backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Waspadai 7 Dampak Bullying bagi Anak Sebagai Korban dan Pelaku

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 12/07/2023

Waspadai 7 Dampak Bullying bagi Anak Sebagai Korban dan Pelaku

Bullying atau penindasan bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari verbal hingga tindakan fisik, seperti memukul atau menendang. Apa pun bentuknya, bullying bisa memberikan dampak negatif pada kesehatan dan perkembangan anak.

Anda sebagai orangtua perlu mengenali apa saja dampaknya dan sebisa mungkin membantu mencegah tindakan yang umum terjadi pada anak remaja ini.

Bullying di sekolah memberi dampak pada semua anak

Jika Anda berpikir bullying hanya berdampak pada korban, Anda salah besar. Faktanya, bullying bisa memberikan dampak negatif pada banyak kalangan.

Di sekolah, misalnya, perilaku penindasan ini akan memberikan dampak buruk pada anak yang menjadi korban, pelaku, dan yang menyaksikannya.

Dampak ini bahkan tidak hanya terjadi sementara atau dalam jangka pendek, tetapi bisa terjadi jangka panjang.

Artinya, perilaku bullying di sekolah dapat merusak seluruh komunitas di sekolah itu sendiri. Pada individu, hal ini dapat menyebabkan masalah pada kesehatan serta perkembangan anak.

Inilah mengapa di mana pun terjadinya tindakan bullying tak pernah dibenarkan. Masalah umum pada anak remaja ini perlu dicegah oleh semua kalangan.

Dampak bullying di sekolah bagi korban

anak melakukan bullying

Salah satu yang menjadi perhatian soal bullying di sekolah adalah dampak negatif yang bisa terjadi pada korban, baik yang langsung maupun dalam jangka panjang.

Berikut adalah beberapa masalah yang bisa terjadi pada korban akibat bullying yang dialaminya.

1. Mengalami ketakutan dan kecemasan

Bagi korban, dampak bullying pada jangka pendek, yaitu rasa ketakutan dan kecemasan. Saat anak menjadi korban bullying (perundungan) di sekolah, ia bisa merasa takut pergi ke sekolah.

Ketika sudah di sekolah, ia kerap takut menggunakan kamar mandi, naik kendaraan umum, atau berjalan sendiri di lorong sekolah.

Jika perundungan ini terus terjadi, anak bisa jadi tidak ingin pergi ke sekolah dan mengikuti segala kegiatan yang berhubungan dengan sekolahnya, seperti field trip atau kunjungan lapangan.

2. Kehilangan kepercayaan diri

Akibat intimidasi yang diterimanya, anak-anak sering merasa tidak sebaik orang yang menindas mereka dalam berbagai aspek.

Ia juga merasa dirinya buruk dan tidak pantas untuk melakukan berbagai hal. Hal ini kerap membuat anak kehilangan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

Ia merasa ragu dan tak yakin untuk mencoba hal-hal baru. Adapun hal ini dapat berpengaruh hingga ia nanti dewasa.

3. Mengisolasi diri

Dampak bullying di sekolah tidak hanya berdampak pada diri korban semata, tetapi juga secara sosialnya.

Perundungan yang diterima korban bullying sering membuatnya merasa ditolak dan dibuang oleh lingkungan sosialnya. Akibatnya, anak lebih memilih untuk mengisolasi diri dari teman atau anggota keluarganya.

Bukan cuma itu, adanya bullying di sekolah juga menciptakan lingkungan yang toxic, di mana anak yang dianggap lemah akan terus menjadi sasaran intimidasi dan dikucilkan.

4. Sulit membentuk hubungan

Masalah kepercayaan dan kecemasan yang anak alami bisa membuatnya sulit untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain, termasuk dengan teman.

Ia merasa sulit percaya dengan orang lain (trust issue) dan tidak dapat berkomunikasi dengan mereka.

Adapun hal ini tidak hanya terjadi dalam jangka pendek. Anak yang mengalaminya bisa merasakan hal tersebut hingga ia nanti dewasa.

5. Memicu gangguan mental

Dampak negatif bullying bagi korban juga termasuk memicu gangguan mental pada anak, termasuk remaja.

Akibat faktor-faktor di atas, korban bullying lebih mungkin mengalami depresi, gangguan kecemasan, gangguan makan, hingga post-traumatic stress disorder atau PTSD pada anak.

Pada kasus yang ekstrem, tindakan menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri pada anak remaja bisa terjadi. Ia juga lebih mungkin melakukan pembalasan dengan kekerasan.

6. Masalah kesehatan fisik

Pada beberapa kasus bullying yang berkaitan dengan kekerasan fisik, dampak pada kesehatan tubuh bisa langsung terlihat. Misalnya muncul luka atau memar pada tubuh.

Bukan cuma itu, trauma mental yang dialami korban bullying lambat laun juga ternyata bisa berdampak buruk pada kesehatan fisiknya.

Anak yang diintimidasi lebih mungkin mengalami sakit kepala, jantung berdebar, sakit perut, sulit tidur, mengompol, atau gejala lain yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab medis.

7. Penurunan prestasi akademik

Bukan cuma pada kesehatan, prestasi akademik juga bisa berpengaruh akibat bullying yang terjadi di sekolah.

Pasalnya, menurut Stomp Out Bullying, rasa takut dan cemas akibat menjadi korban bullying bisa membuatnya sulit fokus untuk belajar di sekolah.

Ia pun lebih mungkin untuk membolos atau bahkan putus sekolah yang tentu akan memengaruhi nilai dan prestasi akademiknya.

Dampak bullying bagi siswa yang menyaksikan

Sebagian besar siswa mengaku mereka tidak suka melihat perundungan yang terjadi di sekolah. Perundungan ini membuat mereka merasakan atau berisiko pada hal-hal berikut.
  • Merasa tidak nyaman dan aman.
  • Cemas dan takut hingga enggan untuk mencari bantuan.
  • Merasa tidak berdaya dan rendah diri.
  • Depresi atau gangguan kecemasan.
  • Lebih mungkin menggunakan alkohol atau obat-obatan terlarang.
  • Bolos sekolah.

Dampak bullying di sekolah bagi pelaku

korban bullying

Tidak hanya bagi korban, dampak negatif bullying juga bisa terjadi pada pelaku itu sendiri, baik dalam jangka pendek dan panjang.

Berikut adalah beberapa akibat atau dampak bullying di sekolah bagi pelaku.

  • Prestasi akademik yang menurun. Ini bisa terjadi karena absen atau putus sekolah akibat penangguhan yang diterimanya atau telah menyadari perbuatannya.
  • Berkelahi dengan teman.
  • Memiliki pemikiran atau keyakinan kriminal hingga ia dewasa.
  • Lebih mungkin menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol saat remaja hingga dewasa.
  • Lebih mungkin terlibat dalam aktivitas seksual dini.
  • Bersikap kasar terhadap pasangan atau anak-anak saat tumbuh dewasa.
  • Memiliki perilaku antisosial dan kesulitan membentuk hubungan.

Berkaca pada akibat-akibat yang bisa ditimbulkan, sudah sepatutnya Anda berupaya untuk mencegah anak menjadi korban atau pelaku bullying. 

Jika sudah terlanjur terjadi, terapkan cara menghadapi anak korban bullying yang tepat serta dampingi pelaku penindasan agar risiko dampak negatif di atas bisa berkurang.

Jika Anda membutuhkan bantuan terkait hal ini, konsultasikan kepada psikolog anak untuk jawaban yang lebih tepat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 12/07/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan