2. Kumpulkan barang bukti
Jika Anda melihat bullying dan menemukan sesuatu yang bisa menjadi barang bukti baik berupa rekaman, foto, atau benda, simpan barang bukti itu sebaik mungkin. Anda tidak akan pernah tahu kapan Anda akan memerlukannya kelak. Buat folder khusus di laptop atau ponsel untuk menyimpan barang bukti ini.
Jika barang bukti berupa benda, simpan di tempat khusus untuk menyimpannya. Pastikan Anda menyimpannya di tempat aman. Selain itu, tidak perlu memberi tahu banyak orang kalau Anda sudah mengumpulkan banyak barang bukti. Yang perlu tahu hanyalah korban atau pihak yang berwenang. Misalnya manajer HRD, atasan, atau kepolisian.
3. Alihkan perhatian pelaku bullying atau korbannya
Ketika bullying terjadi, Anda tidak perlu beraksi dengan heroik untuk menyelamatkan korban dari situasi tersebut. Yang ada malah ego pelaku terluka sehingga ia akan membalas dendam dengan cara yang tak terduga. Misalnya saat Anda ke dapur, Anda melihat rekan kerja Anda sedang di-bully oleh atasannya.
Anda cukup mengalihkan perhatian pelaku dengan cara mengajaknya mengobrol atau pura-pura mencari alat makan tertentu dan minta bantuan pelaku untuk mencarinya. Bila pelaku tidak menggubris Anda, Anda bisa menolong korban dengan berkata misalnya, “Eh, kamu dicari sama Pak Fajar, lho. Sepertinya mau bahas proposalmu kemarin.” Dengan begitu, korban jadi punya alasan untuk segera meninggalkan pelaku.
4. Mencari bantuan
Harus diakui, berat rasanya untuk membantu korban bullying seorang diri. Inilah mengapa penting bagi Anda untuk mencari dukungan dan bantuan dari orang-orang yang juga sudah muak melihat bullying dilakukan setiap hari.