang untuk berkembang dan merasa nyaman.
Ketika dunianya semakin terbuka dan luas, anak memahami ternyata ada “ruang” di mana ia bisa merasa nyaman, seperti berada di dalam rumah di antara keluarga.
Hanya saja, karena semakin mengerti mengenai dirinya, anak di usia 7 tahun bisa sangat mengkritik dirinya saat melakukan hal yang tidak seharusnya.
Ketika Anda melihat si kecil tampak bersedih, coba ajak bicara perlahan dan tanyakan apa masalahnya.
Bantu anak dengan memberi dukungan agar ia tidak mudah menyerah di masa perkembangannya ini. Jika perlu, libatkan anak dalam berbagai kegiatan yang membantu mendukung perkembangannya.
Menginjak usia 8 tahun, perkembangan emosi anak sudah mencapai beberapa hal baru, yaitu:
Anak di usia 8 tahun sudah mampu untuk mengelola emosi yang lebih kompleks.
Seiring semakin baiknya perkembangan anak usia 8 tahun, ia sudah mampu untuk belajar mengelola pikiran dan emosinya demi menjaga perasaan seseorang.
Ambil contoh, ketika tantenya memberikan sepotong kue cokelat si kecil masih dapat tersenyum dan mengatakan terima kasih meski mungkin ia kurang menyukai kue tersebut.
Ada berbagai kemampuan emosi yang sudah mampu dilakukan anak di masa perkembangan usia 9 tahun, yaitu:
Perkembangan anak usia 9 tahun ini menunjukkan sudah ada cukup banyak hal yang berubah dari dirinya.
Hal ini terlihat dari kemampuan anak dalam menangani konflik yang terjadi baik pada diri maupun orang lain yang ia temui.
Pada masa perkembangan di usia ini, anak cenderung tertarik untuk mulai mengenal lebih jauh mengenai lingkungan di sekitarnya.
Anak terlihat ingin lebih terlibat dalam tugas dan tanggung jawab di keluarganya.
Meski sekilas tampak sudah tumbuh cukup pesat, nyatanya anak di usia ini masih tetap mencari perlindungan dari keluarga saat merasa tidak aman.
Intinya, peran orangtua masih sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak usia 9 tahun. Anak merasa cukup mandiri untuk bisa menjalani aktivitasnya, tetapi masih mencari bantuan emosional dari orangtuanya.
Peran orang tua pun juga penting dalam membangun perkembangan emosi anak. Orang tua harus mampu memberi contoh dalam mengelola emosi dan dapat membantu anak dalam mengekpresikan emosinya.
Perkembangan emosi masing-masing tidak selalu sama. Itu sebabnya, cara orangtua untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya akan berbeda pula.
Perbedaan cara berkomunikasi ini bukan hanya terjadi antar anak-anak di sekolah maupun lingkungan permainan, tetapi juga antara saudara kandung di rumah.
Meski satu darah, tidak menutup kemungkinan emosi yang terbentuk di dalam diri kakak dan adik juga dapat berbeda.
Secara umum, perkembangan emosi anak laki-laki dan perempuan sama saja di usia 6-9 tahun ini. Hanya saja, karakteristik anak dalam berkomunikasi bisa berbeda tergantung jenis kelaminnya.
Ini karena struktur otak pada anak laki-laki dan perempuan berbeda sehingga memengaruhi bagaimana cara buah hati Anda berkomunikasi.
Jadi, sebagai orangtua, Anda perlu memahami cara berkomunikasi yang efektif pada anak laki-laki maupun perempuan.
Berikut beberapa tips yang dapat digunakan orangtua dalam berkomunikasi dengan anak laki-laki untuk mendukung perkembangan emosi dirinya:
Sementara saat berkomunikasi dengan anak perempuan, berikut cara yang bisa Anda lakukan:
Anak-anak biasanya meluapkan rasa kesal dengan cara mengamuk, menjerit, atau menangis dramatis. Meskipun normal, kemarahan akan menjadi masalah jika perilaku tersebut tidak terkendali atau agresif.
Agar perkembangan emosi anak bisa terbentuk dengan baik, berikut tips menghadapi anak yang sedang marah:
Peran dan dukungan yang tepat dari orangtua akan membantu membentuk perkembangan emosi anak di masa tumbuh kembangnya, termasuk di usia 6-9 tahun.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar