backup og meta

9 Bahaya Membentak Anak dan Cara Mencegahnya

9 Bahaya Membentak Anak dan Cara Mencegahnya

Ada kalanya Anda hilang kesabaran saat menghadapi buah hati sehingga membentaknya dengan nada yang keras. Ingatlah bahwa ini bukanlah cara berkomunikasi dengan anak yang baik, bahkan dapat menimbulkan bahaya karena membentak anak.

Apa saja bahaya bila terlalu sering membentak anak?

toxic parents

Semakin bertambah usia anak, emosinya juga semakin berkembang. Terkadang ada saja sikapnya yang membuat Anda naik darah hingga terlontarlah bentakan padanya.

Namun perlu dipahami bahwa ada akibat pada anak jika ia sering dimarahi dan dibentak, antara lain sebagai berikut.

1. Membentak membuat anak tidak mau mendengarkan orangtua

Jika berpikir membentak bikin anak lebih patuh dan mau mendengarkan ucapan orangtua, anggapan ini salah besar. 

Saat membentak, orangtua sebenarnya sedang mengaktifkan bagian pada otak anak yang memiliki fungsi pertahanan dan perlawanan.

Saat itu, ia akan ketakutan, melawan orangtua, atau justru kabur. Ini bisa mengganggu perkembangan anak.

Daripada memarahinya dengan nada bicara yang keras, cobalah untuk berdiskusi dengan anak saat ia melakukan kesalahan.

2. Menjadikan anak merasa tidak berharga

Orangtua mungkin pernah merasa bahwa membentak anak membuatnya lebih menghormati Anda. Padahal, anak yang terlalu sering dibentak merasa dirinya tidak berharga.

Sebagai seorang manusia, anak tentu merasa ingin disayangi dan dihargai, apalagi oleh orang terdekatnya, terutama orangtua.

Maka dari itu, bahaya terlalu sering membentak dapat menghambat tumbuh kembang si Kecil.

3. Membentak salah satu bentuk penindasan terhadap anak

Tahukah Anda bahwa membentak anak termasuk bentuk penindasan atau bullying? Hal ini bisa terjadi di rumah. 

Akibat yang mungkin terjadi pada anak yang sering dibentak bisa jadi mirip dengan dampak bullying

Jika orangtua tidak ingin anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang buruk, lebih baik hentikan kebiasaan membentak saat anak berbuat salah.

4. Merenggangkan hubungan orangtua dan anak

Bahaya lainnya akibat terlalu sering membentak anak yaitu membuat hubungan antara orangtua dan anak menjadi renggang. Dampaknya, anak bisa merasa sedih, malu, dan tidak disayang lagi.

Tak heran jika anak tidak mau terlalu dekat lagi dengan orangtuanya karena terlalu sering dimarahi atau dibentak.

Apalagi, jika orangtua tidak mau mendengar alasan anak terlebih dahulu. Ia juga bisa merasa tidak dimengerti bahkan oleh kedua orangtuanya sendiri. Jadi, hindari kebiasaan membentak anak, ya.

5. Membuat anak tidak mau menghormati orangtua

Merasa tidak dihargai dan tidak disayang sering menjadi akibat dari anak yang terlalu sering dibentak dan dimarahi oleh orangtua.

Pasalnya, bahaya membentak anak juga dapat terbentuk akibat orangtua yang tidak menghargai anaknya sendiri.

Akibatnya, anak menjadi tidak bisa menunjukkan rasa hormat kepada orangtua.

6. Menciptakan perilaku anak agresif

Bahaya membentak anak juga bisa berdampak pada kepribadian anak dalam jangka panjang.

Mengutip jurnal Child Development, anak yang terlalu sering dibentak orangtua bisa membuatnya meniru hal tersebut hingga dewasa.

Hal tersebut bisa membuat anak tumbuh sebagai orang yang lebih agresif secara fisik maupun verbal.

Pasalnya, saat masih kecil, anak telah terbiasa melihat perilaku kasar secara fisik atau verbal dari orangtua sebagai bentuk penyelesaian masalah.

7. Menurunkan kepercayaan diri anak

Bahaya membentak anak lainnya yang perlu Anda waspadai adalah anak akan kehilangan kepercayaan diri.

Kondisi ini dapat terjadi bila bentakan diikuti dengan kata-kata yang menyakitkan atau menghina.

Akibatnya, anak hidup dalam kegelisahan dan keragu-raguan. Orangtua perlu melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri anak bila itu terjadi.

Jika sudah parah, anak yang semasa kecil sering dibentak orangtua berisiko mengalami gangguan perilaku dan kondisi depresi akibat trauma masa kecil. 

8. Anak jadi tertutup 

Membentak anak juga dapat membuat anak tertekan dan merasa tidak aman. Ini tentu dapat membuat anak jadi tertutup dan sulit berkomunikasi.

Akhirnya, anak mungkin menjadi lebih waspada dan enggan untuk berbicara tentang masalah atau perasaannya karena takut akan reaksi yang sama di masa depan.

Jika anak tertutup, orangtua bisa lebih sulit untuk memahami perasaan anak atau kondisi apa pun yang terjadi padanya.

9. Traumatik jangka panjang 

Kebiasaan membentak atau memarahi anak juga dapat memiliki dampak traumatis jangka panjang pada perkembangan emosional dan psikologis anak.

Trauma seperti ini bisa mempengaruhi percaya diri, kepercayaan diri, dan hubungan sosial anak di masa depan.

Anak-anak yang sering mengalami bentuk-bentuk perlakuan yang tidak mendukung seperti ini dapat mengembangkan masalah seperti kecemasan, depresi, atau masalah perilaku.

Apa yang harus dilakukan jika sudah terlanjur membentak anak?

Jika Anda sudah terlanjur membentak anak, penting untuk segera mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki situasi dan memperbaiki hubungan Anda dengan anak. Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan.
  • Meminta maaf secara tulus.
  • Jelaskan pada anak bahwa tindakan membentak tidaklah benar.
  • Berbicara dengan lembut pada anak.
  •  Beri pelukan.
  • Luangkan waktu bersama.

Bagaimana mencegah risiko bahaya akibat membentak anak?

cara mendidik anak yang keras kepala

Meredam emosi dapat mencegah timbulnya perilaku buruk dari anak akibat terlalu sering dibentak.

Namun, bila sudah terlanjur, cobalah memperbaikinya agar terhindar dari bahaya akibat membentak anak. Tips di bawah ini semoga bisa membantu Anda.

1. Tarik napas dalam-dalam

Setelah kelepasan membentak atau menyakiti hati anak, lakukan teknik relaksasi untuk redakan amarah dengan tarik napas panjang paling sedikit tiga kali. Hindari mengeluarkan kata-kata yang membuat anak semakin merasa sakit hati.

Ketika sedang dilanda emosi, tubuh menjadi lebih tegang. Tanda-tandanya berupa napas pendek, otot-otot menegang, dan jantung berdebar dengan hebat.

Menarik napas dalam-dalam bisa membantu agar Anda rileks dan bisa berpikir jernih.

2. Minta maaf dan bertanggung jawab

Jika Anda kelepasan marah, jangan malu untuk meminta maaf kepada si Kecil. Selain mencegah bahaya membentak anak terhadap jiwanya, Anda juga memberi contoh pada anak untuk meminta maaf serta bertanggung jawab atas perbuatannya.

Sampaikanlah maaf dengan nada yang tenang. Misalnya dengan berkata, “Maaf ya, Nak. Ibu jadi terbawa emosi tadi dan membentakmu.”

Hal ini mungkin membuat anak bisa memaklumi kesalahan yang Anda lakukan dan perasaannya pun membaik.

3. Mulai kembali pembicaraan dengan tenang

Stanford Children Health menyarankan untuk menghindari pembicaraan dengan anak saat sedang marah. Ketika emosi sedang naik, cobalah tinggalkan anak sejenak untuk menenangkan diri.

Anak sebenarnya tidak paham apa yang Anda sampaikan bila berbicara sambil membentak. Oleh karena itu, agar pesan Anda tetap tersampaikan, tawarkanlah kembali pembicaraan saat situasi sudah tenang.

Sambil mengobrol, sampaikanlah alasan mengapa Anda marah padanya. Mintalah ia untuk berjanji agar tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut.

4. Hindari memaksakan pembicaraan saat itu juga

Apabila orangtua tidak berhasil menenangkan diri, hindari memaksakan diri untuk menyelesaikan pembicaraan dengan anak saat itu juga.

Ambil jeda sesaat dan tentukan waktu yang tepat setelah ketegangan mereda. Usahakan mencari waktu dengan segera agar ketegangan antara Anda dan anak tidak berlarut-larut.

Sebagai contoh, katakan bahwa saat ini Anda sedang marah besar dan ingin membereskan cucian dulu sambil menenangkan diri. Setelah itu, lanjutkan kembali pembicaraan dengan anak.

5. Ingatkan anak bahwa Anda mencintainya

Sehabis dimarahi, hati si Kecil akan terluka dan ia merasa tidak disayang lagi oleh orangtuanya. Segeralah tepis perasaan itu dengan memberi tahu bahwa Anda tetap mencintainya.

Penting bagi orangtua untuk menyampaikan bahwa tindakan Anda membentak anak bukan berarti benci, melainkan hanya merasa lelah dan penuh emosi.

Peluk dan ciumlah si kecil untuk mengembalikan kepercayaannya pada Anda.

6. Kenali emosi dan perasaan

Agar terhindar dari bahaya membentak anak, pahamilah apa yang membuat Anda lepas kendali dan terbawa emosi.

Misalnya, ketika merasa lelah sepulang kerja atau situasi lainnya di mana Anda menjadi lebih sensitif.

Sadari hal ini dan jangan dijadikan pembenaran untuk memarahi si Kecil. Tenangkanlah diri di waktu-waktu tersebut dan hindari berdebat dengan si Kecil.

7. Bicaralah saat Anda tenang

Untuk memastikan orangtua tidak menegur anak secara berlebihan, buatlah suasana berbicara yang nyaman.

Sebagai contoh, sambil duduk bersama, bukan berdiri. Perhatikan pula nada suara Anda agar tidak meledak-ledak.

Jadi, meski sulit dilakukan, tetaplah berusaha untuk tidak membentak anak. Anda bisa menerapkan tips-tips di atas untuk mencegah bahaya membentak yang mungkin timbul pada si Kecil.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Wang, M., & Kenny, S. (2013). Longitudinal Links Between Fathers’ and Mothers’ Harsh Verbal Discipline and Adolescents’ Conduct Problems and Depressive Symptoms. Child Development, 85(3), 908-923. Retrieved 28 March 2024, from 10.1111/cdev.12143

Duman, S., & Margolin, G. (2007). Parents’ Aggressive Influences and Children’s Aggressive Problem Solutions With Peers. Journal Of Clinical Child & Adolescent Psychology, 36(1), 42-55. Retrieved 28 March 2024, from: 10.1207/s15374424jccp3601_5

default – Stanford Children’s Health. Retrieved 28 March 2024, from https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=anger-management-strategies-for-parents-and-grandparents-160-45

Gershoff, E., Grogan-Kaylor, A., Lansford, J., Chang, L., Zelli, A., Deater-Deckard, K., & Dodge, K. (2010). Parent Discipline Practices in an International Sample: Associations With Child Behaviors and Moderation by Perceived Normativeness. Child Development, 81(2), 487-502. Retrieved 28 March 2024, from 10.1111/j.1467-8624.2009.01409.x

Mackenbach, J., Ringoot, A., van der Ende, J., Verhulst, F., Jaddoe, V., & Hofman, A. et al. (2014). Exploring the Relation of Harsh Parental Discipline with Child Emotional and Behavioral Problems by Using Multiple Informants. The Generation R Study. Plos ONE, 9(8), e104793. Retrieved 28 March 2024, from 10.1371/journal.pone.0104793

Versi Terbaru

03/04/2024

Ditulis oleh Indah Fitrah Yani

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

11 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak yang Perlu Dihindari

Redam Emosi Orangtua, Ini 8 Cara Mendidik Anak Pengidap ADHD


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Indah Fitrah Yani · Tanggal diperbarui 03/04/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan