Asam lambung dibutuhkan untuk proses penyerapan makanan. Namun, jika kadarnya terlalu tinggi, asam lambung bisa menimbulkan sejumlah gejala, seperti sensasi panas di perut dan sakit perut. Untuk mengatasi kondisi ini, salah satu obat yang bisa digunakan adalah ranitidine. Ketahui penjelasan selengkapnya terkait penggunaan obat ranitidine di bawah ini.
Golongan obat: Antasida, agen antirefluks dan antiulceran, penghambat H2
Merek obat: Acran, Anitid, Bloxer, Gastridin, Radin, Ranival, Ratinal, Tyran, Tricker, Zenti 150, Zantifar
Apa itu ranitidine?
Ranitidine (ranitidin) adalah obat untuk mengurangi jumlah asam lambung dalam perut.
Fungsi ranitidine, yaitu untuk mengatasi dan mencegah rasa panas pada perut (heartburn), sakit perut, dan maag yang disebabkan oleh tukak lambung.
Selain kegunaan tersebut, obat ranitidine juga digunakan untuk mengobati dan mencegah berbagai penyakit perut dan kerongkongan yang disebabkan oleh terlalu banyak asam lambung.
Misalnya sindrom Zollinger-Ellison, erosive esophagitis, dan refluks asam lambung (gastroesophageal reflux disease/GERD).
Ranitidine termasuk ke dalam golongan obat H2 blocker. Obat ini bekerja dengan menghambat produksi asam lambung dan mengurangi kadar ion hidrogen.
Meski ampuh, U.S. Food and Drug Administration (FDA), setara dengan BPOM Indonesia, telah melarang penggunaan obat ini di Amerika karena adanya temuan bahwa obat ini berisiko memicu kanker.
Oleh karena itu, penggunaan ranitidine harus sesuai dengan resep dokter atau anjuran pemakaian obat.
Dosis obat ranitidine
Ketersediaan obat ranitidin adalah sebagai berikut.
- Tablet oral: 150 mg dan 300 mg.
- Sirup: 75mg/5mL.
- Injeksi: 50mg/2mL.
Melansir dari MIMS, berikut ini pembagian dosis ranitidine sesuai kondisi yang ditangani.
1. Ulkus duodenal dan lambung ringan
- Dewasa
Oral: 150 mg dua kali sehari, atau 300 mg sekali sebelum tidur selama 4 minggu.
Parenteral: 50 mg, injeksi intravena (IV) atau intramuskular (IM), selama 2 menit. Alternatifnya, infus intravena bisa diberikan dengan rate 25 mg/jam. Dosis dapat diberikan setiap 6 – 8 jam.
- Anak-anak
Oral: untuk usia 3 – 11 tahun, yaitu 4 – 8 mg/kg dua kali sehari setiap 12 jam, dengan dosis maksimum 300 mg/hari.
Parenteral: usia 6 bulan – 11 tahun, yaitu 2 – 2,5 mg/kg/hari melalui injeksi IV tetes lambat selama 2 menit setiap 6 – 8 jam. Alternatifnya, yaitu 0,45 mg/kg melalui injeksi IV tetes lambat selama 2 menit diikuti dengan 0,15 mg/kg/jam melalui infus berkelanjutan.
2. Dispepsia (maag)
- Dewasa
Oral: 150 mg dua kali sehari selama 6 minggu, atau 75 mg hingga maksimal empat kali sehari. Jangka waktu pengobatan maksimal hingga 2 minggu.
3. Perdarahan gastrointestinal akibat ulkus stres
- Dewasa
Oral: 150 mg dua kali sehari sebagai ganti injeksi IV.
IV: 50 mg melalui injeksi IV tetes lambat, diikuti dengan 0,125 – 0,25 mg/kg/jam melalui infus berkelanjutan.
4. Pencegahan meningkatnya asam lambung selama anestesi umum
- Dewasa
Oral: 150 mg ranitidin diberikan 2 jam sebelum anestesi, dan disarankan 150 mg pada hari sebelumnya. Untuk ibu hamil, yaitu 150 mg pada awal proses persalinan dan diulangi setiap 6 jam sekali, sesuai kebutuhan.
Parenteral: 50 mg melalui IM atau IV tetes lambat selama 40 – 60 menit sebelum anestesi.
5. Ulkus akibat obat NSAID
- Dewasa
Oral: 150 mg atau 300 mg dua kali sehari sebelum tidur selama 8 minggu.
6. Refluks asam lambung
- Dewasa
Oral: 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sebelum tidur hingga 8 – 12 minggu, sesuai kebutuhan. Alternatifnya, yaitu 75 mg/hari.
- Anak-anak
Oral: usia 3 – 11 tahun, yaitu 5 – 10 mgkg/hari setiap 12 jam sekali, dengan dosis maksimal 600 mg/hari.
7. Erosive esophagitis
- Dewasa
Oral: 150 mg empat kali sehari selama 12 minggu. Dosis perawatan 150 mg dua kali sehari.
8. Ulkus duodenal akibat infeksi H. pylori
- Dewasa
Oral: 300 mg sebelum tidur atau 150 mg dua kali sehari. Sertai dengan amoxicillin dan metronidazole selama 2 minggu pada awal pengobatan, dan dilanjutkan tanpa obat-obatan tersebut selama 2 minggu.
9. Kondisi hipersekresi
- Dewasa
IV: dosis awal 1 mg/kg/jam melalui infus, dapat ditingkatan sebanyak 0,5 mg/kg/jam setelah 4 jam, hingga maksimal 2,5 mg/kg/jam. Dosis maksimal, yaitu 220 mg/jam.
Parenteral: dosis awal 150 mg dua atau tiga kali sehari, dengan dosis maksimal 6000 mg /hari.
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti dari nasihat medis. Selalu konsultasikan pada dokter atau apoteker Anda sebelum memulai pengobatan.
Aturan pakai obat ranitidine
Ikuti cara minum ranitidine sesuai dengan resep dokter atau anjuran pemakaian yang tertera pada kemasan obat.
Dosis dan lamanya pengobatan akan bergantung pada kondisi Anda dan bagaimana tubuh merespons pengobatan. Pada anak-anak, dosis juga bisa bergantung pada berat badan.
Anda juga mungkin saja diresepkan ranitidin bersama dengan obat lain, seperti antasida.
Minum satu ranitidine tablet dengan segelas air secukupnya, sebelum atau setelah makan. Untuk mencegah gejala, minum obat ini 30 – 60 menit sebelum mengonsumsi makanan atau minuman yang biasanya menyebabkan heartburn.
Untuk ranitidine cair, ukur obat dengan alat ukur yang telah disediakan. Jangan gunakan sendok makan.
Minumlah obat ini secara rutin untuk mendapatkan manfaatnya yang optimal. Untuk membantu Anda mengingat, minumlah pada waktu yang sama setiap hari.
Apabila Anda melupakan satu dosis obat ini, minum sesegera mungkin.
Namun bila sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke jadwal dosis yang biasa. Jangan menggandakan dosis obat Anda.
Jangan meminum obat ini lebih dari 14 hari berturut-turut tanpa berkonsultasi dengan dokter. Jika gejala tidak kunjung sembuh setelah 2 minggu, hentikan penggunaan obat dan segera periksakan diri ke dokter.