Zat besi
Sekitar 70 persen dari zat besi yang ada di dalam tubuh berbentuk hemoglobin yang berada di dalam darah. Hemoglobin merupakan zat yang berfungsi untuk mendistribusikan makanan serta oksigen ke seluruh tubuh.
Zat besi juga dibutuhkan dalam pertumbuhan anak termasuk balita. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan di Saharawi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang mengalami kekurangan zat besi memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan kelompok anak yang cukup zat besinya.
Vitamin A
Vitamin yang larut lemak dan memiliki fungsi utama sebagai penjaga indera penglihatan dan berperan dalam pertumbuhan serta sistem kekebalan tubuh.
Salah satu gejala kekurangan vitamin A adalah proses pertumbuhan yang terganggu sehingga anak tidak dapat mencapai tinggi badan yang optimal.
Untuk mengurangi masalah kekurangan vitamin A pada anak-anak yang rentan, suplementasi vitamin A harus didapatkan bayi setiap 1 tahun 2 kali.
2. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
Anak yang dilahirkan dengan berat badan di bawah dari 2500 gram dikatakan memiliki berat badan lahir rendah. Berat badan lahir rendah sebenarnya merupakan kondisi gizi kurang yang terjadi bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan.
Kekurangan gizi ini berlanjut ketika bayi lahir dan pada akhirnya mengganggu pertumbuhannya. Banyak hal yang menyebabkan berat badan lahir rendah.
Namun, sebagian besar disebabkan oleh pola makan serta gaya hidup ibu ketika sebelum hamil dan saat hamil yang tidak sehat.
Tidak hanya ketika masa kehamilan, bahkan sebelum terjadi proses pembuahan juga dapat memengaruhi tumbuh anak hingga ia remaja.
3. Tidak diberi ASI eksklusif
Pemberian ASI adalah faktor penting yang dapat menentukan pertambahan tinggi seorang anak. ASI tidak hanya baik untuk sistem kekebalan tubuh bayi, WHO menyebutkan bahwa ASI berperan dalam perkembangan bayi.
ASI eksklusif adalah cara terbaik untuk memberi nutrisi pada bayi sehingga sangat penting untuk mendukung ibu menyusui kapan saja dan dimana saja secara nyaman.
Otak anak memiliki perubahan dalam tiga tahun pertama. Koneksi saraf terbentuk lebih cepat dibanding tahap lain.
ASI yang diberikan kepada bayi juga bisa mencegah berbagai penyakit infeksi yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang secara langsung.
4. Infeksi yang sering dan berulang-ulang terjadi
Anak-anak, terutama anak yang masih berusia balita, sangat rentan untuk mengalami infeksi karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum kuat.
Infeksi yang diderita anak-anak akan membuat penyerapan terhadap zat gizi yang sudah dicerna dari makanan terganggu.
Ketika hal tersebut terjadi terus-menerus, ini dapat mengakibatkan balita kekurangan berbagai zat gizi dan membuatnya lebih pendek dibanding anak lain. Padahal, zat gizi diperlukan untuk proses pertumbuhan anak.
Oleh karena itu, anak yang sering mengalami infeksi, seperti demam, batuk, pilek, diare dalam waktu yang lama dan berulang-ulang bisa memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari pada teman-temannya.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan di Guetemala, bahwa anak yang sering mengalami cacingan, pertumbuhan tulangnya terhambat.
5. Tidak melakukan imunisasi dasar yang lengkap
Apakah Anda memberikan imunisasi dasar yang lengkap pada anak? Imunisasi dasar yang harus diterima oleh anak balita, yaitu:
- Bacillus calmette guerin (BCG)
- Diphtheria pertusis tetanus–hepatitis b (DPT-HB)
- Diphtheria pertusis tetanus–hepatitis b-hemophilus influenza type b (DPT-HB-Hib)
- Hepatitis B pada bayi baru lahir
- Polio
- Campak
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk melindungi anak dari berbagai penyakit yang menyebabkan infeksi.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa anak yang mengalami infeksi yang cukup sering cenderung memiliki badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Oleh karena itu, sebaiknya Anda memberikan anak imunisasi dasar yang lengkap untuk menjaga kesehatan serta status gizinya.
6. Pola asuh dan pengetahuan orangtua akan gizi yang kurang baik
Orangtua berperan dalam merawat serta mengasuh anaknya dari memberikan makan, memandikan, menggantikannya popok, dan sebagainya.
Pola asuh serta pengetahuan orangtua yang kurang baik tentang kesehatan dan gizi, tentu saja akan berdampak kepada kesehatan serta pertumbuhan bayi secara tidak langsung.
Maka, orangtua (baik ayah dan ibu) yang memiliki pola asuh dan pengetahuan yang baik, cenderung memiliki anak yang sehat dengan status gizi yang baik.
7. Lingkungan tidak bersih dan sanitasi buruk
Hubungan antara sanitasi dan perilaku hidup bersih erat kaitannya dengan penyebaran infeksi, karena itu hal ini menjadi faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi anak.
Perilaku yang kurang bersih dan sanitasi yang buruk secara tidak langsung dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak termasuk balita.
Fakta ini diperkuat dengan penelitian dari jurnal BMC Public Health seputar kebersihan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi kakus dan sanitasi yang buruk meningkatkan peluang stunting, dibandingkan dengan kakus yang lebih bersih.
Di dalam penelitian yang sama disebutkan bahwa untuk mengurangi kondisi anak balita yang pendek harus dimulai dari perbaikan sanitasi dan kebersihan lingkungan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar