4 manfaat memeluk anak yang penting untuk tumbuh kembangnya
1. Membuat anak tambah pintar
Manfaat memeluk anak bukan hanya sekadar menunjukkan kasih sayang, lho. Nyatanya dengan memeluk, hal tersebut bisa berdampak pada perkembangan otak mereka. Penelitian mengungkapkan, kalau orang tua yang menunjukkan rasa cintanya lewat pelukan dapat memberikan kesan lingkungan yang aman dan kasih sayang juga untuk anak.
Selain itu, otak mereka akan lebih berkembang jika dibandingkan dengan anak yang jarang dipeluk. Meskipun hal ini bukan berarti bisa meningkatkan IQ mereka, pelukan orang tua bisa memaksimalkan cara kerja dan perilaku mereka. Memeluk anak secara rutin, akan berdampak baik untuk masa depan, lingkungan dan perilaku mereka dewasa nanti.
2. Menghindari anak dari rasa stress dan cemas
Produksi hormon endorfin dalam tubuh, menjadi salah satu dari sekian manfaat memeluk anak. Mengapa hormon endorfin bagus untuk anak? Pada dasarnya, hormon ini berfungsi untuk mengurangi ketegangan saraf dan juga tekanan darah. Artinya, anak yang lebih banyak atau sering dipeluk oleh orang tuanya akan terhindar dari stress dan cemas.
Kebiasaan berpelukan antara orangtua dan anak ini, akan berdampak pada aktivitas yang anak Anda jalani sehari-hari. Maka dari itu, kontak fisik seperti memeluk, berguna melepaskan zat kimia tertentu di otak yang meningkatkan kebahagiaan dan menurunkan hormon stres buah hati Anda.
3. Mereka akan merasa nyaman dan menjadi penyayang
Pernahkah Anda mencoba memeluk seseorang yang tidak suka disentuh secara fisik? Pasti rasanya jadi canggung, bukan? Sentuhan fisik tidak harus isyarat menyatakan cinta atau semacamnya. Dengan dibiasakan memeluk atau dipeluk, anak akan menganggap hal ini sebagai rasa kasih sayang. Kemungkinan juga, ketika anak besar nanti mereka akan menjadi lebih empati dan penyayang, karena arti dan manfaat pelukan tersebut dapat mentransfer energi baik untuk anak.
4. Memperkuat sistem kekebalan tubuh anak
Seperti diketahui, kondisi stres dapat memicu produksi hormon kortisol pada tubuh. Dan sayangnya, sistem saraf otonom pada anak belum cukup berkembang untuk mengatur emosi-emosi pada skala besar. Kalau dibiarkan terlalu lama, hal tersebut akan membunuh sel-sel otak tertentu, yaitu area hippocampus.