backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

5 Jenis Cokelat yang Sehat dan Tips Memilihnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 23/08/2022

    5 Jenis Cokelat yang Sehat dan Tips Memilihnya

    Rasa cokelat yang legit dan khas membuatnya sering ditambahkan dalam bahan makanan dan minuman. Namun Anda perlu berhati-hati, ada banyak jenis cokelat yang justru tinggi gula sehingga berbahaya untuk kesehatan. Untuk itu, pilihlah jenis cokelat berikut karena punya kandungan yang lebih sehat untuk tubuh.

    Jenis cokelat yang sehat

    Berikut ini adalah beberapa jenis cokelat yang baik untuk kesehatan.

    1. Cokelat hitam

    Tidak heran bila cokelat hitam merupakan jenis cokelat yang paling sehat dari sekian banyak ragam yang ada di pasaran.

    Cokelat dengan sebutan lain dark chocolate ini mengandung kakao murni yang paling tinggi, yakni sekitar 50 – 100 persen. Biasanya, jenis cokelat ini juga tidak ditambahkan gula. 

    Seluruh kandungan lemak cokelat ini berasal dari mentega kakao (lemak alami pada kakao), jadi tak ada tambahan lemak dari susu maupun minyak nabati lainnya.

    Cokelat hitam mengandung zat gizi bernama flavanol. Senyawa ini bersifat antioksidan yang baik untuk melindungi tubuh dari paparan radikal bebas penyebab kerusakan sel.

    Selain itu, flavanol juga baik untuk kesehatan jantung. Senyawa ini menghasilkan nitrit dioksida yang bisa menurunkan tekanan darah.

    Jadi secara tidak langsung, jenis cokelat ini bisa membantu mengurangi risiko penyakit seperti stroke dan gagal jantung.

    Tak hanya itu, flavanol bisa meningkatkan sensitivitas insulin sehingga mengurangi risiko diabetes.

    Tahukah Anda?

    Kandungan flavanol pada cokelat hitam 2 – 3 kali lebih banyak daripada cokelat susu.

    2. Baking chocolate tanpa pemanis

    Jenis cokelat hitam

    Produk ini juga bisa dikatakan sebagai jenis cokelat yang sehat. Cokelat ini hanya mengandung biji kakao yang diproses dan digiling tanpa tambahan apa pun, termasuk gula, pemanis buatan, dan perasa.

    Nantinya, biji kakao yang sudah digiling ini akan menghasilkan pasta cokelat. Ketika sudah beku dan dipadatkan, terbentuklah jenis cokelat yang satu ini.

    Berdasarkan bahan-bahan yang tersusun, ini merupakan jenis cokelat yang paling murni. Jadi, kandungan kakaonya benar-benar sebesar 100 persen.

    Manfaat yang didapatkan pun serupa dengan cokelat hitam di atas, yakni kaya akan flavanol yang baik untuk kesehatan jantung dan menjaga sensitivitas insulin.

    Meski demikian, baking chocolate umumnya memiliki tekstur yang tidak lembut dan rasanya sangat pahit. Tak heran bila cokelat ini hanya cocok diolah menjadi bahan tambahan kue dan roti.

    3. Bubuk cokelat murni

    Jenis cokelat pada umumnya berbentuk batangan yang padat. Namun, jenis cokelat ini berbentuk bubuk yang bisa larut di dalam air.

    Cokelat bubuk ini dibuat dengan cara menghilangkan sebagian besar kandungan lemak alami yang ada pada biji cokelat. Jadi, teksturnya pun kering dan larut dalam air.

    Mengutip studi terbitan Antioxidant & Redox Signalling (2011), bubuk cokelat murni kaya akan serat. 

    Dalam satu sendok, kandungan seratnya bahkan mencapai 2 gram. Jumlah kalorinya pun cukup rendah, yakni hanya 12 kkal per satu sendok.

    Jika ingin mendapatkan minuman yang bisa memberikan sensasi kenyang lebih lama tanpa takut gemuk, jenis cokelat ini bisa menjadi solusi yang tepat.

    Meski sebagian besar lemak cokelat sudah dihilangkan, kandungan flavanol pada bubuk cokelat murni masih ada, bahkan masih bisa memberi manfaat untuk kesehatan jantung.

    4. Cokelat ruby

    Ini merupakan jenis cokelat yang terbilang baru. Cokelat ini baru diperkenalkan pada tahun 2017. Berbeda dengan warna cokelat pada umumnya, warna cokelat ruby cenderung kemerahan.

    Biji kakao yang digunakan pada cokelat ruby tidak mengalami proses fermentasi sehingga kadar flavanolnya tidak terganggu. 

    Biji ini juga melalui proses pemberian larutan asam tertentu dan dicuci sehingga menghasilkan tampilan kemerahan.

    Proses ini ternyata membuat cokelat ruby sebagai satu-satunya cokelat yang mengandung caffeic acid

    Selain bersifat antioksidan, caffeic acid berpotensi mengurangi peradangan (anti-inflamasi), dan menghambat senyawa pemicu kanker.

    Senyawa ini pun membantu menyeimbangkan bakteri atau mikrobiota usus sehingga mengurangi risiko berbagai penyakit pencernaan.

    5. Cokelat couverture

    Jenis cokelat ini biasanya lebih cocok sebagai saus cocol serta pelapis kue dan buah-buahan.

    Cokelat ini mengandung mentega kakao yang lebih banyak daripada ragam cokelat lainnya sehingga lebih mudah dilelehkan untuk keperluan tersebut.

    Biasanya, mentega kakao pada cokelat couverture berkisar antara 31 – 39 persen. Semakin banyak kandungan menteganya, semakin lembut tekstur cokelat.

    Mentega kakao kaya akan vitamin D yang baik untuk menjaga sekaligus membantu penyerapan kalsium dan fosfor agar tulang tetap kuat. 

    Vitamin D juga bersifat antiradang, menjaga kekebalan tubuh, serta mengatur fungsi otot dan otak.

    Meski begitu, Anda harus hati-hati mengonsumsi cokelat couverture. Bagaimana pun, mentega kakao kaya akan lemak sehingga kalorinya tinggi. 

    Jadi, Anda tetap hati-hati mengonsumsi jenis cokelat ini jika sedang menurunkan berat badan.

    Bagaimana cara memilih cokelat yang sehat?

    makan cokelat baik untuk penderita jantung

    Beragam jenis cokelat dengan beragam merek bisa membuat Anda bingung ketika ingin membeli cokelat. Berikut tips memilih cokelat yang sehat untuk Anda.

    1. Pilih cokelat hitam

    Seperti yang sudah dijelaskan di atas, cokelat hitam terbukti lebih menyehatkan dibandingkan dengan berbagai jenis cokelat lainnya. 

    Kandungan flavanol sebagai senyawa flavonoid membuatnya baik untuk kesehatan. Semakin gelap warna cokelat, semakin baik untuk dipilih.

    2. Pilih cokelat dengan kandungan kakao 70% atau lebih

    Cokelat hitam dengan kandungan kakao minimal 70% atau lebih memiliki kadar flavanol paling banyak. Jadi, semakin besar pula manfaat yang Anda dapatkan.

    Namun, Anda perlu mengingat bila semakin tinggi persentase kakao, semakin pahit rasa cokelat.

    3. Sebaiknya jangan pilih “dutch chocolate

    Metode yang digunakan untuk memproses biji kakao mentah menjadi cokelat bisa mempengaruhi kandungan flavanol dalam produk akhir cokelat. 

    Salah satu proses pengolahan cokelat yang bisa memperkuat citarasa adalah proses “dutching”. Dalam hal ini, cokelat diproses menggunakan alkali.

    Sayangnya, penggunaan alkali justru membuat kadar flavanol berkurang drastis. Oleh karena itu, sebaiknya pilih cokelat yang tidak diproses dengan alkali atau “dutching.

    4. Pilih cokelat dengan kandungan utama cocoa butter atau cocoa liquor

    Cokelat dengan kandungan utama cocoa butter atau cocoa liquor mengandung lebih banyak kakao. Jadi, kadar flavanolnya pun terjaga.

    Sebaiknya hindari cokelat dengan kandungan utama gula karena dapat membahayakan kesehatan Anda jika dikonsumsi terlalu banyak. 

    Anda bisa mengetahui kandungan utama cokelat dari urutan kandungan yang terletak pada komposisi. Semakin awal disebut, semakin banyak kadar kandungan tersebut.

    Selain itu, sebaiknya pilih cokelat yang tidak banyak mengandung bahan tambahan, seperti fruktosa, sirup jagung, dan lemak yang terhidrogenasi (hydrogenated fats).

    5. Baca informasi nilai gizi

    Kandungan setiap jenis cokelat benar-benar bisa diketahui hanya dari informasi nilai gizi yang terdapat dalam setiap kemasan cokelat.

    Oleh karena itu, sebaiknya perhatikan informasi nilai gizi sebelum Anda memilih cokelat.

    Jenis cokelat yang sehat sebaiknya tidak menggunakan gula atau perasa tambahan.

    Meski terbukti sehat untuk tubuh, cokelat mengandung lemak nabati yang tinggi kalori. Jadi, pastikan Anda mengonsumsi secukupnya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 23/08/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan