backup og meta

Pahami Ciri Alergi Telur pada Bayi serta Cara Mengatasinya

Pahami Ciri Alergi Telur pada Bayi serta Cara Mengatasinya

Saat muncul ruam merah pada kulit si Kecil, beberapa dari Anda mungkin bingung apakah ini tanda biang keringat atau alergi, termasuk apakah ini alergi telur atau bukan. Apalagi, alergi telur pada bayi merupakan salah satu jenis alergi yang umum terjadi.

Lantas, bagaimana orangtua mengetahui apakah si Kecil memiliki alergi telur atau tidak? Lalu, apa ciri-ciri bayi alergi telur? Ketahui jawabannya melalui ulasan di bawah ini. 

Ciri-ciri alergi telur pada bayi

Alergi telur pada bayi biasanya terjadi ketika bayi yang sudah memulai MPASI (makanan pendamping ASI) mengonsumsi makanan yang mengandung telur.

Biasanya, reaksi alergi ini muncul dalam hitungan menit hingga jam setelah si Kecil mengonsumsi telur. 

Pada bayi yang masih menyusu ASI, reaksi alergi ini juga bisa muncul bila ibu mengonsumsi telur sebelum menyusui si Kecil.

Pasalnya, protein dalam telur yang ibu konsumsi bisa masuk ke dalam ASI dan kemudian diminum oleh bayi. Inilah yang sering kali membuat si Kecil tampak memiliki alergi ASI.

Lantas, apa gejalanya? Gejala atau ciri alergi telur dapat bersifat ringan hingga berat. Melansir Kids Health, berikut adalah beberapa tanda atau ciri bayi alergi telur. 

  • Mengi atau napas berbunyi. 
  • Kesulitan bernapas atau sesak napas.
  • Batuk. 
  • Suara serak. 
  • Sakit perut. 
  • Muntah. 
  • Diare
  • Mata gatal, berair, dan bengkak.
  • Gatal-gatal. 
  • Bintik atau ruam merah pada bayi.

Reaksi alergi ini mungkin dapat berbeda-beda pada setiap anak bergantung pada kondisi tubuh, jumlah telur yang dikonsumsi, hingga seberapa matang telur tersebut. 

Alergi telur pada si Kecil pun tidak hanya terjadi ketika telur dikonsumsi, tetapi juga saat si Kecil bersentuhan dengan kulit telur atau bahkan menyentuh telur mentah.

Namun, biasanya kondisi ini hanya terjadi pada kulit bayi yang sangat sensitif. 

Kapan harus ke dokter?

Pada kasus alergi telur yang parah, tubuh anak dapat menyebabkan reaksi yang serius yang disebut dengan syok anafilaksis. 

Syok anafilaksis dapat dimulai dengan beberapa gejala yang ringan, tetapi dapat cepat memburuk. Saat mengalami syok anafilaksis, bayi mungkin akan menunjukkan tanda berikut.

  • Penyempitan saluran pernapasan, termasuk tenggorokan yang menjadi bengkak sehingga membuatnya sulit bernapas. 
  • Sakit perut dan kram. 
  • Denyut nadi cepat. 
  • Syok dengan penurunan tekanan darah yang parah dan disertai dengan pusing, sakit kepala, hingga kehilangan kesadaran. 

Pada kondisi ini, segera cari bantuan medis darurat atau berkonsultasi kepada dokter untuk mengatasinya.

Penyebab alergi telur pada bayi 

alergi telur pada bayi

Penyebab alergi makanan, termasuk alergi telur pada bayi, terjadi karena sistem imun yang bereaksi secara berlebihan setelah mengonsumsi telur.

Ini karena tubuh mengidentifikasi protein telur sebagai zat yang berbahaya.

Jadi, saat bayi mengonsumsi protein telur, sel sistem imun (antibodi) bereaksi berlebihan dengan cara mengeluarkan antibodi imunoglobulin (IgE) sebagai perlindungan tubuh dari zat yang dianggap berbahaya tersebut. 

Nantinya, antibodi tersebut akan melepaskan histamin dan bahan kimia lain yang menyebabkan tanda dan gejala alergi. 

Faktor risiko alergi telur pada bayi

Selain penyebab yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko si Kecil mengalami alergi telur, di antaranya berikut ini.

  • Dermatitis atopik. Bayi dengan eksim atau dermatitis atopik berisiko lebih tinggi mengalami alergi makanan, termasuk alergi telur. 
  • Riwayat genetik. Bayi juga berisiko lebih tinggi mengalami alergi makanan atau jenis alergi lainnya bila salah satu atau bahkan kedua orangtua mereka memiliki alergi terhadap makanan tersebut.
  • Kondisi lainnya. Bayi yang memiliki alergi makanan lain, seperti alergi udang atau kacang-kacangan, mungkin lebih rentan terhadap alergi telur. 

Diagnosis alergi telur pada bayi

pemeriksaan kembung pada bayi

Untuk mendiagnosis alergi telur pada bayi, dokter akan menanyakan riwayat medis anak dan melakukan pemeriksaan fisik.

Dokter juga akan memastikan alergi ini dengan beberapa tes, seperti berikut ini.

1. Tes tantangan makanan 

Tes ini dilakukan dengan cara memberikan si Kecil sejumlah telur secara bertahap untuk melihat apakah terjadi reaksi alergi.

2. Diet eliminasi

Dokter mungkin akan meminta orangtua untuk membuat catatan harian terperinci tentang makanan yang dikonsumsi si Kecil.

Setelah itu, dokter akan meminta orangtua untuk menghilangkan telur guna melihat apakah gejala alergi membaik. 

3. Tes tusuk kulit 

Tes tusuk kulit juga mungkin perlu dilakukan. Pada tes ini, sejumlah kecil protein telur diletakkan pada kulit bayi, yang kemudian sedikit ditusuk dengan jarum kecil.

Jika bayi memiliki alergi, kulit akan menunjukkan reaksi berupa ruam merah dan gatal.

4. Tes darah 

Tes ini mengukur tingkat antibodi imunoglobulin E (IgE) terhadap protein telur dalam darah. Tingkat IgE yang tinggi dapat menunjukkan adanya alergi.

Cara mengatasi alergi telur pada bayi

Setelah dokter memastikan bahwa si Kecil memiliki alergi telur, langkah pertama dalam pengobatan adalah menghindari telur dan produk makanan yang mengandung telur. 

Meski terlihat mudah dilakukan, menghilangkan telur dari makanan anak mungkin tak semudah yang dikira.

Pasalnya, telur merupakan bahan tersembunyi yang terkandung dalam banyak makanan. Oleh karena itu, orangtua perlu membaca label kemasan makanan sebelum memberikannya kepada buah hati. 

Di samping cara di atas, dokter mungkin akan memberikan obat seperti antihistamin untuk mengurangi rasa gatal dan ruam pada kulit bayi bila reaksi yang ditimbulkan masih tergolong ringan.

Namun, bila si Kecil menunjukkan reaksi alergi parah atau bahkan syok anafilaksis, segera bawa anak ke UGD untuk mendapatkan pertolongan sesegera mungkin.

Nantinya, dokter akan memberikan obat seperti epinefrin untuk mengobati syok yang terjadi. 

Cara mencegah alergi telur pada bayi

viral exanthem

Mencegah alergi telur pada si Kecil bisa menjadi tantangan. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya alergi tersebut.

  • Pengenalan makanan secara bertahap: Perkenalkan telur secara bertahap dalam jumlah kecil saat bayi mulai makan makanan padat atau MPASI, biasanya sekitar usia 6 bulan. Ini dapat membantu sistem kekebalan tubuh bayi mengenali dan mentoleransi protein dalam telur.
  • Pengolahan telur dengan baik: Pastikan telur dimasak dengan baik sebelum diberikan kepada bayi. Telur yang matang penuh (direbus, digoreng, atau dipanggang) memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menyebabkan reaksi alergi dibandingkan dengan telur yang setengah matang atau mentah.
  • Konsultasi kepada dokter: Jika bayi memiliki riwayat keluarga dengan alergi atau memiliki kondisi seperti eksim atau alergi makanan lainnya, konsultasikan kepada dokter anak atau ahli alergi sebelum memperkenalkan telur.
  • Menyusui: Menyusui eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dan melanjutkan menyusui sambil memperkenalkan makanan padat dapat membantu mengurangi risiko alergi makanan, termasuk alergi telur.
  • Menghindari telur: Jika bayi sudah menunjukkan tanda-tanda alergi telur, hindari semua produk yang mengandung telur dan pastikan untuk membaca label makanan dengan cermat. Dokter atau ahli gizi dapat membantu memberikan saran tentang alternatif makanan yang aman.

Yang perlu diingat dalam menghadapi alergi telur pada si Kecil adalah memahami gejala dan meningkatkan kewaspadaan guna memastikan kesehatan dan keselamatan anak. 

Anda juga bisa berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi anak Anda, termasuk alergi terhadap telur. 

Kesimpulan

  • Alergi telur pada bayi merupakan kondisi yang umum terjadi. Reaksi alergi dapat bervariasi dari ringan hingga parah, termasuk gejala seperti napas berbunyi, muntah, atau bahkan syok anafilaksis.
  • Alergi telur pada anak disebabkan oleh respons berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap protein telur. Faktor risiko meliputi riwayat dermatitis atopik, faktor genetik, dan alergi makanan lainnya.
  • Pengobatannya meliputi menghindari telur dari asupan bayi dan penggunaan obat-obatan jika diperlukan.

[embed-health-tool-child-growth-chart]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Egg allergy. (n.d.). Retrieved 10 July 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/egg-allergy/diagnosis-treatment/drc-20372119 

(N.d.). Retrieved 10 July 2024, from https://www.ruh.nhs.uk/patients/services/clinical_depts/paediatrics/documents/patient_info/PAE029_Egg_allergy_info_sheet.pdf 

The Children’s Hospital of Philadelphia. (2020). Egg Allergies. Retrieved 10 July 2024, from https://www.chop.edu/conditions-diseases/egg-allergies 

Egg Allergy (for Parents) | Nemours KidsHealth. (n.d.). Retrieved 10 July 2024, from https://kidshealth.org/en/parents/egg-allergy.html 

Egg allergy. (n.d.). Retrieved 10 July 2024, from https://www.healthdirect.gov.au/egg-allergy 

Egg Allergy: Allergy UK: National Charity. (n.d.). Retrieved 10 July 2024, from https://www.allergyuk.org/resources/egg-allergy-factsheet/ 

Egg allergy. (N.d.). Retrieved 10 July 2024, from https://mft.nhs.uk/app/uploads/sites/7/2018/04/EggAllergy.pdf 

Allergy and Immunology. (N.d.). Retrieved 10 July 2024, from https://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/allergy/Egg%20Allergy(1).pdf 

Versi Terbaru

29/07/2024

Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari

Ditinjau secara medis oleh dr. Aisya Fikritama, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Apakah Anak dengan Asma Pasti Punya Riwayat Alergi?

Ciri Ruam Alergi Susu Sapi pada si Kecil serta Cara Mengatasinya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Aisya Fikritama, Sp.A

Kesehatan anak · RS UNS Solo


Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari · Tanggal diperbarui 29/07/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan