backup og meta

Cacar Api pada Anak

Cacar Api pada Anak

Cacar api bisa dialami seseorang setelah sembuh cukup lama dari cacar air. Itulah kenapa sebagian besar penderitanya berusia di atas 60 tahun. Jika begitu, bisakah cacar api terjadi pada anak, termasuk bayi? Simak informasinya di bawah ini.

Gejala cacar api pada anak

Cacar api atau herpes-zoster adalah penyakit kulit akibat virus Varicella zoster (virus penyebab cacar air) yang kembali aktif menginfeksi tubuh.

Jika sebagian besar (90%) penderita cacar air merupakan anak-anak, sebaliknya cacar api termasuk penyakit yang langka terjadi pada anak-anak. Lalu, bagaimana gejalanya?

Berdasarkan studi pengamatan dalam Open Journal of Pediatrics, gejala cacar api pada anak-anak umumnya lebih ringan dibandingkan dengan orang berusia lanjut.

Anak-anak tidak terlalu berisiko mengalami komplikasi nyeri syaraf post-herpetic neuralgia (PHN) sebagaimana orang berusia di atas 60 tahun.

Setiap jenis cacar umumnya menunjukkan gejala bintik-bintik ruam kemerahan. Namun, cacar api memiliki gejala awal yang khas berupa rasa nyeri dan sensasi terbakar pada kulit.

Setelah ruam muncul, rasa nyeri ini bisa berkurang atau bahkan bertambah parah.

Pola penyebaran ruam cacar api juga berbeda dengan gejala cacar air. Ruam cacar api akan muncul berdekatan membentuk pola melingkar, mengelilingi bagian tubuh tertentu.

Dalam kebanyakan kasus, ruam hanya muncul pada salah satu sisi tubuh. Pola ruam yang melingkar juga tidak pernah melewati tubuh bagian tengah.

Pada anak-anak, ruam biasanya muncul pada pinggang bagian belakang atau pangkal paha.

Dalam waktu 7—10 hari, ruam merah ini akan berubah menjadi vesikel atau lenting (kulit melepuh dan terisi cairan) untuk selanjutnya mengempis menjadi pustula.

Pustula akan mengering dan mengelupas dari kulit dengan sendirinya dalam waktu 2—4 minggu.

Selain ruam, gejala cacar api pada anak seperti demam, kelelahan, dan sakit kepala juga kerap ditunjukkan.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Penyebab cacar api pada anak

Penyebab cacar api pada anak dan bayi

Penyebab cacar api yaitu virus Varicella zoster (virus penyebab cacar air) yang kembali aktif menginfeksi tubuh.

Pasca sembuh dari cacar air, virus varicella-zoster (VZV) tidak hilang melainkan menetap di antara sel-sel saraf kulit tanpa aktif bereplikasi (dorman).

Namun, ketika virus penyebab cacar air ini kembali memperbanyak diri, ia tidak secara tiba-tiba bangun dari tidur panjangnya begitu saja.

Mekanisme re-aktivasi virus VZV memang belum diketahui secara jelas dan mendetail, tapi kondisi sistem imun yang lemah ikut berperan memicu virus yang semula dorman kembali bereplikasi.

Oleh karena itu, baik orang lanjut usia yang mengalami defisiensi imun maupun orang dengan gangguan imunitas (immunocompromised) sangat berisiko terkena penyakit ini setelah terinfeksi cacar air.

Meskipun cacar api merupakan penyakit yang kerap menyerang manula, tapi kini kasus cacar api pada anak terus bertambah.

Sebuah studi pada tahun 2019 dalam Dermatologic therapy meneliti kasus herpes zoster pada anak-anak di bawah usia 18 tahun sejak Oktober 2012 hingga Desember 2018.

Dari 60 kasus yang ditemukan, usia rata-rata anak yang mengalami herpes zoster adalah 8 ± 4,93 tahun.

Dari seluruh jumlah kasus, 46 anak memiliki riwayat cacar air dan hanya 3 orang yang telah mendapat vaksin cacar air.

Kondisi gangguan imunitas merupakan pemicu utama dari re-aktivasi virus VZV pada anak-anak.

Gangguan imunitas dapat disebabkan oleh penyakit yang menyerang sistem imun, seperti penyakit autoimun, HIV, dan kanker, atau menjalani pengobatan yang juga melemahkan daya tahan tubuh.

Peluang terjadinya cacar api pada anak bisa lebih besar jika anak pernah terinfeksi VZV saat berusia di bawah 1 tahun atau ketika bayi masih di dalam kandungan.

Kendati demikian, beberapa kasus cacar api dapat terjadi pada anak yang imunokompeten atau memiliki imunitas yang abnormal.

Cara mengatasi cacar api pada anak

Dokter mengobati cacar api

Infeksi virus VZV lama-kelamaan memang akan melemah dengan sendirinya. Namun, anak-anak bisa merasa sangat terganggu atau tidak nyaman dengan gangguan kesehatan yang disebabkan cacar api.

Pada kasus yang parah, terutama apabila menyerang bagian tubuh tertentu seperti mata dan telinga, infeksi bisa meningkatkan komplikasi kerusakan saraf pada organ tersebut.

Oleh sebab itu, pengobatan medis dan perawatan suportif di rumah sangat dibutuhkan. Obat untuk mengatasi cacar api pada anak adalah antivirus seta obat pereda nyeri dan demam.

1. Pengobatan medis

Antivirus yang digunakan adalah acyclovir atau valacyclovir. Anda perlu berkonsultasi kepada dokter untuk memperoleh resep obat ini.

Dokter akan memberikan dosis obat beserta aturan penggunaan yang sesuai dengan tingkat keparahan gejala cacar api pada anak Anda.

Cara kerja obat ini tidak untuk menghilangkan virus di dalam tubuh. Akan tetapi, konsumsi acyclovir dalam waktu 24 jam setelah ruam pertama muncul memberikan efek seperti berikut.

  • Mempersingkat masa infeksi virus.
  • Menurunkan kemampuan infeksi virus.
  • Mempercepat proses mengeringnya lenting cacar api.
  • Mencegah munculnya ruam-ruam cacar api yang baru.

Sementara obat pereda nyeri untuk meringankan gejala nyeri dan sensasi terbakar di kulit yang biasanya diberikan adalah obat analgesik.

Obat analgesik yang dimaksud seperti acetaminophen (parasetamol), atau obat topikal berupa krim seperti capsaicin dan lidocaine.

2. Pengobatan rumahan

Anak yang mengalami cacar api harus beristirahat total di rumah, menjaga jarak, dan membatasi interaksi dengan orang-orang di sekelilingnya.

Pasalnya, anak yang terjangkit cacar api dapat menularkan virus VZV dan menyebabkan cacar air pada orang yang belum terinfeksi.

Selama di rumah, Anda bisa melakukan cara perawatan ini pada anak.

  • Mencegah anak untuk menggaruk ruam cacar yang terasa nyeri atau gatal.
  • Mengoleskan losion calamine secara rutin pada bagian kulit yang terdampak.
  • Mencoba tips mandi untuk cacar air dengan berendam dalam air hangat yang dicampur dengan oatmeal dan baking soda.

Cara mencegah cacar api pada anak

Ciri-ciri cacar api di kaki

Ada vaksin yang bisa memberi perlindungan terhadap infeksi virus varicella-zoster.

Vaksin ini terbukti efektif mencegah penyakit cacar air pada anak, tapi tidak dapat mencegah terjadinya re-aktivasi virus yang menyebabkan cacar api.

Akan tetapi, vaksin cacar air yang diberikan pada orang yang pernah terinfeksi bisa mengurangi keparahan gejala cacar api seandainya terjadi re-aktivasi virus.

Selain itu, vaksinasi memperkecil peluang anak yang pernah terinfeksi cacar air untuk terkena cacar api saat mereka dewasa nanti.

Hal ini dibuktikan oleh penelitian dari American Academy of Pediatrics.

Peneliti mengamati rangkuman rekam medis dari 6,3 juta anak yang melakukan vaksin cacar air selama 12 tahun, dan menyimpulkan vaksin cacar air mengurangi risiko anak mengalami herpes zoster setelah dewasa sebanyak 78%.

Meskipun tidak pasti dapat menangkal aktifnya replikasi virus VZV, tapi tidak ada salahnya untuk melakukan vaksinasi pada anak, baik yang pernah terinfeksi cacar air maupun yang belum.

Vaksinasi yang dianjurkan untuk anak-anak adalah 2 kali dosis yang diberikan ketika berumur 12—18 bulan dan ketika usia 4—6 tahun.

Tanyakan kepada dokter jika Anda memiliki pertanyaan seputar penyakit infeksi anak ini atau terkait jadwal pemberian vaksin untuk mencegahnya.

Kesimpulan

  • Cacar api atau herpes zoster pada anak-anak merupakan kondisi yang jarang terjadi.
  • Penyakit ini disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster, yang sebelumnya menyebabkan cacar air.
  • Gejala cacar api pada anak meliputi ruam kulit yang menyakitkan, demam, dan kelelahan.
  • Pengobatan biasanya melibatkan pemberian obat antivirus dan pereda nyeri untuk mengurangi gejala dan mempercepat penyembuhan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Katakam, B. K., Kiran, G., & Kumar, U. (2016). A Prospective Study of Herpes Zoster in Children. Indian journal of dermatology61(5), 534–539. https://doi.org/10.4103/0019-5154.190121

Shingles (for Parents) | Nemours KidsHealth. (n.d.). Retrieved 20 February 2025, from https://kidshealth.org/en/parents/shingles.html

Shingles. (n.d.). Retrieved 20 February 2025, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/shingles/symptoms-causes/syc-20353054

Study: Children vaccinated against varicella less likely to get herpes zoster. (N.d.). Retrieved 20 February 2025, from https://publications.aap.org/aapnews/news/13815/Study-Children-vaccinated-against-varicella-less?autologincheck=redirected

Mahmood Malik, L., Azfar, N., Khan, A., Hussain, I., & Jahangir, M. (2013). Herpes zoster in children. Journal of Pakistan Association of Dermatologists23(3), 2267–2271. https://applications.emro.who.int/imemrf/J_Pak_Assoc_Dermatol/J_Pak_Assoc_Dermatol_2013_23_3_267_271.pdf

Aktaş, H., Erdal, S. A., & Güvenç, U. (2019). Herpes Zoster in children: Evaluation of the sixty cases. Dermatologic therapy32(6), e13087. https://doi.org/10.1111/dth.13087

Department of Health. Victoria, A. (2024). Chickenpox and shingles (varicella / herpes zoster). Retrieved 20 February 2025, from https://www.health.vic.gov.au/infectious-diseases/chickenpox-and-shingles-varicella-herpes-zoster

Versi Terbaru

03/03/2025

Ditulis oleh Fidhia Kemala

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Apa Bedanya Herpes Zoster dan Herpes Simplex?

Muncul Ruam Merah di Sekitar Mulut Anak, Ini Penyebabnya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan