Ada berbagai jalur pemberian obat ke dalam tubuh Anda. Anda mungkin harus menelannya langsung atau mendapatkan suntikan. Pada kasus tertentu yang melibatkan gangguan pencernaan, Anda bisa saja harus menggunakan obat suppositoria.
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Ada berbagai jalur pemberian obat ke dalam tubuh Anda. Anda mungkin harus menelannya langsung atau mendapatkan suntikan. Pada kasus tertentu yang melibatkan gangguan pencernaan, Anda bisa saja harus menggunakan obat suppositoria.
Suppositoria adalah obat padat berbentuk kerucut atau peluru yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus/rektum, uretra, atau vagina. Begitu berada di dalam tubuh Anda, suppositoria akan larut dan melepaskan kandungan obatnya.
Kandungan obat dalam suppositoria terselubungi oleh lapisan yang terbuat dari gelatin atau mentega kakao. Panas dari tubuh Anda akan melelehkan lapisan ini sehingga obat dapat keluar dan bekerja secara langsung pada lokasi yang dituju.
Jalur pemberian obat melalui rektum, uretra, dan vagina memang tidak begitu nyaman dibandingkan jalur lainnya. Akan tetapi, cara ini sebenarnya memudahkan proses penyerapan obat yang tidak bisa Anda serap dengan baik melalui lambung atau usus.
Ada banyak sekali jenis obat yang diberikan kepada pasien melalui suppositoria. Dokter biasanya meresepkannya kepada pasien yang memiliki kondisi di bawah ini.
Dokter juga dapat meresepkan suppositoria bila pasien tidak tahan dengan rasa obat, obat terlalu cepat terurai dalam usus, atau obat bisa hancur dalam saluran pencernaan. Pada kasus seperti ini, dibutuhkan jalur pemberian obat yang lebih efektif.
Selain itu, sebuah studi dalam International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research menunjukkan manfaat lain. Pemberian obat melalui rektum rupanya juga memberikan lingkungan yang stabil bagi obat yang perlu Anda gunakan.
Ini berarti proses penyerapan obat tidak akan terganggu oleh faktor-faktor lain, seperti adanya asam lambung, penyumbatan pada saluran pencernaan, atau permukaan jaringan. Dengan begitu, obat yang Anda gunakan dapat bekerja secara optimal.
Berdasarkan jalur masuknya, obat ini terbagi ke dalam tiga kategori di bawah ini.
Suppositoria rektal masuk ke tubuh Anda melalui anus atau rektum. Obat ini memiliki panjang 2,5 sentimeter dengan ujung yang membulat. Dokter biasanya meresepkannya untuk mengatasi gangguan pencernaan dan kondisi medis seperti:
Suppositoria vagina merupakan obat padat berbentuk lonjong yang dimasukkan melalui vagina. Obat ini umumnya dilengkapi dengan alat khusus yang membantu Anda untuk menggunakannya.
Dokter dapat meresepkan obat ini kepada pasien yang mengalami:
Uretra merupakan saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh. Suppositoria uretra mengandung obat yang disebut alprostadil. Obat ini berukuran sebesar beras dan diperuntukkan bagi laki-laki dengan gangguan ereksi yang langka.
Penggunaan obat melalui jalur rektum, vagina, dan uretra pada dasarnya cukup mudah. Simak langkah-langkah yang perlu Anda lakukan di bawah ini.
Bila memungkinkan, kosongkan organ usus besar Anda terlebih dulu dengan melakukan buang air besar. Obat yang masuk lewat rektum akan bekerja dengan lebih baik bila saluran pencernaan bersih dan kosong.
Setelah itu, ikuti langkah-langkah berikut.
Berikut langkah-langkah penggunaan suppositoria vagina.
Sebelum menggunakan suppositoria uretra, Anda sebaiknya mengosongkan kandung kemih terlebih dulu dengan buang air kecil. Setelah itu, lakukan langkah-langkah berikut ini.
Pemberian obat melalui anus/rektum, vagina, dan uretra sangatlah aman. Beberapa orang mungkin mengalami iritasi pada kulit sekitar area masuknya obat. Jika iritasi tidak membaik atau bertambah parah, segera periksakan diri Anda ke dokter.
Terkadang, obat dari suppositoria bisa bocor dan keluar dari anus, vagina, atau uretra. Tubuh Anda juga bisa saja tidak menyerap obat dengan baik. Anda bisa berkonsultasi kepada dokter untuk mencari solusi yang tepat.
Untuk mencegah efek samping, hindari gerakan kasar atau kegiatan berat setidaknya 60 menit setelah Anda menggunakan obat. Jangan gunakan petroleum jelly sebagai pelumas, sebab produk ini justru membuat obat tidak bisa larut.
Selalu potong kuku Anda sebelum menggunakan obat ini. Bila memungkinkan, gunakan sarung tangan lateks untuk menjaga kebersihan obat. Mintalah bantuan keluarga atau orang yang merawat Anda bila Anda kesulitan menggunakannya.
Simpanlah suppositoria dalam kulkas agar tidak meleleh. Anda juga harus mengikuti petunjuk pemakaian yang tertera pada kemasan atau sesuai arahan dokter. Pastikan Anda tidak melewatkan dosis obat agar manfaatnya tetap optimal.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar