backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Anak SD Sudah Pacaran? Begini Cara Tepat Menghadapinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 07/06/2021

    Anak SD Sudah Pacaran? Begini Cara Tepat Menghadapinya

    Sebagai orangtua, Anda mungkin berharap bahwa anak akan mulai menjalin hubungan romantis dengan lawan jenis ketika usianya sudah cukup dewasa. Namun, suka atau tidak, beberapa anak memang sudah mulai pacaran di usia yang cukup belia. Bisa jadi karena pengaruh pergaulan di lingkungan sekitarnya, media, atau situs jejaring sosial. Lalu, apa yang harus orangtua lakukan ketika anak SD sudah pacaran? Simak ulasan berikut ini.

    Kapan anak mulai memiliki ketertarikan pada lawan jenis?

    Menurut American Academy of Pediatrics, anak perempuan biasanya mulai memiliki ketertarikan pada lawan jenis di usia 12 tahun. Sementara, hal ini akan terjadi pada anak laki-laki di usia 13 tahun.

    Namun, seiring perkembangan zaman, tidak sedikit anak SD di Indonesia pada usia yang lebih muda mengalami ketertarikan lawan jenis. Bahkan, sebagian tidak lagi malu-malu memamerkan kemesraan dengan pacar. Pada usia tersebut, tentu anak SD masih terlalu belia untuk memahami arti sesungguhnya dari pacaran.

    Sayangnya, pengaruh sosial media dan pergaulan mungkin membuat anak SD merasa sah-sah saja untuk pacaran dengan teman di sekolahnya. Tak jarang, anak SD saling melempar komentar mesra dengan pacar di jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, dan jejarian sosial lain.

    Belum lagi anak SD yang membagikan foto tengah pacaran di tempat umum. Sebagai contoh, foto sedang bergandengan tangan, berangkulan, bahkan berpelukan. Dilihat dari foto-foto ini, anak-anak SD sudah tidak hanya sekedar memiliki rasa tertarik terhadap lawan jenis, tapi telah mencontoh perilaku berpacaran orang dewasa.

    Tentu hal ini masalah perilaku anak semacam ini dapat meresahkan bagi para orangtua. Padahal, anak SD belum tentu tahu apa konsekuensi dari perilakunya. Lalu, sebenarnya apa sih arti pacaran menurut anak?

    Apa kira-kira arti pacaran menurut anak SD?

    Saat anak Anda yang masih duduk di bangku SD tiba-tiba memberi tahu bahwa ia sudah pacaran, Anda tentu akan merasa terkejut. Namun, penting bagi Anda untuk tetap menunjukkan sikap yang tenang. Jika perlu, hindari reaksi yang berlebihan.

    Salah satu hal yang perlu Anda tanyakan kepada anak yang masih duduk di bangku SD saat mengaku telah berpacaran adalah apa yang dimaksud dengan pacaran. Anak Anda mungkin memiliki pemahaman yang berbeda soal apa yang dimaksud dengan pacaran.

    Bisa saja anak yang masih duduk di bangku SD berpikir bahwa berpacaran adalah saat duduk bersebelahan dengan lawan jenis di dalam kelas. Selain itu, bisa jadi bagi anak SD, pacaran adalah bergandengan tangan dengan teman lawan jenis yang disukainya. Sebelum Anda berpikir terlalu jauh, Anda bisa menanyakan hal-hal seperti ini terlebih dahulu.

    Lalu, Anda juga perlu bertanya pada anak Anda yang masih duduk di bangku SD, kegiatan apa saja yang dilakukan saat pacaran. Meski bersifat interogatif atau penuh selidik, Anda tetap harus menjaga agar nada bicara Anda terdengar tenang.

    Nada bicara orangtua pada anak terkadang juga memengaruhi bagaimana anak akan menjawab pertanyaan yang diberikan. Jika Anda terdengar marah atau tidak senang, anak Anda mungkin lebih memilih menghindar dan tidak mengatakan yang sejujurnya pada Anda.

    Bersikap terlalu keras atau galak ketika anak SD sudah pacaran justru bisa memicu anak untuk pacaran diam-diam atau anak berbohong.

    Apa yang harus dilakukan orangtua ketika anak SD pacaran?

    Kalau anak SD sudah pacaran, ajak anak bicara baik-baik. Berikan pemahaman yang sesuai dengan kematangan emosionalnya soal apa itu pacaran dan apa saja tanggung jawab yang dipikulnya kalau sudah mulai pacaran. Ingat, pada tahap ini yang paling penting adalah menjaga komunikasi dan keterbukaan.

    Anda tentu ingin agar anak bisa percaya dan mau bercerita pada orangtua kalau terjadi sesuatu. Selain itu, bukankah lebih baik kalau anak belajar arti pacaran dari orangtuanya sendiri daripada dari sinetron atau teman-teman sebayanya? Inilah yang mungkin perlu dijelaskan pada anak.

    • Orangtua akan sering atau selalu memantau keberadaan anak, dan anak harus menjawab panggilan atau pesan singkat dari orangtua ketika menanyakan keberadaannya.
    • Pendidikan seks dasar dan isu-isu yang spesifik, misalnya menstruasi pertama kalau anak Anda perempuan dan mimpi basah kalau anak Anda lelaki.
    • Prioritas utama anak adalah sekolah, keluarga, dan teman-temannya. Akan ada nanti saatnya di mana anak memprioritaskan pasangannya, tapi sekarang belum waktunya.
    • Pencegahan kekerasan atau bullying (penindasan).
    • Anak tidak perlu pacaran kalau ia hanya ikut-ikutan teman sebayanya.

    Haruskah membatasi hubungan anak dengan teman dekatnya?

    Setelah mendengar pendapat anak Anda yang masih duduk di bangku SD mengenai pacaran, Anda baru bisa mengambil langkah berikutnya.

    Sebagai contoh, anak Anda yang masih SD menjawab bahwa kegiatan yang dilakukannya saat berpacaran adalah berdua-duaan, berpelukan, dan melakukan aktivitas fisik yang terlalu intim, Anda boleh saja merasa tidak nyaman.

    Pasalnya, pada usia yang masih amat belia, anak Anda mungkin kurang memahami bahwa kegiatan tersebut memiliki konsekuensi yang belum siap dihadapi atau ditanggungnya. Lebih baik, minta anak Anda yang masih SD untuk secara baik-baik untuk menunda pacaran sampai anak sudah cukup dewasa untuk melakukannya.

    Sampaikan pada anak bahwa menyukai atau memiliki perasaan kepada lawan jenis adalah hal yang indah dan tidak dilarang. Namun, pada usia tersebut, belum waktunya bagi anak untuk memiliki perasaan tersebut. Pasalnya, anak mungkin belum mampu memikul tanggung jawab dalam menjalin hubungan atau pacaran.

    Sementara itu, jika jawaban anak Anda mengenai pacaran masih terdengar polos seperti, “Aku pacaran sama dia karena dia kemarin meminjamkan bukunya buatku,” dan, “Kita selalu chatting setiap hari soalnya dia pacarku,” Anda mungkin masih bisa memberi sedikit kelonggaran.

    Namun, jelaskan batasan-batasan apa yang Anda harapkan dari anak SD yang pacaran. Sebagai contoh, anak tidak boleh pergi berdua saja dengan teman dekatnya itu tanpa pengawasan orangtua. Berikan batasan seperti tidak boleh chatting saat belajar atau lewat dari jam tidurnya.

    Batasan yang diberikan tentunya bisa disesuaikan sendiri dengan prinsip dan nilai yang Anda bangun dalam keluarga.  

    Memantau pergaulan dan media yang dikonsumsi anak

    Ketika anak SD sudah pacaran, secara naluriah mereka akan jadi lebih aktif mencari informasi seputar hubungan dengan lawan jenis. Untuk itu, Anda perlu memantau media yang dinikmati anak.

    Hal ini termasuk tontonan, bacaan, musik, media sosial, penggunaan internet, hingga games perlu Anda saring secara cermat. Pembatasan ini penting supaya anak tidak mengonsumsi informasi yang tak sesuai usia dan perkembangan mentalnya.

    Perhatikan juga teman-teman sebaya anak. Cari informasi sebanyak-banyaknya tren atau topik apa yang hangat dibicarakan dalam pergaulannya. Jika teman-temannya sudah mulai pacaran layaknya orang dewasa seperti ciuman atau pergi berduaan, Anda bisa membicarakan masalah ini dengan guru atau pihak yang bertanggung jawab di sekolah.

    Disclaimer

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 07/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan