backup og meta

Makan Daging Babi, Apa Dampaknya pada Tubuh Anda?

Makan Daging Babi, Apa Dampaknya pada Tubuh Anda?

Daging babi merupakan salah satu makanan yang cukup banyak diolah di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meski mengandung berbagai zat gizi penting, tetap ada beberapa risiko yang mungkin muncul bila Anda tidak hati-hati. Apa saja efek makan daging babi?

Kandungan daging babi

Daging babi yang biasanya dimakan merupakan daging yang diperoleh dari hasil peternakan babi, bukan daging celeng atau babi hutan.

Dengan kata lain, daging ini juga didapat dari babi yang dirawat dan diternakkan sehingga tidak jauh berbeda seperti halnya dengan ayam, sapi, kambing, dan juga hewan lainnya yang biasa diternakkan.

Berikut zat gizi yang terdapat dalam daging babi seberat 100 gram.

  • Protein: 25,7 gram (g).
  • Lemak: 20,8 g.
  • Kalsium: 22 miligram (mg).
  • Zat besi: 1,29 mg.
  • Magnesium: 24 mg.
  • Fosfor: 226 mg.
  • Kalium: 362 mg.
  • Natrium: 73 mg.
  • Seng: 3,21 mg.
  • Selenium: 35,4 mikrogram (mcg).
  • Vitamin C: 0,7 mg.
  • Vitamin B1: 0,7 mg.
  • Vitamin B2: 0,22 mg.
  • Vitamin B3: 4,21 mg.
  • Vitamin B5: 0,52 mg.
  • Vitamin B6: 0,391 mg.
  • Folat: 6 mcg.
  • Kolin: 88,3 mg.
  • Vitamin B12: 0,54 mcg.
  • Asam lemak jenuh: 7,72 gram.
  • Kolesterol: 94 mg.

Manfaat makan daging babi

Berikut khasiat makan daging babi yang bisa Anda dapatkan.

1. Menjaga kesehatan otot

Daging babi kaya akan protein yang membantu membangun otot. Protein tersusun atas berbagai asam amino yang memelihara jaringan otot.

Massa otot yang memadai penting untuk memperlambat timbulnya sarkopenia atau kehilangan massa otot akibat penuaan. 

Bila massa otot terjaga, Anda bisa menurunkan risiko cedera, bahkan kematian akibat cedera.

Massa otot yang memadai juga penting untuk mempercepat pembakaran kalori. Semakin banyak otot, semakin besar energi yang dibutuhkan agar otot berkontraksi. 

Hal inilah yang membuat kalori cepat terbakar dan berat badan tetap terjaga.

2. Meningkatkan performa olahraga

manfaat makan daging babi untuk performa olahraga

Manfaat makan daging babi ini berasal dari kandungan protein. Protein hewani tersusun dari berbagai jenis asam amino, salah satunya beta-alanine.

Beta-alanine akan dicerna menjadi senyawa bernama carnosine di tubuh. Nah, senyawa ini akan mencegah kenaikan keasaman di otot yang menyebabkan tubuh lelah dan nyeri.

Manfaat daging babi ini akan Anda dapatkan lebih baik bila rutin olahraga beban. Jenis olahraga ini membuat otot robek. 

Robekan ini bisa justru menstimulasi pembentukan massa otot yang lebih besar. 

3. Menjaga fungsi sel tubuh

Manfaat daging merah ini berasal dari berbagai vitamin B yang terkandung, mulai dari vitamin B1 hingga vitamin B12.

Seluruh vitamin B ini baik untuk sel-sel tubuh Anda. 

Berikut manfaat vitamin B dari daging babi untuk sel-sel tubuh.

  • Menumbuhkan sel-sel baru.
  • Menjadi bahan utama yang diperlukan pada sel-sel tubuh.
  • Menjaga sel dari kerusakan.
  • Mengatur sinyal yang dikirimkan oleh sel tubuh agar tubuh menjalankan fungsinya.
  • Memproduksi sel-sel darah merah.

4. Mencegah anemia

Makan daging babi bisa membantu menurunkan risiko anemia atau kekurangan sel darah merah. 

Daging ini mengandung zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah, yaitu zat besi, folat, dan vitamin B12.

Kekurangan zat besi bisa menyebabkan perubahan bentuk sel darah merah.

Bentuk sel darah merah yang abnormal membuat sel darah tidak bisa mengikat oksigen. Peredaran oksigen dalam tubuh pun akan terganggu. 

Akibatnya, Anda mudah lelah, lemas, napas pendek, dan jantung berdebar.

Sementara itu, anemia akibat kekurangan folat dan vitamin B12 bisa memperbesar bentuk sel darah merah terlalu besar. 

Ukuran sel darah yang terlalu besar bisa membuat jumlah sel darah merah menurun, sehingga tubuh kekurangan oksigen. 

Tahukah Anda?

Zat besi yang ada di daging babi adalah jenis zat besi heme. Jenis zat besi ini lebih mudah diserap tubuh. Lebih dari 95% zat besi yang berfungsi di dalam tubuh adalah zat besi heme.

Bahaya makan daging babi

Selain ada manfaatnya, ada pula risiko yang mungkin bisa terjadi. Apa saja bahaya daging babi?

1. Terinfeksi parasit

Makan daging babi yang sudah terkontaminasi larva cacing trichinella bisa menyebabkan cacingan atau penyakit trikinosis.

Bukan itu saja, Anda juga dapat terkena infeksi taeniasis yang disebabkan oleh larva dari cacing pita Taenia solium

Semua infeksi cacing tersebut biasanya didapat ketika Anda makan daging babi yang masih mentah atau belum matang sempurna. 

Ketika mengalami infeksi cacing, gejala yang timbul, yaitu:

  • sakit perut, 
  • diare
  • kelelahan, 
  • mual, 
  • muntah, dan 
  • tidak nafsu makan. 

2. Kanker kolorektal

Ada banyak penelitian yang menemukan makan daging babi dan daging merah lainnya bisa meningkatkan risiko kanker usus besar dan rektum atau kolorektal.

Studi terbitan Oncology Reviews (2015) menemukan bahwa konsumsi 120 gram daging merah per hari bisa meningkatkan risiko kanker usus besar dan anus sebesar 24 persen.

Jika rata-rata asupan daging babi atau daging merah lainnya dikurangi menjadi 70 gram per minggu, risiko kanker pun berkurang sebanyak 7 – 24 persen.

Menggunakan suhu tinggi saat memasak daging merah bisa menimbulkan zat yang membuat gen usus besar berubah. Akibatnya, sel-sel di usus besar tumbuh tak terkendali.

Selain itu, beberapa daging babi dijual menggunakan pengawet nitrat dan nitrit dan menghasilkan senyawa yang merusak DNA dan memicu kanker kolorektal.

3. Penyakit liver

penyakit kanker hati adalah

Selain menyebabkan kanker kolorektal, sebuah studi telah menemukan bukti kuat antara konsumsi daging babi dan penyakit hati

Hal ini disebabkan oleh senyawa N-nitroso, yang banyak ditemukan pada produk olahan daging ini yang dimasak pada suhu tinggi.

Sebuah penelitian yang dimuat dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2009) menemukan bahwa konsumsi daging babi merupakan salah satu penyebab tingginya jumlah pengidap penyakit sirosis dan kanker hati di seluruh dunia.

Hal ini disebabkan makan daging babi meningkatkan asupan lemak jenuh dan kolesterol. Kedua zat ini bisa mengalami oksidasi di tubuh dan menyebabkan radang dan menyebabkan jaringan parut di liver.

4. Hepatitis E

Produk daging babi, terutama bagian organ hatimya, seringkali membawa virus hepatitis E yang dapat menyebabkan komplikasi parah hingga berisiko fatal. 

Jika kurang bersih ketika mengolah dan memasak daging babi, Anda lebih rentan terinfeksi virus hepatitis E. 

Virus ini nantinya bisa mengakibatkan demam, kelelahan, penyakit kuning, muntah, nyeri sendi, sakit perut, pembesaran hati, gagal ginjal, bahkan kematian.

Infeksi hepatitis E yang berkepanjangan sebenarnya jarang dan lebih sering ditemukan pada orang dengan sistem imun lemah. Kondisi ini bisa menyebabkan sirosis dan gagal liver.

Meski jarang, hepatitis E juga bisa memicu:

Cara mencegah bahaya daging babi

Jika ingin makan daging babi, sebaiknya perhatikan beberapa hal ini sebelum mengolah, memasak, atau mengonsumsinya agar tetap aman.

  • Pilih daging yang segar, bukan yang olahan dan sudah dikemas di pabrik untuk menghindari risiko kanker.
  • Pastikan Anda memasak sampai suhu paling tidak 71 ° Celsius.
  • Saat memasak daging, gunakan termometer daging untuk memastikan suhu yang tepat agar membunuh bakteri berbahaya.
  • Pisahkan daging ini dari makanan mentah lainnya di dapur untuk menghindari kontaminasi.
  • Cuci tangan Anda dengan sabun dan air yang mengalir setelah memegang daging babi.

Pilih daging babi dan produk daging lainnya yang diternak tanpa menggunakan obat-obatan.

Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan membeli daging organik bersertifikat, dari hewan yang dibesarkan tanpa antibiotik atau ractopamine.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Mitchell, C. J., Churchward-Venne, T. A., Parise, G., Bellamy, L., Baker, S. K., Smith, K., Atherton, P. J., & Phillips, S. M. (2014). Acute Post-Exercise Myofibrillar Protein Synthesis Is Not Correlated with Resistance Training-Induced Muscle Hypertrophy in Young Men. PLOS ONE, 9(2), e89431. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0089431

Carbone, J. W., & Pasiakos, S. M. (2019). Dietary Protein and Muscle Mass: Translating Science to Application and Health Benefit. Nutrients, 11(5). https://doi.org/10.3390/nu11051136

Nutrition rules that will fuel your workout. (2023). Retrieved 17 January 2023, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/nutrition-rules-that-will-fuel-your-workout/art-20390073

Sarcopenia (Muscle Loss): Symptoms & Causes. (2023). Retrieved 17 January 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23167-sarcopenia

What Is Sarcopenia? – Aging in Motion. (2023). Retrieved 17 January 2023, from https://www.aginginmotion.org/about-the-issue/

Macrocytic Anemia: Causes, Symptoms, Types & Treatment. (2023). Retrieved 17 January 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23017-macrocytic-anemia

Low Hemoglobin: Causes, Signs & Treatment. (2023). Retrieved 17 January 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/17705-low-hemoglobin

Bandaru, S., Killeen, R., & Gupta, V. (2022). Poikilocytosis. Statpearls Publishing. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562141/

Hooda, J., Shah, A., & Zhang, L. (2014). Heme, an Essential Nutrient from Dietary Proteins, Critically Impacts Diverse Physiological and Pathological Processes. Nutrients, 6(3), 1080-1102. https://doi.org/10.3390/nu6031080

McPherron, A. C., Guo, T., Bond, N. D., & Gavrilova, O. (2013). Increasing muscle mass to improve metabolism. Adipocyte, 2(2), 92-98. https://doi.org/10.4161/adip.22500

Jensen, J., Rustad, P. I., Kolnes, A. J., & Lai, C. (2011). The Role of Skeletal Muscle Glycogen Breakdown for Regulation of Insulin Sensitivity by Exercise. Frontiers in Physiology, 2. https://doi.org/10.3389/fphys.2011.00112

Centers for Disease Control and Prevention. (2013, January 10). CDC – Taeniasis – disease. Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved January 17, 2023, from https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/disease.html

Department of Health. Trichinosis Fact Sheet. (n.d.). Retrieved January 17, 2023, from https://www.health.ny.gov/diseases/communicable/trichinosis/fact_sheet.htm

Centers for Disease Control and Prevention. (2013, January 10). CDC – Trichinellosis – disease. Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved January 17, 2023, from https://www.cdc.gov/parasites/trichinellosis/disease.html

Aykan, N. F. (2015). Red Meat and Colorectal Cancer. Oncology Reviews, 9(1). https://doi.org/10.4081/oncol.2015.288

Red Meat Genetic Signature for Colorectal Cancer. (2021). Retrieved 17 January 2023, from https://www.cancer.gov/news-events/cancer-currents-blog/2021/red-meat-colorectal-cancer-genetic-signature

Klusek, J., Nasierowska-Guttmejer, A., Kowalik, A., Wawrzycka, I., Chrapek, M., Lewitowicz, P., Radowicz-Chil, A., Klusek, J., & Głuszek, S. (2019). The Influence of Red Meat on Colorectal Cancer Occurrence Is Dependent on the Genetic Polymorphisms of S-Glutathione Transferase Genes. Nutrients, 11(7). https://doi.org/10.3390/nu11071682

Ivancovsky-Wajcman, D., Fliss-Isakov, N., Grinshpan, L. S., Salomone, F., Lazarus, J. V., Webb, M., Shibolet, O., Kariv, R., & Zelber-Sagi, S. (2022). High Meat Consumption Is Prospectively Associated with the Risk of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease and Presumed Significant Fibrosis. Nutrients, 14(17). https://doi.org/10.3390/nu14173533

Bridges, F. S. (2009). Relationship between Dietary Beef, Fat, and Pork and Alcoholic Cirrhosis. International Journal of Environmental Research and Public Health, 6(9), 2417-2425. https://doi.org/10.3390/ijerph6092417

Hepatitis E. (2022). Retrieved 17 January 2023, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-e

Hepatitis E | NIDDK. (2023). Retrieved 17 January 2023, from https://www.niddk.nih.gov/health-information/liver-disease/viral-hepatitis/hepatitis-e

Food safety of ractopamine-fed beef and swine. (2022). Retrieved 17 January 2023, from https://www.canr.msu.edu/news/food-safety-of-ractopamine-fed-beef-and-swine

Versi Terbaru

24/07/2023

Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Lipedema

Apa Saja Perbedaan Kanker Hati dan Sirosis?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 24/07/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan