Bullying atau perundungan pada remaja bisa terjadi di mana saja dan pada siapa saja, termasuk anak Anda. Maka dari itu, orangtua perlu mengetahui tanda-tanda bullying pada anak dan hal yang perlu dilakukan jika itu sampai terjadi. Yuk simak penjelasan lengkap mengenai penyebab, jenis, sampai cara mengatasi bullying pada remaja ini.
Apa itu bullying?
Dikutip dari American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, istilah bullying merujuk pada arti kata perundungan, intimidasi, atau penindasan.
Bila didefinisikan, bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan seseorang atau kelompok tertentu yang menargetkan orang atau kelompok lain dengan tujuan mengintimidasi.
Meski bisa terjadi pada semua rentang usia, bullying paling sering terjadi saat anak berada di fase remaja.
Perilaku ini biasanya dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat pada yang lebih lemah. Selain itu, kejadian ini umumnya terjadi secara berulang atau terus menerus.
Tindakan ini juga mempunyai niat untuk memberikan rasa sakit hati dan tidak nyaman baik secara fisik mapun emosional.
Perlu diketahui bahwa perundungan berbeda dengan pertengkaran anak biasa. Perundungan bukan hanya menyerang fisik tetapi juga kejiwaan atau mental seseorang.
Orang yang menjadi korban bully biasanya memiliki suatu hal yang dirasa tidak umum oleh pelaku bully.
Umumnya anak yang menjadi korban bully ialah yang kurang populer mempunyai fisik yang tidak sempurna, preferensi seksual yang berbeda, atau dari kondisi ekonomi bawah.
Namun, tidak menutup kemungkinan orang-orang yang populer di sekolah dan dari kalangan atas terkena bully karena misal ia cenderung arogan sehingga tidak disukai.
Jenis-jenis bullying pada remaja
Fenomena perundungan atau bullying adalah salah satu masalah yang hingga saat ini belum bisa diberantas secara menyeluruh.
Pasalnya, perundungan bisa terjadi di mana saja baik di sekolah, tempat les, bahkan di rumah.
Pada banyak kasus, korban perundungan tidak berani memberitahu siapa pun tentang kondisi yang dialaminya karena diancam oleh pelaku.
Ada jenis-jenis bullying yang mungkin dialami anak dan perlu diketahui oleh orangtua, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Bullying fisik
Biasanya perundungan fisik adalah salah satu dari jenis bullying pada remaja yang paling mudah dikenali. Sering kali, yang menjadi korban akan menerima berbagai perlakuan fisik yang kasar.
Menurut National Center Against Bullying, jenis perundungan fisik bisa berupa menghalangi jalan korban, menyandung, mendorong, memukul, menjambak, hingga merusak barang.
Perhatikan apabila pada tubuh anak sering muncul luka atau memar tanpa alasan yang jelas. Biasanya anak yang menjadi korban enggan untuk mengakui bahwa dirinya ditindas secara fisik.
Hal ini disebabkan karena takut dianggap tukang mengadu atau diancam oleh pelaku bullying. Maka, anak mungkin akan menjawab bahwa luka tersebut didapat saat main basket atau jatuh dari tangga.
2. Bullying verbal
Salah satu dari jenis bullying pada remaja lainnya adalah perundungan verbal. Tindakan ini bisa dilakukan dengan kata-kata, pernyataan, julukan, dan tekanan psikologis yang menyakitkan atau merendahkan.
Dampak dari perundungan secara verbal mungkin tidak terlihat secara langsung. Maka dari itu, pelakunya tidak akan ragu untuk melontarkan ucapan yang tidak pantas secara terus-menerus.
Biasanya, hal ini dilakukan ketika tidak ada saksi atau orang lain yang lebih tua.
Perundungan jenis ini biasanya ditujukan pada anak yang fisik, penampilan, sifat, atau latar belakang sosialnya berbeda dari anak-anak yang lain.
Tak jarang satu dari jenis perundungan ini dialami oleh anak yang gemuk, minderan, atau prestasinya di sekolah kurang tampak.
3. Tindakan pengucilan
Jenis perundungan lainnya yang juga cukup sering terjadi yaitu pengucilan.
Anak Anda tidak disakiti secara fisik maupun verbal, tetapi justru dimusuhi dan diabaikan oleh lingkungan pergaulannya.
Anak akan kesulitan mencari teman, karena biasanya pelaku punya pengaruh yang cukup kuat untuk membujuk orang lain mengucilkan si korban.
Biasanya, anak yang mengalami jenis perundungan ini sering menyendiri, mengerjakan tugas kelompok seorang diri dan tidak pernah bermain bersama teman-teman di luar jam sekolah.
4. Cyberbullying
Faktanya, bullying tak hanya terjadi di dunia nyata. Sekarang ini, bullying di dunia maya atau cyberbullying umum terjadi.
Artinya, jenis perundungan ini tidak dilakukan di lingkungan sekolah atau kehidupan sehari-hari secara langsung, tetapi di dunia maya melalui internet.
Umumnya media yang digunakan untuk melakukan perundungan di dunia maya yaitu media sosial, aplikasi chatting, atau surat elektronik (e-mail).
Mengingat sifatnya yang bebas, anak Anda mungkin menerima perundungan dari orang yang tidak dikenalnya atau orang dengan nama pengguna (username) samaran.
Perundungan yang terjadi biasanya berupa hinaan atau sindiran. Bisa juga berupa gosip tentang anak Anda yang disebarkan melalui media sosial.
Ciri-ciri anak yang menjadi korban cyberbullying adalah sering menghabiskan waktu di dunia maya tetapi tampak sedih atau tertekan setelahnya.
5. Bullying seksual
Jika anak Anda sudah memasuki usia remaja awal, jenis perundungan ini lebih mungkin dialami.
Pelaku perundungan akan mengomentari, menggoda, berusaha mengintip, bahkan menyentuh korban secara seksual.
Dalam beberapa kasus, perundungan seksual termasuk dalam tindakan kriminal yaitu pelecehan atau kekerasan seksual, yang memungkinkan pelaku ditindak secara hukum.
Kebanyakan korban dari jenis perundungan seksual adalah anak perempuan, meskipun tak menutup kemungkinan anak laki-laki juga mengalaminya.
Contoh perundungan seksual pada remaja
- menyebarkan foto korban yang bersifat sensual dan pribadi,
- mengambil foto korban diam-diam dengan tujuan memuaskan gairah seksual pelaku, atau
- memaksa korban menonton atau melihat hal-hal yang berbau pornografi.
6. Bullying antar saudara
Jenis bullying lainnya yang bisa terjadi pada remaja adalah perundungan dari saudara terdekat.
Hal ini bisa terjadi ketika ada salah satu pihak yang merasa bahwa ia diperlakukan kurang baik dibandingkan dengan adiknya.
Remaja yang pernah dirundung pada masa kecilnya dilaporkan cenderung lebih rentan mengalami masalah mental sewaktu dewasa.
Inilah bahaya bullying di rumah yang perlu lebih diwaspadai setiap orangtua.
Tanda-tanda bullying pada remaja
Tidak ada cara mudah untuk benar-benar mengetahui apa benar anak menjadi korban bullying di sekolah.
Banyak tanda dan gejala yang ditunjukkan anak korban perundungan mirip dengan tipikal perilaku remaja pada umumnya.
Namun apabila terlambat disadari, tak menutup kemungkinan anak remaja Anda mengalami depresi.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda bullying pada remaja yang perlu diperhatikan orangtua.
- Perubahan sikap seperti jadi tidak minat makan, pendiam, dan mudah tersinggung.
- Anak tidak pernah membicarakan soal pertemanannya di sekolah atau marah ketika Anda menanyakannya.
- Mengalami gangguan tidur seperti tidur larut malam atau bahkan tidak tidur sama sekali.
- Menarik diri dari pergaulan serta muncul ketakutan terhadap lawan jenis.
- Menjadi sangat protektif terhadap alat-alat elektronik yang dimilikinya seperti ponsel atau komputer.
- Nilai mata pelajaran perlahan menurun.
- Terjadi krisis percaya diri serta gaya berpakaian berubah.
- Timbul luka memar di wajah, tangan, punggung, dan bagian tubuh lainnya secara tiba-tiba.
Intinya, waspadai perubahan sikap drastis yang terjadi pada anak Anda dan jangan sungkan untuk bertanya padanya.
Hal yang bisa dilakukan orangtua ketika anak menjadi korban bullying
Kebanyakan remaja yang mengalami perundungan tidak mengerti sepenuhnya apa yang terjadi.
Mungkin ketika merasa tertindas, mereka akan merasa ketakutan atau bahkan marah tanpa tahu harus melampiaskan pada siapa.
Itulah pentingnya menyadari sejak dini tanda-tanda anak jadi korban bullying.
Hal ini dimaksudkan agar orangtua bisa mendampingi dan mencari solusi sebelum kondisinya bertambah parah.
Berikut langkah yang perlu diambil saat bullying terjadi pada anak remaja Anda.
1. Bantu anak untuk mencari solusi bersama
Bullying yang terjadi pada remaja biasanya membuat anak merasa tidak berdaya, ketakutan, dan putus asa hingga depresi. Penting bagi Anda untuk meyakinkan ia untuk mencari jalan keluarnya bersama-sama.
Jangan memaksa atau mengancam saat menghadapi anak korban bullying untuk menceritakan detail jika ia keberatan atau merasa tersiksa menceritakannya.
Lebih baik mulai dari bagaimana hubungannya dengan teman-teman di sekolah, apakah ia merasa cocok dengan teman-teman, atau apakah ia memiliki keinginan untuk pindah sekolah.