Penyakit kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes yang selama ini dijuluki sebagai “penyakit kakek-nenek” tidaklah menular. Namun dari tahun ke tahun, makin banyak temuan diagnosis penyakit kronis pada anak remaja, sehingga juga tergolong sebagai penyakit anak muda.
Lantas apa saja penyakit yang rentan terjadi pada remaja? Apa pula faktor yang menyebabkannya? Simak di sini penjelasannya.
Kasus penyakit kronis pada remaja di Indonesia
Serangan penyakit tidak kenal usia. Maka dari itu, pada tahap perkembangan remaja ada kemungkinan ia mengalami masalah kesehatan, seperti penyakit kronis.
Dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, penyakit kronis dapat memengaruhi tumbuh kembang remaja. Lalu, hal ini juga bisa menjadi penyebab terjadinya penurunan kualitas hidup remaja.
Data dari Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa 2,2% anak Indonesia berumur 15—24 tahun mengidap asma.
Sementara kasus diabetes pada anak di bawah 18 tahun mengalami peningkatan dari beberapa tahun terakhir.
Daftar penyakit yang rentan terjadi pada remaja
Berikut beberapa kondisi atau masalah kesehatan yang rentan dialami remaja.
1. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar menjadi salah satu penyakit yang rentan menyerang remaja.
Jika suasana hati anak sangat mudah dan cepat berubah, Anda patut curiga. Perubahan suasana hati ekstrem kemungkinan menandakan remaja memiliki gangguan bipolar.
Gangguan bipolar memiliki gejala yang khas, yaitu perubahan suasana hati dari depresi ke mania yang terjadi sangat cepat.
Mania adalah kondisi gangguan suasana hati yang membuat seseorang merasa sangat bersemangat secara fisik dan mental.
2. Lupus
Penyakit lupus merupakan gangguan autoimun. Sistem imun tidak bisa membedakan sel-sel tubuh yang sehat dengan kuman pembawa infeksi.
Akibatnya, sistem imun dapat menyerang sel-sel sehat dalam tubuh.
Menurut Children’s Hospital of Philadelphia, sekitar 25.000 anak-anak dan remaja diketahui memiliki penyakit lupus. Penyakit ini paling umum menyerang pada remaja berusia 15 tahun.
3. Diabetes
Diabetes memberikan pengaruh yang besar terhadap kondisi psikologis remaja. Hal ini karena penyakit diabetes pada remaja lebih berkembang cepat dibandingkan pada orang dewasa.
Kemungkinan besar terjadinya kondisi ini disebabkan oleh gaya hidup dan masalah kesehatan.
Hal ini berlaku pula dengan diabetes melitus tipe 1 yang terus meningkat di Indonesia. Berdasarkan data IDAI, pada tahun 2018 tercatat ada 1.220 anak yang mengalami diabetes melitus tipe 1.
4. Asma
Asma merupakan peradangan serta penyempitan pada saluran pernapasan yang juga bisa dikategorikan sebagai penyakit kronis pada remaja.
Walaupun bisa dikontrol, tetapi pemicu asma pada anak remaja cukup tinggi sehingga membuat paru-paru lebih sensitif dari kondisi normal.
Perlu diketahui apabila asma merupakan penyakit yang cukup serius dan dapat mematikan apabila tidak ditangani dengan tepat.
5. Migrain
Migrain juga bisa menjadi penyakit kronis yang bisa terjadi pada remaja. Apalagi, penyakit ini juga bisa terjadi karena faktor keturunan.
Sakit kepala berulang ini disebabkan oleh gangguan saraf dalam otak. Maka dari itu, sakit bisa terasa sedang hingga parah dan bisa terjadi beberapa kali dalam sebulan.
Sebelum masa puber, migrain lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Akan tetapi, pada masa remaja, kondisi ini lebih sering dialami oleh perempuan.
6. Kanker
Kanker terjadi ketika sel-sel di dalam tubuh mulai berkembang dan tidak terkendali. Penyakit kanker pada anak remaja bisa dialami pada usia 15 hingga 19 tahun.
Walaupun bukan hal yang umum, ada beberapa jenis sel kanker pada remaja sudah mulai berkembang ketika baru lahir.
Beberapa jenis penyakit kronis seperti kanker pada remaja, adalah sebagai berikut.
- Limfoma.
- Leukemia (kanker darah).
- Kanker tiroid.
- Kanker otak.
- Melanoma (kanker kulit).
- Kanker rahim.
Penyebab munculnya penyakit kronis pada remaja
Risiko penyakit kronis umumnya dipengaruhi oleh genetik turunan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.
Namun khusus pada remaja, penyebab utamanya adalah gaya hidup buruk seperti merokok, kebiasaan makan tidak sehat, dan kurang gerak.
Hal ini ditekankan oleh dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA, Kepala Sub Direktorat Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi Dirjen P2PTM Kemenkes RI.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, perokok anak usia 15 tahun ke atas ada di angka 36,6%. Pada 2016, angka ini meningkat hingga 54% dari sekitar 65 juta remaja di Indonesia.
Merokok dan kurang gerak dapat meningkatkan risiko pembekuan darah yang dapat menghambat aliran darah ke jantung.
Pola makan buruk (tinggi kalori, lemak, kolesterol, gula, dan garam) dapat memicu penumpukan plak dalam pembuluh.
Semua elemen dari gaya tidak hidup sehat ini sama-sama mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan mengeras.
Gaya hidup tidak sehat ini kemudian menyumbang hingga 80% dari penyebab kemunculan penyakit kronis pada usia muda.