Sejak baru lahir, perkembangan tubuh bayi sudah diukur untuk memastikannya berada di rentang normal. Selain berat badan dan lingkar kepala, perkembangan lain yang tidak kalah penting untuk diketahui yakni tinggi atau panjang badan bayi. Kapan tinggi atau panjang badan bayi tergolong kurang dan apa yang perlu diperhatikan?
Berapa tinggi badan bayi yang normal?
Pertumbuhan seseorang diartikan sebagai bertambahnya ukuran, jumlah sel, serta jaringan pembentuk tubuh.
Kombinasi dari berbagai hal tersebut yang memengaruhi penambahan ukuran fisik dan bentuk tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa salah satu indikator yang dinilai untuk mengukur pertumbuhan bayi yaitu tinggi atau panjang badan.
Di usia bayi, cara mengukur apakah tinggi badan dirinya tergolong kurang, normal, atau lebih yaitu dengan menggunakan indikator panjang badan berdasarkan usia (PB/U).
Selama bayi belum mampu berdiri tegak, pengukuran tinggi atau panjang badannya biasanya dilakukan dengan posisi berbaring.
Inilah mengapa pengukuran tinggi badan bayi sebenarnya lebih dikenal dengan pengukuran panjang badan.
Pasalnya, pengukuran panjang badan memang lebih identik dilakukan dengan posisi berbaring, sedangkan tinggi badan dilakukan dalam posisi berdiri tegak.
Indikator pengukuran panjang badan per usia (PB/U) umumnya dilakukan untuk bayi yang berusia di bawah dua tahun.
Sementara saat si kecil sudah mampu berdiri tegak, pengukuran ini disebut dengan tinggi badan.
Menurut WHO dan Kementerian Kesehatan RI, tinggi atau panjang badan bayi dikatakan normal dan tidak kurang atau lebih saat berada pada rentang berikut ini.
Bayi laki-laki
Berdasarkan tabel WHO, panjang badan normal bayi laki-laki sampai usia 24 bulan yakni:
- Usia 0 bulan atau baru lahir: 46,1-55,6 sentimeter (cm)
- Usia 1 bulan: 50,8-60,6 cm
- Usia 2 bulan: 54,4-64,4 cm
- Usia 3 bulan: 57,3-67,6 cm
- Usia 4 bulan: 59,7-70,1 cm
- Usia 5 bulan: 61,7-72,2 cm
- Usia 6 bulan: 63,6-74,0 cm
- Usia 7 bulan: 64,8-75,5 cm
- Usia 8 bulan: 66,2- 77,2 cm
- Usia 9 bulan: 67,5-78,7 cm
- Usia 10 bulan: 68,7-80,1 cm
- Usia 11 bulan: 69,9-81,5 cm
- Usia 12 bulan: 71,0-82,9 cm
- Usia 13 bulan: 72,1-84,2cm
- Usia 14 bulan: 73,1-85,5 cm
- Usia 15 bulan: 74,1-86,7 cm
- Usia 16 bulan: 75,0-88,0 cm
- Usia 17 bulan: 76,0-89,2 cm
- Usia 18 bulan: 76,9-90,4 cm
- Usia 19 bulan: 77,7-91,5 cm
- Usia 20 bulan: 78,6-92,6 cm
- Usia 21 bulan: 79,4-93,8 cm
- Usia 22 bulan: 80,2-94,9 cm
- Usia 23 bulan: 81,0-95,9 cm
- Usia 24 bulan: 81,7-97,0 cm
Jika tinggi atau panjang badan bayi laki-laki berada di antara rentang tersebut, tandanya ia tidak dikatakan kurang atau lebih tinggi badan.
Bayi perempuan
Berdasarkan tabel WHO, tinggi atau panjang badan normal bayi perempuan sampai usia 24 bulan yakni:
- Usia 0 bulan atau baru lahir: 45,4-54,7 cm
- Usia 1 bulan: 49,8-59,6 cm
- Usia 2 bulan: 53,0-63,2 cm
- Usia 3 bulan: 55,6-66,1 cm
- Usia 4 bulan: 57,8-68,6 cm
- Usia 5 bulan: 59,6-70,7 cm
- Usia 6 bulan: 61,2-72,5 cm
- Usia 7 bulan: 62,7-74,2 cm
- Usia 8 bulan: 64,0-75,8 cm
- Usia 9 bulan: 65,3-77,4 cm
- Usia 10 bulan: 66,5-78,9 cm
- Usia 11 bulan: 67,7-80,3 cm
- Usia 12 bulan: 68,9-81,7 cm
- Usia 13 bulan: 70,0-83,1 cm
- Usia 14 bulan: 71,0-84,4 cm
- Usia 15 bulan: 72,0-85,7 cm
- Usia 16 bulan: 73,0-87,0 cm
- Usia 17 bulan: 74,0-88,2 cm
- Usia 18 bulan: 74,9-89,4 cm
- Usia 19 bulan: 75,8-90,6 cm
- Usia 20 bulan: 76,7-91,7 cm
- Usia 21 bulan: 77,5-92,9 cm
- Usia 22 bulan: 78,4-94,0 cm
- Usia 23 bulan: 79,2-95,0 cm
- Usia 24 bulan: 80,0-96,1 cm
Sama halnya dengan bayi laki-laki, bila tinggi atau panjang badan bayi perempuan yang berada di bawah rentang tersebut tandanya ia kurang atau pendek.
Sementara jika di atas rentang tersebut, artinya tinggi badan si kecil terbilang lebih.
Kapan tinggi badan bayi dikatakan kurang?
Menurut IDAI, cara paling mudah untuk mengetahui pertumbuhan tubuh bayi usia 12 bulan berjalan normal adalah dengan mengukur apakah panjang badannya naik 50 % sejak lahir.
Meski begitu, orangtua harus memahami bahwa kecepatan pertumbuhan anak berbeda satu sama lain.
Itu sebabnya, penting untuk melakukan pengukuran secara berkala guna memastikan tidak ada kelainan atau masalah yang dialami si kecil.
Ada frekuensi atau jadwal pengukuran yang sebaiknya dilakukan sampai usia bayi menginjak 12 bulan. Anda bisa memeriksakan si kecil secara rutin setiap tiga bulan sekali sampai usianya tiga tahun.
Selanjutnya, pemeriksaan pertumbuhan bayi bisa di selang setiap enam bulan sekali sampai usianya enam tahun dan 1 tahun sekali setelah usianya di atas enam tahun.
Berdasarkan Permenkes Nomor 2 Tahun 2020, kategori penilaian panjang badan bayi berdasarkan usia (PB/U), yakni:
- Sangat pendek: kurang dari -3 SD
- Pendek: -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD
- Normal: -2 SD sampai dengan +3 SD
- Tinggi: lebih dari +3 SD
Satuan dari pengukuran tersebut dikenal dengan nama standar deviasi (SD).
Penjelasannya begini, tinggi atau panjang bayi dikatakan normal alias tidak kurang dan lebih saat berada di rentang -2 sampai +3 SD pada tabel WHO.
Jika berada di bawah -2 SD, tinggi badan bayi dikatakan kurang atau pendek. Sementara jika bayi lebih dari +3 SD dikatakan tinggi.
Cara lebih mudahnya, Anda hanya perlu melihat rentang tinggi badan ideal di atas. Bila tinggi badan bayi kurang dari itu, tandanya ia tergolong pendek.
Apa penyebab tinggi badan bayi kurang?
Panjang atau tinggi badan bayi yang kurang bisa disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab tinggi badan kurang pada bayi yang tidak terkait dengan kondisi medis yakni karena keturunan.
Meski usianya masih terbilang sangat kecil, perawakan pendek dari salah satu maupun kedua orangtua dapat menurun kepada bayi.
Perawakan pendek idiopatik (idiopathic short stature) termasuk penyebab lain dari tinggi badan kurang atau pendek pada bayi.
Melansir dari laman Healthy Children, tidak ada penyebab khusus dari perawakan pendek idiopatik. Bahkan, anak dengan kondisi tersebut umumnya tetap terlihat sehat.
Selain itu, penyebab tinggi badan bayi yang kurang juga bisa dikarenakan adanya kondisi atau masalah medis tertentu.
Jika memang panjang badan kurang pada bayi disebabkan oleh kondisi medis, biasanya akan disertai dengan gejala tertentu.
Berbagai kondisi medis yang dapat menjadi penyebab tinggi badan bayi kurang yaitu penyakit yang menyerang organ tubuh.
Penyakit tersebut meliputi jantung, ginjal, radang usus, asma, hingga anemia pada bayi.
Asupan gizi yang buruk, rutin konsumsi obat-obatan tertentu, kurangnya hormon di dalam tubuh, serta kondisi genetik turut menjadi pemicu tinggi badan bayi kurang.
Kurang atau buruknya asupan gizi bayi bisa sejak pemberian ASI eksklusif sampai akhirnya si kecil mengenal makanan pendamping ASI (MPASI).
Kapan harus ke dokter?
Seribu hari pertama kehidupan merupakan masa pertumbuhan anak yang paling pesat.
Seribu hari pertama bukan dihitung sejak bayi baru lahir, melainkan sejak awal kehamilan hingga usianya genap dua tahun.
Selama masa tersebut berlangsung proses pembentukan otak dan organ penting tubuh lainnya.
Bahkan, pertumbuhan tinggi badan bayi juga ditentukan dari apakah asupan nutrisi dapat memenuhi kebutuhan gizi hariannya.
Jika bayi mengalami gangguan pertumbuhan di masa tersebut tetapi tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa menimbulkan efek jangka panjang.
Bukan tidak mungkin, efek jangka panjang tersebut bisa membuat kualitas hidupnya menurun sampai ia dewasa kelak.
Maka itu, sebaiknya jangan tunda untuk memeriksakan kondisi kesehatan si kecil ke dokter jika Anda merasa pertumbuhannya tidak berjalan seperti anak seusianya.
Hal ini bisa terlihat dengan mudah saat tinggi badan bayi terbilang kurang alias lebih rendah dari rentang normalnya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]