Itulah mengapa berat badan bayi dapat menggambarkan status gizi saat ini. Atas dasar inilah, penting untuk memantau sejauh mana peningkatan dan penurunan berat badan bayi guna mengetahui status gizi saat ini.
2. Panjang badan
Pengukuran panjang badan sebenarnya sama dengan tinggi badan. Hanya saja, untuk usia bayi yang masih belum bisa berdiri tegak, indikator panjang badan lebih umum dipakai untuk mengetahui status gizinya.
Jika tinggi badan diukur dalam posisi sedang berdiri tegak, panjang badan diukur pada posisi sebaliknya yakni ketika berbaring.
Bukan hanya posisi pengukuran yang berbeda, alat ukur yang dipakai untuk mengetahui panjang dan tinggi badan seseorang juga tidak sama.
Tinggi badan anak usia di atas dua tahun dan orang dewasa diukur dengan menggunakan alat bernama microtoise atau mikrotoa.
Sementara pengukuran panjang badan memakai alat length board atau infantometer dengan menempatkan bayi pada posisi berbaring di atasnya.
Berbeda dengan berat badan yang merupakan indikator pengukuran status gizi sekarang, panjang badan memiliki sifat linier.
Ini karena perubahan panjang badan tidak secepat peningkatan dan penurunan berat badan. Perubahan panjang badan banyak mendapat pengaruh dari berbagai faktor di masa lampau, contohnya asupan harian bayi sehingga berpengaruh pada status gizinya.
Secara rincinya, panjang atau tinggi badan memberi gambaran mengenai pertumbuhan massa tulang akibat dari asupan gizi, khususnya di masa lampau.
3. Lingkar kepala
Mengutip Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ukuran lingkar kepala merupakan penilaian pertumbuhan bayi yang menggambarkan pertumbuhan otak.
Itulah mengapa selain berat dan panjang badan, lingkar kepala juga termasuk salah satu indikator dalam pengukuran status gizi bayi.
Pengukuran lingkar kepala bayi dilakukan dengan menggunakan pita ukur tidak elastis. Cara mengukur lingkar kepala yakni dimulai dengan melingkari bagian atas alis kemudian melewati bagian atas telinga, sampai ke bagian paling menonjol di belakang kepala bayi.
Cara mengukur status gizi bayi

Setelah mengetahui indikator untuk menilai status gizi bayi, Anda juga perlu tahu cara tepat untuk mengukurnya.
Bukan seperti orang dewasa yang menggunakan indeks massa tubuh (IMT) untuk menilai status gizi, bayi menggunakan indikator pengukuran lainnya.
Bagi bayi yang berusia 0-5 tahun, biasanya digunakan grafik WHO 2006 (cut off z score) untuk membantu mengukur status gizi.
Satuan dari pengukuran dengan grafik WHO 2006 (cut off z score) adalah standar deviasi (SD). Pengukuran status gizi bayi bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:
1. Status gizi bayi berdasarkan berat badan sesuai umur (BB/U)
Indikator berat badan berdasarkan umur (BB/U) dipakai oleh anak berusia 0-5 tahun, termasuk bayi. Pengukuran status gizi ini bertujuan untuk memastikan penambahan berat badan bayi setara dengan usianya saat ini.
Selain itu, indikator status gizi ini juga dapat membantu menujukkan apabila bayi memiliki berat badan sangat kurang, kurang, ideal, lebih, hingga obesitas.
Pada tabel berat badan berdasarkan usia dari WHO, bayi dikatakan memiliki berat yang ideal saat hasilnya berada di rentang -2 sampai dengan +1 SD.
Bila pengukuran berat badan mendapatkan hasil kurang dari -2 SD, bayi dikatakan mengalami kekurangan berat badan.
Begitu pula jika hasil pengukuran berada di angka lebih dari +1 SD, artinya berat badan bayi masuk dalam kategori risiko berlebih.
Penilaian status gizi bayi berdasarkan BB/U, yaitu:
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar