Definisi sindrom Reiter
Apa itu sindrom Reiter?
Sindrom Reiter atau atau arthritis reaktif adalah nyeri sendi disertai pembengkakan yang dipicu oleh infeksi pada bagian lain dari tubuh, seperti usus, alat kelamin, dan saluran kemih.
Umumnya, penyakit ini menyerang sendi pada tulang belakang dan area sendi sakroilika, yakni area tulang belakang yang menempel pada panggul.
Di samping itu, peradangan juga bisa terjadi pada sendi kaki, dan memengaruhi mata, kulit, atau uretra. Pada beberapa kasus, penyakit ini bisa menyebabkan kerusakan pada beberapa organ, seperti konjungtivitas, saluran kemih, usus, dan ginjal.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Sindrom Reiter adalah jenis arthritis yang kurang umum ketimbang rematik atau osteoarthritis.
Menurut laman kesehatan yang dikelola oleh University of Washington, sindrom ini lebih umum terjadi pada pria kulit putih yang berusia 20 hingga 40 tahun. Meski begitu, penyakit ini juga bisa menyerang wanita, anak-anak, dan orang lanjut usia.
Tanda-tanda & gejala sindrom Reiter
Tanda dan gejala arthritis reaktif umumnya mulai satu hingga empat minggu setelah terpapar infeksi pemicu.
Berikut ini adalah berbagai tanda dan gejala sindrom Reiter yang umumnya terjadi.
- Nyeri dan kekakuan. Penderita sering kali mengeluhkan nyeri dan kekakuan pada lutut, pergelangan kaki, tumit, punggung bawah hingga bokong.
- Konjungtivitis. Banyak orang dengan sindrom ini juga mengalami peradangan pada mata (konjungtivitis).
- Masalah buang air kecil. Kebiasaan buang air kecil menjadi berubah, yakni menjadi lebih sering dan tidak nyaman karena kelenjar prostat atau leher rahim ikut mengalami peradangan.
- Entesitis. Peradangan juga terjadi pada jaringan lunak pada tulang, tendon, otot, tendon, dan ligamen.
- Pembengkakan. Dalam beberapa kasus, jari kaki atau jari tangan akan membengkak mirip seperti sosis.
- Masalah kulit. Artritis reaktif dapat mempengaruhi kulit Anda dengan berbagai cara, termasuk ruam pada telapak kaki dan telapak tangan serta sariawan.
- Nyeri punggung bawah. Rasa nyeri pada punggung ini akan memburuk di malam hari atau di pagi hari.
Kapan saya harus periksa ke dokter?
Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti di atas, segera periksa ke dokter. Bagi kebanyakan orang, gejala tersebut akan datang dan pergi, perlahan menghilang dalam waktu 12 bulan.
Setiap orang sangat mungkin menunjukkan gejala yang berbeda-beda. Ada pula yang mengalami gejala lain yang tidak tercantum pada ulasan di atas.
Penyebab sindrom reiter
Penyebab utama dari sindrom Reiter adalah infeksi pada tubuh. Munculnya gejala adalah reaksi dari tubuh terhadap infeksi. Biasanya penularan infeksi terjadi akibat hubungan seks atau melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Berikut berbagai jenis bakteri yang menjadi penyebab munculnya penyakit pada sendi ini.
- Clamidia.
- Salmonella.
- Shigella.
- Yersinia.
- Campylobacter.
- Clostridium difficile.
Faktor-faktor risiko sindrom Reiter
Siapa saja bisa terkena arthritis reaktif. Namun, beberapa orang bisa saja memiliki risiko yang lebih tinggi terkena sindrom Reiter karena berbagai faktor.
- Usia. Sindrom ini paling sering menyerang orang dewasa muda hingga awal 40 tahunan.
- Jenis kelamin. Wanita dan pria memiliki kemungkinan yang sama dalam mengembangkan penyakit ini dari makanan. Namun, dalam aktivitas seks, pria lebih rentan mengalami infeksi.
- Keturunan. Orang dengan penanda genetik tertentu dikaitkan dengan kondisi ini. Namun, tidak semua orang dengan penanda ini akan mengalaminya.
Diagnosis & pengobatan sindrom Reiter
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Selama pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa sendi Anda untuk melihat tanda dan gejala peradangan, seperti pembengkakan, kehangatan dan nyeri tekan, dan menguji rentang gerak tubuh.
Kemudian, dokter juga memeriksa mata Anda Anda jika terjadi peradangan dan ruam pada kulit. Selain itu, Anda perlu mengikuti serangkaian tes kesehatan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit.
- Blood test (tes darah) untuk mengetahui adanya infeksi sekaligus penyebabnya, antibodi dari peradangan, dan penanda genetik yang terkait dengan arthritis reaktif.
- Joint fluid test (tes cairan sendi) untuk mengetahui jumlah sel darah putih, infeksi, pengkristalan terkait asam urat.
- Imaging test (tes pencitraan) untuk melihat kondisi sendi dan menyingkirkan jenis radang sendi lainnya.
Apa saja pilihan pengobatan saya untuk sindrom Reiter?
Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah keparah dari infeksi yang ada pada tubuh dan mengendalikan gejala. Berikut ini adalah berbagai pengobatan sindrom Reiter.
Minum obat
Jika arthritis reaktif Anda dipicu oleh infeksi bakteri, dokter Anda mungkin akan meresepkan antibiotik. Jenis antibiotik yang dokter resepkan akan disesuaikan dengan jenis bakteri yang menginfeksi.
Selain antibiotik, Anda mungkin juga akan minum obat atau disuntikkan obat lain seperti berikut ini.
- Obat NSAID, seperti indometasin (Indocin), dapat meredakan peradangan dan nyeri artritis reaktif.
- Suntikan kortikosteroid ke dalam sendi yang terkena dapat mengurangi peradangan dan memungkinkan Anda untuk kembali ke tingkat aktivitas normal.
- Minum steroid untuk mengurangi ruam kulit yang disebabkan oleh reaksi peradangan.
- Obat rematik, seperti sulfasalazine (Azulfidine), methotrexate (Trexall) atau etanercept (Enbrel) punya potensi untuk menghilangkan rasa sakit dan kekakuan untuk beberapa orang.
Terapi fisik
Seorang ahli terapi fisik akan mengarahkan latihan untuk pemulihan sendi dan otot tubuh. Ini meliputi latihan untuk menguatkan otot dan sendi, serta meningkatkan fleksibilitas sendi dan mengurangi kekakuan.
Pengobatan sindrom Reiter di rumah
Selain pengobatan dokter, Anda juga perlu menerapkan perawatan rumahan untuk membantu meningkatkan efektivitas pemulihan tubuh dari penyakit.
- Menggunakan kompres air hangat untuk meredakan nyeri. Namun, Anda perlu berhati-hati untuk tidak terlalu lama menempelkan kompres pada kulit. Apalagi jika area kulit terdapat ruam. Cukup tempelkan sekitar 5-10 menit per sesinya.
- Pakai kacamata saat Anda pergi keluar rumah, terutama jika Anda mengalami konjungtivitis agar mata tidak terkena debu maupun kotoran.
- Jangan menunda desakan untuk buang air kecil dan selalu jaga kebersihan organ intim.
- Tidur cukup, konsumsi makanan sehat dan bersih, serta tetap aktif bergerak sesuai dengan arahan dokter.
Pencegahan sindrom Reiter
Faktor genetik tampaknya berperan dalam meningkatkan risiko artritis reaktif. Meskipun Anda tidak dapat mengubah susunan genetik, Anda dapat mengurangi paparan bakteri yang dapat menyebabkan sindrom Reiter.
Pastikan makanan disimpan pada suhu yang tepat. Anda juga perlu mencuci sayur atau buah dengan benar untuk menghilangkan bakteri hidup di makanan tersebut.
Kemudian, praktekkan kehidupan seks yang aman seperti tidak bergonta-ganti pasangan dan menggunakan kondom saat berhubungan intim.
[embed-health-tool-bmi]