Waktu mulai kegiatan belajar mengajar di Indonesia termasuk yang paling pagi di seluruh dunia. Bahkan, di daerah NTT, kabar terbaru sampai dengan hari ini (3/3/2023), para siswa diminta untuk masuk sekolah pukul 5 pagi. Jam masuk sekolah yang dinilai terlalu pagi ini tak ayal sempat dibanjiri kritik pedas dari berbagai kalangan.
Adakah dampaknya pada anak jika jam masuk sekolah terlalu pagi? Lalu, sebenarnya kapan waktu yang paling tepat untuk anak masuk sekolah?
Adakah dampak jam masuk sekolah terlalu pagi pada anak?
Kewajiban anak sekolah memang untuk belajar sebaik mungkin. Meski demikian, ada satu hal yang sama pentingnya tapi sering diabaikan, yakni tidur yang cukup.
Tidur merupakan salah satu kebutuhan anak. Ini karena tidur mendukung proses otak yang sangat penting untuk belajar, pengawetan memori, dan pengaturan emosi.
Namun, jam masuk sekolah yang terlalu pagi menjadi salah satu alasan kenapa banyak anak kurang tidur.
Padahal, sama seperti orang pada umumnya, tidur merupakan hal yang sangat penting bagi anak dan remaja.
Tak sedikit penelitian yang sudah membuktikan bahwa kurang tidur akan berdampak buruk bagi kualitas hidup anak secara keseluruhan.
Nah, jika jam masuk sekolah anak terlalu pagi, ia berisiko kurang tidur sehingga menimbulkan dampak berikut ini.
1. Sulit konsentrasi
Saat kurang tidur, tubuh akan lebih mudah merasa lelah. Hal ini bisa membuat anak lebih sulit untuk berkonsentrasi saat belajar.
Anak juga bisa tiba-tiba tertidur saat sedang belajar di kelas bila ia tidak mampu menahan rasa kantuk karena waktu tidur yang tidak cukup di malam hari.
Jika terjadi terus-menerus, anak berisiko kesulitan dalam melakukan kewajiban sekolahnya. Akibatnya, anak mungkin akan mengalami penurunan prestasi di sekolah.
2. Kelebihan berat badan
Anak yang kurang tidur berisiko lebih besar memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
Ini disebabkan oleh nafsu makan yang meningkat dan keinginan untuk makan makanan dengan kalori yang lebih tinggi saat tubuh kekurangan waktu tidur.
Saat kurang tidur, anak akan menjadi lebih sering ngemil atau makan dengan porsi yang lebih banyak.
3. Mengalami gangguan mental
Dilansir dari Sleep Foundation, diketahui bahwa waktu tidur yang kurang bisa meningkatkan risiko gejala depresi dan gangguan kecemasan pada anak.
Bahkan, kurang tidur bisa meningkatkan risiko upaya bunuh diri yang tentunya bisa berbahaya bagi anak.
Kurang tidur juga meningkatkan risiko anak sekolah jadi ketergantungan pada obat-obatan antikecemasan dan obat tidur.
Nantinya, efek dari penyalahgunaan obat-obatan ini memicu anak semakin cemas dan sulit tidur.
Berdasarkan penelitian dalam jurnal Eur Child Adolesc Psychiatry, ditemukan juga bahwa remaja laki-laki berusia 16一18 tahun lebih rentan mengalami insomnia dan depresi dibandingkan remaja perempuan.
Sementara itu, beberapa anak lainnya juga bisa mengalami gejala menyerupai ADHD, misalnya rewel dan hiperaktif.