Anak-anak memang belum cukup banyak makan asam garam kehidupan, tetapi bukan berarti ia tidak bisa stres. Stres bisa saja terjadi pada anak, terlebih karena ia belum mengerti bagaimana cara efektif untuk menyelesaikan masalah.
Lantas, apa saja penyebab dan ciri-ciri stres pada anak dan bagaimana cara mengatasi kondisi tersebut? Temukan informasi selengkapnya dalam ulasan berikut, ya, Bu!
Apa penyebab stres pada anak?
Kebanyakan orangtua umumnya tidak menyadari munculnya ciri-ciri stres pada anak. Ini bisa jadi disebabkan oleh pemahaman keliru bahwa hanya orang dewasa yang bisa stres.
Stres pada anak dapat muncul dari tuntutan yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti orangtua, sekolah, ataupun lingkungan sosial.
Selain itu, rasa stres juga dapat muncul dari dalam diri sendiri ketika adanya perbedaan antara hal yang ingin dicapai dengan kemampuan diri sendiri.
Sumber stres yang dapat berdampak buruk pada anak merupakan jenis stres yang dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan, cedera, ataupun sakit yang di luar kemampuan mereka untuk menghadapinya.
Sumber stres yang umum dialami anak di antaranya berikut ini.
- Kecemasan berlebih terkait tugas sekolah dan peringkat akademis.
- Kesulitan untuk merasa rileks karena padatnya jadwal atau tanggung jawab.
- Sering berpindah rumah atau sekolah.
- Mengalami hidup terlantar.
- Mengalami bullying atau tekanan dari teman sebaya atau lingkungan sosial.
- Memiliki pikiran buruk akan dirinya sendiri.
- Sedang melewati masa pubertas dengan perubahan emosi dan fisik.
- Menghadapi perceraian atau pisah rumah kedua orangtua.
- Menghadapi lingkungan keluarga yang bermasalah.
- Hidup dalam keluarga yang mengalami kesulitan finansial.
- Tinggal di lingkungan rumah yang tidak aman.
Selain contoh di atas, beberapa hal yang terjadi secara tidak langsung juga dapat membuat anak cemas dan merasa tertekan.
Hal ini contohnya mendengar pertengkaran orangtua, adanya kekerasan pada anak lain, atau terpapar informasi seperti masalah sosial yang belum sesuai dengan usianya.
Apa saja ciri-ciri stres pada anak?
Anak-anak, termasuk pada masa perkembangan usia 6-9 tahun, umumnya belum bisa memahami dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan.
Mereka sendiri bahkan tidak sadar kalau yang dialaminya adalah stres. Oleh karenanya, sudah menjadi tugas orangtua untuk membantu mengenali gejala atau ciri-ciri stres pada anak.
Berikut ciri-ciri anak mengalami stres yang perlu segera disadari.
1. Munculnya perilaku negatif
Perhatikan kalau akhir-akhir ini anak menunjukkan perubahan perilaku yang kurang baik, seperti berikut ini.
- Jadi mudah marah, tersinggung, mengeluh, membantah, atau menangis.
- Kebiasaan anak untuk jujur berganti perlahan menjadi kerap berbohong.
- Menyalahi aturan di rumah atau menolak mengerjakan pekerjaan rumah yang jadi tanggung jawabnya.
2. Merasa takut
Salah satu gejala atau ciri-ciri anak stres adalah tiba-tiba jadi mudah takut. Misalnya jadi tidak berani sendiri, takut ruangan gelap, takut ditinggal orangtua, atau takut menghadapi orang asing.
Jika sebelumnya anak adalah sosok yang cukup pemberani, perubahan ini bisa menjadi ciri-ciri bahwa anak mengalami stres.
3. Menarik diri dari keluarga atau pergaulan
Saat dilanda stres, anak mungkin memilih untuk menghindari interaksi dengan keluarga atau teman-temannya.
Ia mungkin selalu menghindar ketika ditanya, tidak mau diajak makan atau pergi bersama, jadi jarang bermain dengan teman-temannya, atau lebih sering menghabiskan waktu sendirian di kamar.
4. Sakit tanpa penyebab yang jelas
Mengutip American Psychological Association, jika stres yang muncul sudah begitu serius, anak biasanya mengalami gejala-gejala fisik seperti sakit perut, sakit kepala, atau pusing.
Namun ketika diperiksa ke dokter, anak dinyatakan tidak sedang mengidap penyakit tertentu. Gejala atau ciri-ciri tersebut adalah reaksi tubuh anak terhadap stres.
5. Perubahan nafsu makan
Nafsu makan anak bisa naik atau turun secara drastis karena stres. Bila anak susah makan, ia mungkin beralasan bahwa makanannya tidak enak atau sedang tidak lapar.
Sementara kalau nafsu makannya naik, anak mungkin jadi lebih sering ngemil dan cepat lapar padahal sudah makan.
6. Sulit tidur
Tak cuma orang dewasa yang kalau sedang stres jadi susah tidur, anak juga bisa berlaku demikian.
Selain susah tidur, biasanya stres pada anak membuatnya sering terbangun di tengah malam karena mimpi buruk. Hal ini tentu membuat kualitas tidur anak menurun karena jam tidurnya berkurang.
7. Mengompol
Hati-hati kalau anak yang sudah berhenti mengompol tiba-tiba kembali menunjukkan kebiasaan tersebut.
Biasanya, anak yang sedang stres memang kembali melakukan berbagai kebiasaan yang dimilikinya saat kecil dulu, seperti mengompol atau mengisap jari.
8. Sulit berkonsentrasi
Saat stres, anak bisa sulit berkonsentrasi. Biasanya, kondisi ini terjadi saat anak belajar di sekolah, mendengarkan perintah dari orangtua, atau bahkan ketika menonton televisi.
Jadi, perhatikan kalau anak cenderung menatap kosong ke depan atau menunduk saat melakukan aktivitas-aktivitas seperti biasanya. Ini bisa menjadi ciri stres pada anak.
Apa dampak stres pada anak?
Ketika anak sudah menunjukkan berbagai gejala stres, sebaiknya jangan diabaikan. Stres pada anak yang terus dibiarkan bisa berdampak negatif dalam jangka panjang.
Berikut beberapa dampak stres pada anak yang mungkin terjadi.
- Lebih rentan mengidap penyakit mental atau gangguan jiwa, seperti depresi.
- Berisiko mengalami kekurangan gizi atau kelebihan berat badan karena pengaruh perubahan nafsu makan akibat stres.
- Prestasi di sekolah menurun karena sulit berkonsentrasi saat belajar.
Selain berdampak terhadap kesehatan mental, stres juga bisa memengaruhi perkembangan emosi anak serta kemampuan kognitif dan sosialnya.
Perubahan nafsu makan yang dialami anak karena stres juga bisa berdampak pada perkembangan fisiknya.
Bagaimana cara mengatasi stres pada anak?
Mengingat dampak yang bisa ditimbulkan tidak main-main, pastikan Anda tahu bagaimana cara mengatasi yang tepat bila stres terjadi pada si Kecil.
Berikut berbagai cara mengatasi stres pada anak yang bisa dilakukan.
1. Bantu anak menyadari bahwa ia sedang dilanda stres
Meski sudah menunjukkan gejala-gejala stres, si Kecil belum tentu menyadari kalau gejala tersebut adalah bentuk dari stres.
Orangtua harus membantu menyadarkan anak. Anda bisa bilang, “Kakak stres ya kalau pulang sekolah masih harus les lagi sampai malam?”
Kemudian lanjutkan dengan, “Ibu tahu Kakak sedang stres, tapi Ibu nggak tahu alasannya. Kakak mau cerita sama Ibu, nggak?”
Berikan pertanyaan ringan yang membantu anak menyadari apa yang saat ini sedang ia rasakan.
2. Dengarkan keluh kesahnya
Ketika anak sudah mulai tenang dan mau membuka diri, dengarkan baik-baik keluh kesahnya tanpa maksud menyalahkan, menghakimi, atau menggurui.
Biarkan saja anak bercerita panjang lebar dan jangan disela, kecuali Anda ingin memastikan saat kurang memahami apa yang anak sampaikan.
Berdasarkan laman Medline Plus, buat anak merasa dimengerti dan dicintai, tetapi bukan dengan memarahi atau mengkritiknya.
Beri tahu anak bahwa Anda tidak kesal ketika ia selalu menggigiti kuku atau mengompol agar dirinya merasa aman.
Sebaliknya, bila dimarahi, anak justru tidak akan menghentikan tingkah lakunya, bahkan bisa membuat anak semakin takut.
3. Bantu anak memahami perasaannya
Setelah anak bercerita soal apa yang membuatnya stres, yakinkan ia bahwa Anda memahami dan sangat memaklumi perasaannya.
Katakan dengan lembut, “Pantas saja kamu merasa kesal sekali,” atau, “Kamu pasti sangat kecewa ya, Nak?”. Kemudian jelaskan baik-baik kalau apa yang dirasakan dan dialaminya adalah bagian dari proses hidup.
Kadang, orangtua lupa kalau anak-anak juga bisa mengalami kegagalan atau kesulitan. Anda mungkin terlalu berharap anak harus sukses di sekolah, punya banyak teman, selalu ceria, dan tidak pernah menemui kesulitan dalam hidupnya.
Maka dari itu, jadikan kesempatan ini sebagai ajang bagi si Kecil untuk mengenali emosi negatif dan memahaminya sebagai bagian yang lumrah dalam hidup.
4. Jelaskan padanya bahwa stres itu normal
Buat anak mengerti bahwa tidak apa-apa untuk merasa takut, sedih, atau marah. Beri tahu juga bagaimana cara yang baik untuk mengatasi situasi-situasi tersebut.
Cara ini membuat mereka tidak merasa sendirian menghadapi situasi-situasi menakutkan dan membuat anak lebih berani untuk membicarakan apa yang mereka rasakan juga.
5. Ajarkan anak mengelola emosi
Bila sudah paham bahwa emosi negatif itu adalah hal yang wajar, bantu anak untuk mengelola emosinya dengan baik.
Ingat, setiap anak berbeda sehingga caranya mengelola emosi pada masing-masing anak juga tidak sama.
Ada anak yang bisa merasa lebih baik setelah berolahraga atau bergerak aktif. Ada juga yang akan lebih lega dan tenang kalau sudah menangis.
Itu sebabnya, Anda harus peka melihat dan mau mencoba berbagai cara yang sekiranya paling efektif.
6. Cari solusi bersama-sama
Langkah selanjutnya yaitu mencari solusi bersama-sama. Tanyakan dulu pada anak apa yang ia inginkan dan cari jalan tengahnya.
Ambil contohnya, anak stres karena harus pindah sekolah dan ia tidak rela berpisah dari teman-temannya.
Pada kondisi ini, Anda bisa menyarankan anak untuk mengundang teman-teman lamanya untuk main ke rumah di akhir pekan.
Jika cara tersebut tidak memungkinkan, biarkan ia berkomunikasi dengan teman-temannya melalui telepon.
7. Bangun suasana rumah yang tenang dan aman
Cara mengatasi stres pada anak lainnya yaitu dengan memastikan suasana di rumah cukup tenang supaya ia merasa aman bersama keluarganya.
Bila ternyata setiap bangun pagi saja sudah diburu-buru dan diteriaki atau kalau orangtuanya bertengkar terus, si Kecil pun bisa jadi tambah stres.
8. Luangkan waktu untuk anak
Anda juga sebaiknya meluangkan waktu berkualitas bersama anak. Ini bisa dilakukan dengan menemaninya makan atau mendengarkan keluh-kesahnya setiap hari.
Tunjukkan pada anak bahwa Anda akan selalu ada di saat ia membutuhkan.
Bila setiap hari Anda kerja di kantor, coba lebih sering menelepon anak, misalnya kalau anak sudah pulang sekolah. Usahakan juga untuk langsung pulang kalau pekerjaan di kantor sudah selesai.
9. Dukung anak dengan hal-hal yang positif
Agar si Kecil bisa mengurangi stres, dampingi ia dan berikan dukungan positif.
Berikan pujian kalau ia berhasil melewati satu hari tanpa menangis bila hal ini cukup sering dilakukan anak sebelumnya.
Selain itu, jangan lupa semangati anak dengan pelukan, ciuman, atau kata-kata penyemangat setiap hari.
10. Pastikan anak cukup tidur dan makan
Anak yang sedang stres bisa kurang tidur dan kurang makan. Sudah jadi tugas Anda untuk memantau dan memastikan anak tetap cukup tidur dan makan.
Ajak anak untuk menjalani pola hidup sehat, contohnya dengan olahraga rutin agar ia bisa tidur lebih nyenyak dan meningkatkan nafsu makan.
Berikan berbagai makanan sehat untuk anak dalam menu hariannya, bekal anak sekolah, maupun camilan sehat untuk anak.
Kapan harus membawa anak ke dokter?
Bila stres pada anak tak kunjung membaik, Anda bisa berkonsultasi dengan seorang psikolog anak sebagai solusi lainnya. Penting bagi orangtua untuk memahami gejala stres pada si Kecil dan memberikan dukungan serta bimbingan yang sesuai. Berbicara dengan anak, mendengarkan perasaan mereka, dan mencari bantuan dari ahli kesehatan mental jika diperlukan merupakan langkah-langkah penting untuk membantu anak mengatasi stresnya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]