Nah, diet jus buah dan sayur hanya menyediakan sedikit asupan protein, tidak mencukupi kebutuhan protein harian.
Jadi, kekurangan protein bisa Anda alami saat hanya mengonsumsi jus buah dan sayur setiap hari.
Padahal, menurut jurnal Nutrients (2018), protein dibutuhkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan mempertahankan massa otot.
Kekurangan protein membuat Anda lebih rentan terkena penyakit serta lebih lemas untuk beraktivitas.
2. Membuat Anda mudah lapar
Jika Anda berencana untuk diet, mengonsumsi jus saja setiap hari justru membuat Anda tidak kenyang. Anda pun mudah tergoda untuk mengonsumsi makanan lain.
Jus hanya mengandungserat dan protein dalam jumlah sedikit.
Meski sayur dan buah kaya serat, kandungan seratnya bisa hilang hingga 90% karena proses blend saat diolah menjadi jus.
Padahal, serat dan protein dapat membuat Anda kenyang lebih lama.
Tidak hanya serat dan protein, kandungan gizi lain yang terdapat dalam buah dan sayur juga bisa hilang atau rusak.
Selain itu, jus yang terbuat dari buah dan sayur memiliki kalori yang cukup rendah.
Hasilnya, Anda mungkin justru merasa sering lapar sehingga ada kecenderungan untuk mengonsumsi jus dalam jumlah banyak, tetapi tidak mencapai target kalori yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan kembali risiko diet jus untuk mendapatkan hasil diet yang Anda inginkan.
3. Terlalu rendah kalori
Menjalani diet memang erat kaitannya dengan mengatur total kalori yang masuk, misalnya untuk tujuan defisit kalori.
Saat Anda menjalani program diet, biasanya jumlah kalori minimal yang harus masuk ke dalam tubuh Anda adalah 1200 kalori.
Jika kurang dari jumlah ini, Anda berisiko mengalami kekurangan gizi dan penyakit tertentu, seperti batu empedu.
Jus buah dan sayur mengandung kalori yang sedikit. Walaupun Anda mengonsumsinya berkali-kali dalam sehari, belum tentu bisa mencukupi kebutuhan kalori.
Jika hanya mengonsumsi jus buah dan sayur selama 10 hari, tubuh Anda mungkin mengartikan hal ini sebagai tanda kelaparan.
Hasilnya, tubuh akan merespons denganmemperlambat metabolisme sehingga hal ini akan mengganggu metabolisme normal Anda.
4. Menimbulkan efek samping
Pemenuhan nutrisi yang kurang dapat membuat Anda mengalami efek samping.
Beberapa efek samping yang mungkin Anda rasakan karena hanya mengonsumsi jus adalah cepat lelah, sakit kepala, bau mulut, sulit berpikir, murung, sakit perut, dan kelaparan.
Hanya mengonsumsi jus juga tidak baik bagi Anda yang punya diabetes. Hal ini dapat mengganggu kadar gula darah Anda.
Wanita yang sedang hamil atau menyusui juga tidak disarankan untuk melakukan diet dengan jus.
Pada saat hamil dan menyusui, Anda membutuhkan banyak sekali nutrisi yang tidak mungkin terpenuhi hanya dari jus.
Orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, penyakit jantung, penyakit hati, atau penyakit ginjal juga tidak disarankan untuk melakukan diet ataudetoksifikasi jus.
Untuk itu, konsultasikan dengan ahli gizi guna mengetahui informasi seputar diet jus atau diet sehat lain yang cocok dengan kondisi Anda.
Cara diet jus yang tepat
Diet dengan hanya mengonsumsi jus buah atau sayur tidak disarankan.
Namun, diet jus yang dikombinasikan dengan makanan bergizi lainnya bisa mengoptimalkan hasil diet dan tetap menjaga kesehatan.
Anda tidak hanya bisa mengonsumsi jus, tapi perlu juga makan sumber gizi lain, misalnya nasi merah sebagai sumber karbohidrat atau ikan sebagai sumber protein dan lemak sehat.
Dengan begitu, manfaat diet jus justru lebih optimal dalam menurunkan berat badan.
Dikutip dari jurnal Advances in Nutritions (2012), diet sehat tinggi buah dan sayuran direkomendasikan karena dapat meningkatkan kesehatan.
Buah-buahan dan sayuran memegang peranan penting dalam pedoman diet karena kandungan zat gizi dan fitonutriennya, seperti:
vitamin C dan A,
mineral terutama elektrolit,
antioksidan, dan
serat tinggi.
Dari kandungan tersebut, manfaat kesehatan yang bisa didapatkan melalui program diet dengan jus adalah pengaruhnya dalam menjaga kesehatan usus Anda.
Jika fungsi usus baik, Anda akan terhindar dari masalah pencernaan dan metabolisme. Alhasil, program diet untuk menurunkan berat badan akan lebih lancar.
[embed-health-tool-bmi]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Teixeira, P., Silva, M., Mata, J., Palmeira, A., & Markland, D. (2012). Motivation, self-determination, and long-term weight control. International Journal Of Behavioral Nutrition And Physical Activity, 9(1), 22. doi: 10.1186/1479-5868-9-22
Lonnie M, Hooker E, Brunstrom JM, Corfe BM, Green MA, Watson AW, Williams EA, Stevenson EJ, Penson S, Johnstone AM. Protein for Life: Review of Optimal Protein Intake, Sustainable Dietary Sources and the Effect on Appetite in Ageing Adults. Nutrients. 2018 Mar 16;10(3):360. doi: 10.3390/nu10030360
Slavin, J., & Lloyd, B. (2012). Health Benefits of Fruits and Vegetables. Advances In Nutrition, 3(4), 506-516. doi: 10.3945/an.112.002154
Yau YH, Potenza MN. Stress and eating behaviors. Minerva Endocrinol. 2013 Sep;38(3):255-67. PMID: 24126546; PMCID: PMC4214609. Retrieved 14 October 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4214609/
Golay, A., & Ybarra, J. (2005). Link between obesity and type 2 diabetes. Best Practice &Amp; Research Clinical Endocrinology &Amp; Metabolism, 19(4), 649-663. doi: 10.1016/j.beem.2005.07.010
Versi Terbaru
12/12/2022
Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany
Ditinjau secara medis olehdr. Patricia Lukas Goentoro