Pengukuran lingkar kepala bayi penting untuk dilakukan sejak ia lahir sampai usianya 24 bulan atau 2 tahun. Ketika ukuran lingkar kepala bayi lebih kecil atau lebih besar dari yang seharusnya, kemungkinan ada masalah pada pertumbuhannya. Bayi bisa saja mengalami cacat lahir salah satunya akibat ukuran lingkar kepala yang membesar atau disebut dengan hidrosefalus. Sebenarnya, apa penyebab terjadinya hidrosefalus?
Apa penyebab hidrosefalus?
Hidrosefalus adalah cacat lahir bayi yang ditandai dengan membesarnya ukuran lingkar kepala bayi lebih dari rentang normalnya.
Penyebab hidrosefalus adalah karena adanya penumpukan cairan serebrospinal di dalam rongga atau tengkorak otak. Penumpukan cairan yang berlebih tersebut bisa membuat ukuran rongga atau tengkorak membesar sekaligus memberi tekanan pada otak.
Kondisi inilah yang dinamakan hidrosefalus atau air di otak (water on the brain). Cairan serebrospinal sebenarnya mengalir pada rongga otak hingga tulang belakang.
Akan tetapi, jumlah cairan serebrospinal yang terlalu banyak bisa menjadi penyebab hidrosefalus. Alhasil, hidrosefalus yang dialami bayi bisa merusak jaringan otak serta mengakibatkan gangguan pada fungsi otak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa memantau ukuran lingkar kepala bayi penting guna memastikan perkembangannya optimal.
Selain itu, mengukur lingkar kepala bayi secara rutin juga membantu memberi gambaran bila diperkirakan ada masalah dengan pertumbuhan otaknya.
Ini karena masalah pada pertumbuhan otak bayi bisa mengarah ke penyebab hidrosefalus. Melansir dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke, sebenarnya penyebab hidrosefalus masih belum diketahui dengan baik.
Di samping karena penumpukan jumlah cairan serebrospinal, penyebab terjadinya hidrosefalus juga bisa karena kelainan genetik bawaan maupun gangguan pada perkembangan.
Bukan hanya itu, adanya komplikasi selama melahirkan bayi prematur juga bisa menjadi penyebab hidrosefalus.
Berbagai komplikasi ini misalnya bayi mengalami meningitis, tumor, cedera kepala, maupun perdarahan pada kepala sehingga mengakibatkan penumpukan cairan serebrospinal.
Secara keseluruhan, penyebab hidrosefalus pada bayi dan anak-anak bisa dibedakan sebagai berikut:
Penyebab hidrosefalus sejak bayi lahir
Penyebab hidrosefalus saat bayi lahir bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu, misalnya spina bifida. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bayi yang lahir prematur juga bisa mengalami komplikasi saat persalinan.
Komplikasi saat persalinan tersebut contohnya menimbulkan perdarahan di otak sehingga menghalangi aliran cairan serebrospinal di dalam otak.
Hal inilah yang menjadi penyebab munculnya cacat lahir ini pada bayi baru lahir. Selain itu, kemungkinan penyebab hidrosefalus lainnya yakni:
- Mutasi pada kromosom X
- Kelainan genetik langka
- Kista arachnoid, kantung berisi cairan yang ada di antara otak atau sumsum tulang belakang dan membran arachnoid
Adanya jumlah cairan serebrospinal yang berlebih di otak bisa dikarenakan beberapa hal berikut:
Sumbatan pada aliran cairan serebrospinal
Penyumbatan pada cairan serebrospinal dapat terjadi dari satu ventrikel ke ventrikel lain bahkan ruangan lain di dalam otak. Kondisi ini yang kemudian menjadi penyebab hidrosefalus pada bayi.
Mekanisme penyerapan yang kurang baik
Masalah karena proses penyerapan pembuluh darah dengan cairan serebrospinal yang kurang baik juga bisa menjadi penyebab hidrosefalus.
Kondisi ini biasanya dikaitkan dengan peradangan pada jaringan otak akibat penyakit maupun cedera.
Produki cairan serebrospinal yang berlebih
Produksi cairan serebrospinal dalam jumlah yang terlalu banyak dapat menyulitkan proses penyerapannya. Hal inilah yang selanjutnya memicu penyebab hidrosefalus pada bayi.
Penyebab hidrosefalus pada anak-anak
Berbeda dengan hidrosefalus pada bayi yang baru lahir, penyebab kondisi ini terjadi pada anak-anak biasanya merupakan akibat dari adanya cedera atau penyakit.
Beberapa penyebab hidrosefalus pada anak-anak adalah sebagai berikut:
- Perdarahan di dalam otak
- Adanya gumpalan darah di otak
- Meningitis, infeksi pada selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang
- Tumor otak
- Cedera kepala
- Terkena pukulan berat
Namun, dalam kondisi lainnya, ada anak-anak yang lahir dengan kondisi penyempitan jalur cairan serebrospinal di otak sehingga membatasi alirannya.
Meski begitu, penyempitan jalur cairan serebrospinal tersebut tidak mengakibatkan gejala apa pun sampai bertahun-tahun kemudian.
Penyebab hidrosefalus berdasarkan jenisnya
Alasan terjadinya hidrosefalus bukan hanya dapat dibedakan sejak bayi baru lahir maupun sudah tumbuh menjadi anak-anak.
Menurut American Association of Neurological Surgeons, beberapa jenis hidrosefalus berikut ini juga bisa menggambarkan penyebab yang berbeda-beda:
1. Acquired hydrocephalus
Acquired hydrocephalus adalah jenis yang berkembang saat bayi baru lahir maupun sudah anak-anak. Hidrosefalus yang satu ini disebabkan oleh adanya cedera serius atau penyakit seperti tumor otak, meningitis, dan stroke.
2. Congenital hydrocephalus (hidrosefalus bawaan)
Congenital hydrocephalus atau hidrosefalus bawaan adalah jenis yang bisa terjadi selama perkembangan janin maupun karena kelainan genetik.
Ibu hamil yang mengalami infeksi juga bisa menjadi penyebab bayi mengalami hidrosefalus bawaan, misalnya infeksi gondong dan rubella.
3. Communicating hydrocephalus
Communicating hydrocephalus adalah jenis yang terjadi karena ada penyumbatan pada aliran cairan serebrospinal di dalam ventrikel atau rongga otak.
Kondisi ini bisa terjadi karena ada masalah pada penyerapan cairan maupun karena jumlah cairan serebrospinal yang meningkat.
Namun, jenis hidrosefalus ini disebut “communicating” karena cairan serebrospinal masih bisa mengalir di antara rongga otak.
4. Noncommunicating hydrocephalus
Noncommunication hydrocephalus atau disebut juga dengan hidrosefalus obstruktif terjadi saat aliran cairan serebrospinal mengalami hambatan.
Terhambatnya cairan serebrospinal tersebut terjadi di sepanjang satu atau lebih pada bagian yang berhubungan dengan ventrikel atau rongga otak.
Kondisi ini yang kemudian mengakibatkan tekanan di dalam tengkorak dan otak mengalami peningkatan hingga menjadi penyebab hidrosefalus.
5. Normal pressure hydrocephalus (hidrosefalus tekanan normal)
Dibandingkan jenis hidrosefalus yang lainnya, hidrosefalus tekanan normal merupakan tipe yang lebih sering dialami oleh dewasa usia 50 tahun atau lebih.
Meski begitu, jenis hirosefalus yang satu ini sebenarnya tetap bisa dialami oleh semua usia. Kondisi ini ditandai dengan melebarnya rongga atau ventrikel tulang belakang mengalami pelebaran dengan tekanan normal.
6. Hydrocephalus ex-vacuo
Sama halnya dengan hidrosefalus tekanan normal, hydrocephalus ex-vacuo juga dialami oleh orang dewasa karena adanya penyakit degeneratif.
Penyakit degeneratif meliputi penyakit Alzheimer dan stroke atau trauma yang menyebabkan kerusakan pada otak sehingga mengakibatkan penyusutan pada jaringan otak.
Apa saja faktor risiko terjadinya hidrosefalus?
Meski dalam kondisi tertentu penyebab hidrosefalus pada bayi sulit diketahui, tetap ada berbagai masalah kesehatan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya cacat lahir ini.
Faktor risiko hidrosefalus pada bayi baru lahir
Beberapa faktor risiko terjadinya hidrosefalus pada saat bayi lahir atau tidak lama setelah kelahiran adalah sebagai berikut:
- Perkembangan sistem saraf pusat yang abnormal sehingga menghambat aliran cairan serebrospinal.
- Perdarahan di dalam rongga otak sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi pada kelahiran bayi prematur.
- Ibu mengalami infeksi pada rahim selama kehamilan sehingga mengakibatkan peradangan pada jaringan otak janin.
Faktor risiko hidrosefalus lainnya
Selain itu, faktor lain yang bisa meningkatkan risiko terjadinya hidrosefalus pada bayi yakni:
- Tumbuhnya tumor pada otak maupun sumsum tulang belakang.
- Infeksi pada sistem saraf pusat bayi, seperti meningitis bakteri maupun gondong.
- Perdarahan di otak karena stroke maupun cedera kepala.
- Cedera traumatis lainnya ke otak.
Segera konsultasikan dengan dokter apabila Anda melihat adanya masalah pada perkembangan si kecil, baik saat baru lahir maupun seiring bertambahnya usia.
[embed-health-tool-vaccination-tool]