Mengi (napas berbunyi lirih seperti ngik-ngik), sesak napas, dan batuk, merupakan salah satu gejala asma yang terjadi pada orang dewasa. Namun, jika bayi yang masih berusia di bawah 1 tahun mengalami gejala tersebut, apa bisa dibilang sebagai gejala asma pada bayi? Kapan sebenarnya bayi bisa mendapatkan diagnosis menderita asma? Berikut ini jawabannya.
Bisakah asma terjadi pada bayi?
Asma adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh peradangan dalam saluran pernapasan. Peradangan ini membuat saluran pernapasan bengkak dan sangat sensitif.
Akibatnya, saluran pernapasan menyempit, sehingga menyebabkan kurangnya udara yang mengalir ke paru-paru.
Menurut WHO, asma adalah penyakit umum di antara anak-anak. Namun, para ahli juga belum mengetahui penyebab pastinya.
Asma bisa memengaruhi orang-orang dari segala usia, tetapi paling sering dimulai pada masa kanak-kanak. Faktor risikonya antara lain meliputi berikut ini.
- Memiliki infeksi pernapasan (risiko tertinggi).
- Memiliki alergi, sinus, atau eksim (kondisi alergi pada kulit).
- Orangtua atau kakek dan nenek memiliki asma (punya keturunan).
Di antara anak-anak, anak laki-laki memiliki kecenderungan terkena asma lebih sering dibandingkan anak perempuan.
Namun, di antara orang dewasa, wanita lebih sering terkena penyakit ini dibanding pria.
Sementara itu, pada bayi, terutama yg berusia kurang dari 1 tahun, asma cukup jarang ditemukan karena lebih sulit dideteksi.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bayi dapat terdiagnosis asma sejak dini.
Apa saja gejala asma pada bayi?
Dalam sekitar 80% kasus asma pada anak, gejala biasanya mulai muncul sebelum anak berusia 5 tahun.
Meski begitu, pada bayi dan balita, sulit bagi orangtua dan bahkan dokter untuk mengenali tanda dan gejala asma.
Ini karena pada bayi, balita, dan anak-anak di bawah usia sekolah, tabung bronkial masih kecil dan sempit.
Akibatnya, penyakit, seperti pilek, dapat menyebabkan peradangan pada saluran udara, sehingga menjadi lebih kecil dan mudah teriritasi. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang menyerupai asma.
Gejala asma juga bisa bervariasi pada masing-masing anak. Terlebih, bayi belum bisa mengatakan sendiri apa yang sedang mereka rasakan.
Namun, umumnya, asma pada bayi menimbulkan gejala sebagai berikut.
- Mengi atau suara siulan saat bernafas.
- Napas yang cepat dan pendek.
- Batuk.
- Rewel dan mudah lelah.
- Susah makan.
- Kulit dan kuku berwarna kebiruan.
Sebaiknya, segera cari pertolongan medis jika bayi Anda mengalami sesak napas.
Ini terutama yang ditandai dengan perut bayi bergerak lebih banyak saat menghirup atau menghembuskan napas dan disertai dengan lubang hidung yang melebar.
Apa yang menyebabkan asma pada bayi?
Penyebab pasti asma pada bayi tidak selalu mudah diketahui. Namun, ada beberapa hal yang bisa memicu perkembangan kondisi ini pada bayi, di antaranya sebagai berikut.
- Salah satu atau kedua orang tua bayi menderita asma, alergi, atau eksim (dermatitis atopik).
- Anda atau pasangan memiliki kebiasaan merokok. Hal ini bisa membuat bayi berisiko empat kali lebih tinggi terkena asma ketimbang yang bebas dari udara asap rokok di rumahnya.
- Bayi memiliki berat lahir rendah atau lahir prematur.
- Ibu dari bayi merokok saat hamil.
- Bayi mengalami infeksi virus, seperti respiratory syncytial virus (RSV), terutama ketika bayi berusia kurang dari 6 bulan.
- Bayi tinggal di rumah yang memiliki masalah dengan kelembapan atau jamur.
Bagaimana dokter mendiagnosis asma pada bayi?
Anda memerlukan bantuan dokter untuk mendiagnosis asma karena masih sulit dideteksi sendiri, terutama jika bayi Anda masih di bawah usia 2 tahun.
Dokter akan melakukan diagnosis asma dengan memeriksa gejala yang dialami. Dokter kemudian juga akan mempertimbangkan riwayat kesehatan keluarga, terutama jika ada riwayat asma, alergi, sinus, atau eksim.
Penting untuk memberi tahu dokter secara rinci informasi terkait riwayat kesehatan yang dimiliki anggota keluarga terdekat, terutama ayah dan ibu kandung bayi. Ini bisa membantu memastikan diagnosis kondisi yang dialami oleh bayi.
Selanjutnya, pemeriksaan fisik juga akan dilakukan oleh dokter. Namun, biasanya, tidak mudah untuk mengukur fungsi paru-paru anak di bawah usia sekolah.
Umumnya, dokter belum bisa mendiagnosis atau mendeteksi asma pada bayi.
Ini karena pada bayi atau anak di bawah usia 2 tahun, gejala asma yang mungkin muncul sangat mirip dengan gejala penyakit pernapasan pada anak lainnya.
Sebanyak 30% bayi berusia di bawah 3 tahun setidaknya mengalami satu sampai dua kali gejala mengi. Gejala mengi pada bayi ini umumnya sering didiagnosis sebagai bronkiolitis.
Melansir dari Kids Health, dokter biasanya baru bisa mendiagnosis asma pada anak ketika mereka sudah berusia lebih tua, yaitu sekitar 4 atau 5 tahun.
Pengobatan untuk mengatasi asma pada bayi
Jika dari hasil diagnosis sudah dapat dipastikan bahwa bayi menderita asma, dokter bisa mulai melakukan pengobatan untuk mengatasi kondisi ini.
Asma pada bayi bisa diredakan dengan beberapa obat asma yang aman untuk anak. Obat-obatan ini bisa diberikan melalui inhaler.
Namun pada bayi, biasanya pemberian obat akan lebih efisien jika menggunakan nebulizer dan masker. Nebulizer adalah mesin untuk mengubah obat-obatan cair menjadi uap hangat.
Jika Anda harus memberikan obat ini sendiri kepada anak Anda, ingat untuk selalu mengikuti arahan penggunaan dan pemberian obat yang diberikan oleh dokter atau yang tertera pada kemasan obat.
Sementara itu, jika diagnosis asma belum bisa ditetapkan, maka dokter hanya akan memberi pengobatan untuk menangani gejala yang menyerupai asma.
Pada kondisi ini, dokter mungkin akan tetap memberi beberapa obat asma meski anak Anda belum dinyatakan menderita asma.
Selain itu, dokter juga akan tetap memantau perkembangan gejala yang dialami oleh bayi untuk membantu memastikan diagnosis.
Konsultasikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut mengenai asma pada bayi ini.
[embed-health-tool-vaccination-tool]