Banyak orangtua salah mengartikan beda anak stunting dan bertubuh pendek (short stature). Mereka berpikir bahwa kedua hal tersebut adalah sama, sehingga berujung pada penanganan yang kurang tepat.
Oleh karena itu, memahami perbedaan antara stunting dan anak bertubuh pendek merupakan langkah awal dan tepat orangtua untuk bertindak.
Apa itu stunting dan tubuh pendek?
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak akibat gizi buruk pada anak, infeksi berulang, dan/atau stimulasi sosial yang buruk.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut, anak-anak yang mengalami stunting umumnya memiliki tinggi badan yang lebih rendah dari rata-rata usianya.
Stunting merupakan kondisi kronis. Artinya, seorang anak yang memiliki kondisi ini tidak akan mencapai tinggi badan yang ideal hingga dewasa nanti.
Selain itu, ia pun cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah serta fungsi otak dan perkembangan organ yang buruk.
Adapun hal ini membuat anak lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi, seperti diabetes dan kanker, serta memiliki kemampuan belajar dan kognitif yang buruk hingga dewasa nanti.
Di sisi lain, anak yang bertubuh pendek juga tidak memiliki tinggi tubuh ideal seperti teman-teman pada usianya. Meski begitu, anak dengan kondisi ini belum berarti tidak sehat.
Ia masih dapat bertumbuh dengan normal sebagaimana anak-anak lainnya. Bahkan, beberapa di antaranya masih bisa menyusul tinggi teman-temannya saat memasuki masa pubertas nanti.
Memahami beda penyebab anak stunting dan pendek
Meski sama-sama memiliki tubuh yang rendah dari rata-rata usianya, stunting dan anak bertubuh pendek memiliki penyebab yang berbeda.
Melansir laman Concern Worldwide US, berikut adalah beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab stunting pada anak.
- Gizi buruk pada anak dan kurangnya akses ke beragam makanan sehat.
- Kebersihan yang buruk serta tidak ada akses untuk memperoleh air minum bersih.
- Kurangnya perawatan kesehatan yang layak untuk anak-anak dan ibu mereka.
- Stimulasi psikososial yang tidak memadai atau kurangnya ikatan emosional antara orangtua dan bayi.
Berbagai penyebab di atas lebih mungkin terjadi karena faktor kemiskinan, adanya konflik dalam keluarga dan lingkungan, atau anak yang dibesarkan tanpa ayah.
Bahkan, yang lebih buruk, stunting sering terjadi dalam siklus atau antargenerasi. Artinya, anak yang memiliki kondisi ini umumnya lahir dari seorang ibu yang kekurangan gizi.
Selain itu, anak yang mengalami stunting juga lebih mungkin memiliki anak dengan kondisi yang sama pada saat dewasa nantinya.
Beda dengan stunting, penyebab anak bertubuh pendek umumnya terkait dengan faktor genetik. Ini berarti anak yang bertubuh pendek biasanya lahir dari orangtua yang pendek pula.
Selain itu, anak yang bertubuh pendek juga mungkin mengalami perlambatan pertumbuhan atau pubertas yang terlambat.
Terkadang, anak yang terlambat bertumbuh ini akan mengalami lonjakan pertumbuhan di akhir masa sekolah menengahnya.
Pada beberapa kasus, keterlambatan pertumbuhan ini juga bisa terjadi karena alasan medis tertentu.
Misalnya, penyakit radang usus pada anak, gangguan tiroid, penyakit Celiac, atau kekurangan hormon pertumbuhan.
Akibat kondisi tersebut, tubuh anak menjadi stres atau tertekan, sehingga tidak dapat tumbuh sebagaimana mestinya.
Apakah anak saya stunting atau hanya bertubuh pendek?
Stunting dan anak bertubuh pendek memang beda. Singkatnya, anak yang stunting memang bertubuh pendek, tetapi anak yang pendek belum tentu mengalami stunting.
Lantas, bagaimana mengenalinya? Melansir laman Children’s Mercy, jika anak Anda pendek, cari tahu apakah celana anak Anda semakin pendek dalam setahun? Apakah Anda perlu membeli sepatu baru setiap awal tahun?
Jika jawabannya ya, kemungkinan besar anak Anda bertumbuh normal. Artinya, anak Anda tetap tumbuh seperti anak-anak pada umumnya dan tidak mengalami stunting.
Selain itu, lihat pula bagaimana tinggi badan Anda sebagai orangtuanya. Jika tinggi badan Anda tidak terlalu tinggi, ini berarti anak Anda cenderung pendek karena faktor genetik dari orangtuanya.
Hal yang lebih akurat, cari tahu status gizi anak Anda.
Berdasarkan standar WHO, anak-anak yang termasuk stunting umumnya memiliki tinggi badan menurut usia (TB/U) setidaknya dua standar deviasi di bawah rata-rata (<-2 SD).
Perbedaan antara mengatasi anak stunting dan tubuh pendek
Anak dengan stunting umumnya tidak dapat bertumbuh secara normal hingga dewasa nantinya.
Sementara anak yang bertubuh pendek karena keterlambatan pertumbuhan bisa teratasi dan kembali pada tumbuh kembang anak sebagaimana mestinya.
Namun, bagaimana mengatasi perlambatan pertumbuhan pada anak? Dr. Patel, dokter anak dari Yale School of Medicine mengatakan, salah satu pilihan untuk mengatasinya adalah menunggu.
Sebab, seperti penjelasan sebelumnya, anak yang terlambat tumbuh mungkin saja mengalami lonjakan pertumbuhan pada masa remaja nanti.
Meski demikian, pada kondisi tertentu, pengobatan bisa saja dokter berikan, tergantung pada penyebab dari short stature tersebut.
Pada anak yang mengalami pubertas terlambat, pemberian terapi hormon pertumbuhan mungkin saja dapat membantu merangsang pubertas dan pertumbuhan anak.
Meski demikian, pemberian hormon juga dapat menimbulkan efek samping, seperti skoliosis, sakit kepala, atau nyeri sendi pada anak.
Beda dengan anak tubuh pendek, cara mengatasi stunting pada anak umumnya lebih terkait dengan pemberian nutrisi, dukungan akses air bersih, serta pendidikan pengasuhan pada orangtua.
Ini termasuk inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, serta pemberian ASI bersama dengan MPASI sampai anak berusia 2 tahun.
Memang, stunting merupakan kondisi kronis. Meski begitu, penanganan tetap perlu dilakukan untuk mencegah kondisi anak semakin buruk semasa hidupnya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]