backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Anak Anda Gampang Marah? Ini 7 Tips untuk Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 20/06/2022

    Anak Anda Gampang Marah? Ini 7 Tips untuk Mengatasinya

    Meskipun normal, anak yang mudah marah bisa menimbulkan masalah, terutama jika perilaku tersebut tidak terkendali atau agresif. Umumnya, anak-anak meluapkan rasa kekesalannya dengan cara mengamuk, galak, menjerit, atau menangis dramatis.

    Jika Buah Hati Anda sering mengalami kondisi yang demikian, maka sebaiknya jangan langsung menghukum atau berbalik marah kepada anak. Lantas, bagaimana cara mengatasinya? Baca terus untuk mengetahui cara menghadapi anak yang pemarah dalam artikel ini. 

    Tips agar anak tidak mudah marah

    Memiliki anak yang mudah marah atau ngambekan memang sangat menguji kesabaran dan bisa membuat frustasi dalam menghadapinya.

    Nah, tidak jarang hal ini membuat para orangtua pun jadi ikut tersulut emosinya, alih-alih menenangkan atau membantu anak untuk bisa mengendalikan amarahnya.

    Banyak orang tua justru kerap melakukan kesalahan dengan sengaja membiarkannya, balik memarahinya, menghukumnya, atau bahkan hingga melakukan kekerasan fisik untuk sekadar membuat si Kecil diam.

    Agar terhindar dari kesalahan tersebut, berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan oleh para orangtua untuk menghadapi anak yang mudah marah dengan membantu mengendalikan emosinya.

    1. Ketahui penyebab kemarahan anak

    anak mudah marah

    Hal pertama yang perlu dilakukan saat anak mudah marah adalah Anda harus mengetahui dulu penyebab kemarahan si Kecil. Entah itu karena memiliki permasalahan di sekolah atau lingkungan mainnya.

    Selain masalah tersebut, ada juga beberapa hal sederhana yang bisa jadi penyebab seorang anak mudah marah. Misalnya rasa lapar dan kondisi kesehatan anak.

    Itu sebabnya, sebagai orangtua, Anda harus mencari tahu dan memastikan penyebab kemarahan si Kecil sehingga Anda lebih mudah mencari solusinya.

    2. Peka terhadap perasaan si Kecil

    Umumnya, anak-anak memiliki keingintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan dan mendapatkan sesuatu. Namun, sayangnya kemampuan mereka belum sekuat keinginannya.

    Hal inilah yang kerap kali membuat si Kecil kesal dan melampiaskannya dengan marah-marah. Oleh karena itu, sebagai orangtua, penting bagi Anda untuk memahami perasaan dan kebiasaan si Kecil.

    Kenalilah kesukaan mereka akan sesuatu, memahami apa yang ingin atau tidak ingin mereka lakukan, dan lain sebagainya. Upaya ini juga mampu membantu orangtua untuk lebih lebih mudah menggali potensi yang dimiliki anak.

    Dengan demikian, anak akan melakukan kegiatan yang memang mereka senangi.

    3. Bangun komunikasi yang hangat

    Sebagai orangtua, Anda juga perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Ini bisa dimulai dengan mendengarkan semua keluhan si Kecil karena pada dasarnya anak-anak memang selalu ingin diperhatikan.

    Dilansir dari Growing Early Minds, saat mendengar keluhan mereka, orangtua harus melakukannya dengan pendekatan kasih sayang. Tak lupa juga untuk memberikan nasihat pada anak di waktu yang sangat tepat.

    Itu sebabnya, membangun komunikasi yang hangat dengan anak-anak adalah hal yang harus dilakukan oleh orangtua.

    Ketika komunikasi dengan anak sudah bisa terjalin dengan baik, maka ia bisa mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikan segala bentuk keinginannya kepada Anda.

    4. Jadi panutan yang baik bagi si Buah Hati

    peran orangtua body image

    Tidak dapat dipungkiri sifat dan sikap si Kecil dapat dibentuk oleh lingkungan di mana mereka dibesarkan. Hal ini lah yang mengharuskan para orangtua untuk memberikan teladan yang baik sejak dini kepada anak-anaknya.

    Jika dalam keseharian Anda sering marah-marah atau tidak memiliki kemampuan untuk menahan emosi bahkan sampai melakukan kekerasan fisik, seperti memukul, maka si kecil sangat mungkin terpengaruh oleh kebiasaan tersebut.

    Jadi, apabila Anda ingin anak Anda untuk bisa mengendalikan sifat dan sikap mereka, maka Anda juga harus untuk mengontrol diri dengan cara tidak meluapkan amarah di hadapan si Kecil secara langsung.  

    Beri tahu anak apa yang sebaiknya ia lakukan untuk meredakan rasa marah yang sedang dirasakan.

    Sebagai contoh, Anda bisa mengajarkan anak untuk berdiam diri sejenak di kamar hingga amarah tersebut mereda.

    Jangan malah melampiaskan kemarahan tersebut, misal dengan membentak orang lain atau bahkan melempar barang-barang yang ada di sekitar Anda.

    5. Hindari tontonan dan bacaan yang mengandung unsur kekerasan

    Sebagai anak-anak generasi milenial, umumnya, anak sudah akrab dengan gadget sejak dini. 

    Hal ini secara tidak langsung membuat si Kecil lebih rentan terpapar hal-hal yang mengandung unsur kekerasan, entah dari menonton video, bermain game, ataupun hal lainnya.

    Untuk mencegah hal tersebut terjadi, jauhkan anak dari gadget. Fokuskan si Kecil pada buku bacaan, permainan edukatif, dan interaksi sosial dengan teman sebayanya. 

    6. Berikan larangan yang logis

    Pada umumnya, kata-kata larangan, seperti jangan, tidak boleh, dan sebagainya, sering kali membuat anak merasa tidak dipercayai atau dibatasi ruang geraknya.

    Oleh karena itu, sebagai orangtua, Anda wajib memberikan alasan yang logis kepada anak mengapa kita melarangnya melakukan sesuatu.

    Ini merupakan salah satu cara menghadapi anak pemarah agar kemarahannya tak muncul saat Anda mengeluarkan kata-kata larangan tersebut. 

    Bila itu menyangkut hal yang dapat membahayakan diri anak, maka Anda wajib menjelaskan risiko-risiko yang dapat terjadi bila ia memaksa untuk melakukannya.

    7. Beri hukuman pada anak

    Menghukumnya bisa membuat anak lebih disiplin dan bertindak dengan lebih baik. Oleh karena itu, Anda bisa mencoba menerapkan hukuman pada si Kecil jika ia mulai marah secara berlebihan. Namun, hal ini tetap harus dilakukan sewajarnya.

    Hindari memarahi anak secara berlebihan saat hal tersebut terjadi. Anda bisa mencoba meminta anak untuk berdiam diri sendirian di suatu ruangan atau menyita mainannya untuk sementara waktu.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 20/06/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan