Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio yang menyerang sistem saraf pusat dan merusak sistem saraf motorik. Sampai saat ini, polio belum ada obatnya. Itu sebabnya, pencegahan sangat diperlukan dengan pemberian vaksin polio.
Apa manfaat vaksin polio?
Vaksin polio adalah vaksin untuk mencegah penyakit poliomielitis, yang disebut juga penyakit polio atau lumpuh layu.
Ini merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, bahkan berpotensi menyebabkan kematian.
Vaksin polio termasuk ke dalam imunisasi anak yang wajib diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan bersamaan dengan vaksin hepatitis B, DPT, dan HiB.
Imunisasi polio juga termasuk dalam daftar imunisasi yang harus diulang.
Dalam situs resminya, Center for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa penyebab penyakit ini ialah virus polio yang menyerang otak dan sumsum tulang belakang.
Akibat penyakit ini, penderita tidak bisa menggeraKkan bagian tubuh tertentu, biasanya terjadi pada salah satu atau bahkan kedua kakinya.
Apa saja jenis vaksin polio?
Ada dua jenis vaksin polio yang harus anak-anak dapatkan, yaitu vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio suntik (IPV).
Apa yang membedakan OPV dan IPV? Berikut penjelasannya.
1. Vaksin polio oral (OPV)
Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi polio oral adalah pemberian virus polio yang masih aktif tetapi sudah dilemahkan.
Ini membuat virus masih bisa berkembang biak dalam usus, kemudian merangsang usus dan darah untuk membentuk zat kekebalan tubuh (antibodi) terhadap virus polio liar.
Virus polio liar masuk ke dalam usus bayi, lalu antibodi akan membunuh virus yang terbentuk di dalam usus dan darah.
Oleh karena itu, pemberian virus polio liar yang sudah melalui proses pelemahan tidak berbahaya. Virus polio liar ini juga akan mati oleh sistem kekebalan tubuh yang terbentuk.
2. Vaksin polio suntik (IPV)
Vaksin polio suntik berisikan virus polio yang sudah tidak aktif (mati) atau inactive polio vaccine (IPV).
Masih menurut IDAI, cara kerja vaksin jenis ini yaitu membentuk kekebalan di dalam darah, tetapi tidak di usus.
Ini membuat virus polio liar masih bisa berkembang biak di usus tanpa membuat anak merasa sakit karena ada kekebalan dalam darah.
Namun, ini hal yang buruk karena virus polio liar masih berkembang biak dalam usus dan bisa menyebar lewat feses atau tinja ke anak-anak lain.
Hal tersebut membuat peluang anak-anak terkena penyakit polio lebih besar.
Penting untuk diingat
Siapa saja yang perlu mendapatkan vaksin polio?
Direkomendasikan bahwa pemberian imunisasi polio pada anak yakni sebanyak lima kali.
Namun, tidak hanya anak-anak yang perlu mendapatkan imunisasi ini, orang dewasa juga membutuhkannya. Berikut panduan dan penjelasannya.
1. Bayi dan anak-anak
Berdasarkan tabel jadwal imunisasi anak 2024 rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian imunisasi polio sebanyak lima kali, dengan rincian sebagai berikut.
- 0—1 bulan.
- 2 bulan.
- 3 bulan.
- 4 bulan.
- 18 bulan (pengulangan).
Bayi baru lahir mendapatkan vaksin OPV, lalu pada imunisasi polio berikutnya mendapat suntikan (IPV) atau OPV kembali.
Pemberian vaksin IPV minimal dua kali sebelum berumur 1 tahun bersama DTwP atau DTaP.
Kalau imunisasi polio terlambat anak dapatkan, tidak perlu mengulang dari awal dan tetap lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal.
Ibu sudah bisa memberikan ASI segera setelah imunisasi polio oral pada umur lebih dari 1 minggu. Dalam kolostrum ASI, terdapat antibodi dengan titer tinggi yang dapat mengikat vaksin OPV.
Sementara bagi ibu yang memberikan susu formula, anak sudah boleh minum susu formula setelah vaksin OPV.
Pemberian vaksin OPV juga wajib pada anak usia 0—59 bulan pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN), meski sebelumnya sudah mendapatkan imunisasi yang sama.
Jadi, anak yang sebelumnya sudah dapat vaksin OPV tetap mendapatkan vaksin yang sama pada saat Pekan Imunisasi Nasional.
2. Orang dewasa
Sebagian besar orang dewasa tidak memerlukan vaksin polio karena sudah mendapatkan imunisasi ini saat anak-anak.
Namun, ada tiga kelompok orang dewasa yang berisiko tinggi terkena polio dan perlu mempertimbangkan untuk mendapatkan vaksin polio, yaitu sebagai berikut.
- Bepergian ke negara dengan angka polio tinggi.
- Pekerja laboratorium dan menangani kasus yang mengandung virus polio.
- Petugas kesehatan yang merawat pasien atau berhubungan dekat dengan penderita penyakit polio.
Tiga kelompok tersebut termasuk yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio sama sekali harus mendapatkan tiga kali vaksin IPV dengan rincian berikut.
- Dosis pertama bisa kapan saja.
- Dosis kedua pada 1—2 bulan setelah dosis pertama.
- Dosis ketiga pada 6—12 bulan setelah suntikan kedua.
Untuk orang dewasa yang sudah mendapatkan 1—2 kali imunisasi polio sebelumnya hanya perlu melakukan satu atau dua kali imunisasi ulang. Jadwalnya pun tidak bergantung dengan jeda waktu imunisasi pertama.
Bila orang dewasa berisiko terpapar virus polio dan sudah menerima imunisasi lengkap, baik oral maupun suntik, bisa mendapatkan imunisasi IPV sebagai booster.
Anda bisa melakukan imunisasi polio booster kapan saja dan berlaku seumur hidup.
Siapa yang perlu menunda vaksin polio?
Pemberian imunisasi polio merupakan upaya untuk mencegah penyakit yang menyerang sistem saraf dan otot manusia.
Meski bermanfaat, ada beberapa kondisi yang membuat anak perlu menunda bahkan tidak mendapatkan vaksin polio, yaitu di bawah ini.
1. Alergi yang mematikan
Bila anak Anda memiliki alergi yang sangat parah sampai bisa mengancam nyawa karena bahan dalam vaksin, sebaiknya tidak mendapatkan imunisasi polio.
Alergi yang membahayakan ini (anafilaktik) dapat menimbulkan gejala:
- kesulitan bernapas,
- detak jantung cepat,
- kelelahan parah, dan
- napas berbunyi (mengi).
Konsultasikan kepada dokter atau petugas medis lain bila anak Anda memiliki alergi yang sangat berbahaya pada jenis obat tertentu.
2. Mengalami demam
Anak biasanya tidak dianjurkan mendapat imunisasi saat sedang demam.
Dokter akan menyarankan penundaan pemberian vaksin dan meminta Anda untuk datang ketika si Kecil sudah dalam keadaan sehat.
Namun, berdasarkan saran IDAI, anak yang sedang batuk pilek boleh imunisasi OPV selama tidak demam, tetapi tidak untuk IPV.
Adakah efek samping vaksin polio?
Sama dengan kinerja obat, imunisasi juga memiliki dampak dan pengaruh setelah pemberiannya.
Namun, efek samping imunisasi yang anak rasakan cenderung ringan dan bisa hilang dengan sendirinya. Efek samping ringan setelah imunisasi polio antara lain:
- demam ringan setelah imunisasi,
- nyeri pada bekas suntikan, serta
- pengerasan kulit pada area suntikan.
Dampak imunisasi polio bisa hilang dengan sendirinya dalam 2—3 hari sehingga Anda tidak perlu khawatir anak sakit setelah imunisasi.
Sementara pada kasus yang sangat jarang terjadi, imunisasi polio memiliki efek samping cukup parah, yaitu:
- nyeri bahu,
- pingsan, hingga
- reaksi alergi parah yang terjadi beberapa menit atau jam setelah menerima vaksin.
Perlu diketahui bahwa kasus tersebut sangat jarang terjadi, perbandingannya yakni 1 dari 1 juta pemberian vaksin.
Reaksi alergi yang terjadi biasanya sesak napas, detak jantung berdegup kencang, kelelahan parah, sampai napas berbunyi (mengi).
Kapan harus ke dokter?
Anda perlu berkonsultasi ke dokter ketika anak Anda mengalami efek samping berat setelah pemberian vaksin polio.
Berikut beberapa kondisi yang membuat Anda perlu membawa si Kecil ke dokter.
- Ruam kulit (gatal sampai seperti terbakar).
- Mengalami masalah pernapasan.
- Tubuh dingin, lembap, berkeringat.
- Hilang kesadaran.
Saat konsultasi, beri tahu dokter bahwa anak Anda baru mendapatkan imunisasi polio. Hal ini memudahkan untuk menangani sesuai kondisi.
Namun, harus orangtua pahami bahwa manfaat imunisasi lebih besar daripada efek sampingnya, sehingga penting si Kecil dapatkan.
Pasalnya, anak yang tidak mendapat imunisasi lebih rentan terkena penyakit berbahaya.
Kesimpulan
- Vaksin polio adalah imunisasi wajib bagi anak untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian.
- Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu vaksin polio oral (OPV) yang diberikan dengan cara diteteskan ke mulut, dan vaksin polio inaktif (IPV) yang diberikan melalui suntikan.
- Jadwal pemberian imunisasi polio dimulai segera setelah bayi lahir, diikuti pada usia 2, 3, dan 4 bulan, dengan dosis lanjutan pada usia 18 bulan.
- Efek samping yang mungkin terjadi meliputi demam ringan, nyeri, atau pengerasan kulit di area suntikan.
[embed-health-tool-vaccination-tool]