Perkembangan sistem kekebalan tubuh (imun) manusia sudah dimulai sejak dilahirkan atau fase neonatal di mana tubuh bayi masih sangat rentan terhadap infeksi. Sistem imun bayi sudah bisa merespons adanya infeksi, tapi di sisi lain respons imun tersebut juga berisiko menyebabkan sepsis pada bayi baru lahir.
Apa itu sepsis pada bayi baru lahir?
Sepsis pada bayi baru lahir, atau yang disebut juga dengan sepsis neonatus, adalah kondisi medis serius di mana infeksi menyebar ke seluruh tubuh bayi melalui aliran darah dan menyebabkan respons peradangan sistemik.
Sepsis neonatus dapat terjadi kapan saja dalam tahun pertama kehidupan dan dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme, seperti bakteri, virus, atau jamur.
Penyakit ini merupakan kondisi serius yang terjadi ketika sistem imun merespons adanya suatu infeksi pada tubuh secara agresif dan justru menimbulkan kerusakan yang bisa mengancam nyawa bayi baru lahir.
Sepsis bermula ketika senyawa kimia dari sistem imun dilepaskan ke dalam sistem peredaran darah dan akhirnya menyebabkan berbagai reaksi peradangan serius pada tubuh.
Terdapat dua jenis sepsis neonatus berdasarkan waktu terjadinya, yaitu sebagai berikut.
- Sepsis awal (early-onset neonatal sepsis). Terjadi dalam 72 jam pertama setelah lahir, biasanya disebabkan oleh bakteri yang ditularkan dari ibu saat persalinan.
- Sepsis lambat (late-onset neonatal sepsis). Terjadi setelah 72 jam hingga 28 hari setelah lahir, sering kali akibat paparan infeksi di rumah sakit atau lingkungan bayi.
Penyebab sepsis pada bayi baru lahir
Penyebab sepsis neonatus bisa bervariasi, tetapi umumnya terkait dengan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri, virus, atau jamur. Berikut adalah beberapa penyebab utamanya.
1. Bakteri
Bakteri adalah penyebab paling umum dari sepsis neonatus, terutama pada periode neonatal. Beberapa bakteri yang sering menjadi penyebab sepsis pada bayi meliputi berikut ini.
- Streptococcus grup B (GBS). Bakteri ini sering ditularkan dari ibu ke bayi selama persalinan. GBS adalah salah satu penyebab utama sepsis neonatus awal.
- Escherichia coli (E. coli). Bakteri ini juga bisa ditularkan selama proses kelahiran atau dari lingkungan sekitar, terutama dalam kasus sepsis lambat (late-onset sepsis).
- Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini sering dikaitkan dengan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau pada bayi yang menerima perawatan invasif, seperti kateter atau ventilator.
- Listeria monocytogenes. Bakteri ini bisa diperoleh bayi dari makanan yang terkontaminasi yang dikonsumsi ibu selama kehamilan, dan bisa menular melalui plasenta atau selama persalinan.
- Klebsiella pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa. Bakteri ini sering menjadi penyebab sepsis pada bayi yang dirawat di rumah sakit (sepsis nosokomial).
Untungnya, seperti yang dilansir dari MedlinePlus, jumlah kasus sepsis pada bayi akibat infeksi bakteri GBS semakin jarang karena sudah tersedia pemeriksaan di masa kehamilan untuk mendeteksi GBS.
2. Virus
Infeksi virus juga bisa menyebabkan sepsis, terutama pada bayi yang sistem imunnya belum berkembang sepenuhnya.
Beberapa virus yang berpotensi menyebabkan sepsis neonatus, di antaranya sebagai berikut.
- Herpes simplex virus (HSV). Bayi bisa terinfeksi selama proses kelahiran jika ibu memiliki infeksi aktif pada saluran kelahiran.
- Enterovirus. Virus ini dapat menyebabkan infeksi sistemik dan berisiko menimbulkan sepsis pada bayi.
- Virus pernapasan seperti respiratory syncytial virus (RSV). Bisa menyebabkan infeksi berat pada paru-paru dan menyebar ke seluruh tubuh.
3. Jamur
Infeksi jamur terkadang menjadi penyebab sepsis pada anak bayi, umumnya jenis jamur Candida, khususnya:
- Candida albicans, dan
- Candida parapsilosis.
Faktor risiko sepsis pada bayi baru lahir
Beberapa kondisi atau infeksi yang diderita ibu selama kehamilan atau proses persalinan dapat meningkatkan risiko sepsis neonatus, yang meliputi berikut ini.
- Infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya pada ibu selama kehamilan.
- Ketuban pecah dini yang berlangsung lebih dari 18 jam sebelum persalinan.
- Demam ibu saat persalinan.
- Perawatan intensif neonatal (NICU).
- Bayi lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah yang menyebabkan sistem imun lebih lemah.
- Penggunaan alat medis seperti kateter, ventilator, atau infus.
Gejala sepsis pada bayi baru lahir
Tanda perkembangan kondisi sepsis pada bayi baru lahir cenderung kurang spesifik. Namun, ini mencakup beberapa gejala yang dapat diamati pada bayi, seperti berikut ini.
- Bayi terlihat lesu atau tidak bertenaga.
- Tidak mau menyusu.
- Badan cenderung dingin akibat suhu tubuh rendah.
- Mengalami gejala apnea atau napas terhenti sesaat.
- Mengalami demam tanpa sebab yang jelas.
- Kulit tampak pucat dan tidak terlihat sehat.
- Adanya pembengkakan di sekitar perut.
- Bayi mengalami diare.
- Muntah-muntah.
- Kejang.
- Nampak gelisah.
- Gejala penyakit kuning pada mata dan kulit.
Dampak sepsis pada bayi
Diagnosis sepsis pada bayi baru lahir
Langkah pertama dalam penanganan sepsis adalah diagnosis yang cepat dan akurat.
Mengingat gejalanya sering tidak spesifik, diagnosis biasanya didasarkan pada pemeriksaan klinis serta tes laboratorium, yang meliputi berikut ini.
- Tes darah. Untuk mendeteksi adanya bakteri, virus, atau jamur dalam aliran darah serta mengukur jumlah sel darah putih dan penanda peradangan.
- Tes urine. Untuk memeriksa infeksi saluran kemih yang bisa menjadi sumber sepsis.
- Pungsi lumbal (spinal tap). Dilakukan jika dicurigai ada infeksi pada sistem saraf pusat, seperti meningitis pada bayi.
- Foto rontgen dada atau USG. Untuk memeriksa kemungkinan adanya infeksi di paru-paru atau organ lain.
Pengobatan sepsis pada bayi baru lahir
Penanganan sepsis pada bayi adalah proses yang mendesak dan harus dilakukan dengan cepat untuk mencegah komplikasi serius atau kematian.
Berikut adalah langkah-langkah utama dalam penanganan sepsis pada bayi.
1. Antibiotik spektrum luas
Setelah sepsis dicurigai, pengobatan segera dimulai dengan antibiotik spektrum luas bahkan sebelum hasil laboratorium keluar.
Ini karena keterlambatan pengobatan dapat berakibat fatal. Antibiotik spektrum luas digunakan untuk menargetkan berbagai jenis bakteri penyebab sepsis.
Setelah hasil kultur darah atau tes lainnya keluar dan penyebab spesifik diketahui, antibiotik dapat disesuaikan (narrow-spectrum antibiotics) untuk menargetkan bakteri penyebab yang spesifik.
2. Antivirus atau antijamur
Jika penyebab sepsis diketahui adalah virus atau jamur, pengobatan akan disesuaikan dengan patogen penyebabnya.
Obat yang digunakan dapat berupa:
- antivirus, seperti asiklovir untuk infeksi herpes, atau
- antijamur, seperti amfoterisin B untuk infeksi jamur Candida.
3. Cairan Intravena (IV)
Bayi yang mengalami sepsis sering kali membutuhkan cairan intravena (IV) untuk mencegah atau mengobati dehidrasi dan menjaga tekanan darah tetap stabil.
Sepsis dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (syok septik), yang dapat mengancam jiwa, sehingga cairan IV membantu mempertahankan fungsi organ vital.
4. Oksigen atau bantuan napas
Sepsis bisa menyebabkan kesulitan bernapas atau hipoksia (kadar oksigen rendah dalam darah).
Bayi mungkin memerlukan oksigen tambahan atau bahkan bantuan napas melalui ventilator jika tidak dapat bernapas dengan baik secara mandiri.
5. Pemantauan ketat di unit perawatan intensif neonatal (NICU)
Bayi dengan sepsis sering kali harus dirawat di NICU untuk pemantauan ketat. Selama berada di sana, bayi dipantau secara terus-menerus, termasuk detak jantung, tekanan darah, kadar oksigen, dan tanda-tanda vital lainnya.
Ini penting untuk mendeteksi perubahan kondisi yang memerlukan intervensi lebih lanjut.
6. Pengobatan untuk mendukung fungsi organ
Pada kasus yang parah atau berat, sepsis bisa memengaruhi fungsi organ penting seperti ginjal, hati, atau jantung. Dalam kondisi ini, terapi tambahan diperlukan, yang meliputi berikut ini.
- Obat inotropik. Untuk mendukung fungsi jantung dan menjaga tekanan darah.
- Dialisis. Jika ginjal berhenti berfungsi dengan baik akibat sepsis, bayi mungkin memerlukan dialisis untuk membantu membersihkan darah dari racun.
- Transfusi darah. Jika sepsis menyebabkan anemia berat pada si Kecil atau gangguan pembekuan darah, transfusi darah mungkin diperlukan.
Langkah-langkah tambahan juga diambil untuk mencegah komplikasi, seperti menjaga kebersihan yang sangat ketat untuk mencegah infeksi baru, terutama jika bayi menggunakan alat medis seperti kateter atau ventilator.
Pengobatan untuk sepsis biasanya berlangsung selama beberapa minggu, tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan respons bayi terhadap pengobatan.
Bayi akan terus dipantau sampai infeksi benar-benar teratasi dan tanda-tanda vitalnya stabil.
Setelah sepsis diatasi, bayi mungkin masih memerlukan perawatan lanjutan untuk memastikan pemulihan total.
Ini bisa mencakup kontrol lanjutan untuk menilai perkembangan, serta terapi jika terjadi kerusakan organ atau masalah neurologis akibat sepsis.
Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk meningkatkan peluang pemulihan bayi dari sepsis.
Kesimpulan
- Sepsis pada bayi adalah kondisi infeksi serius di mana mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau jamur, menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan respons peradangan sistemik yang dapat mengancam jiwa.
- Bayi yang baru lahir, terutama yang prematur atau memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, sangat rentan terhadap sepsis. Gejalanya meliputi demam, napas cepat, lesu, dan kesulitan makan.
- Penanganan yang cepat dengan antibiotik, antijamur, dan perawatan intensif di rumah sakit sangat penting untuk mencegah komplikasi fatal.
- Diagnosis dini, perawatan yang tepat, dan pemantauan ketat sangat diperlukan untuk menyelamatkan nyawa bayi yang terkena sepsis.
[embed-health-tool-vaccination-tool]