backup og meta

Osteopenia

Osteopenia

Mungkin Anda sudah tidak asing dengan penyakit osteoporosis. Namun, bagaimana dengan osteopenia? Pernahkah Anda mendengarnya? Osteopenia adalah tahapan sebelum memasuki osteoporosis. Simak ulasan berikut untuk lebih jelasnya.

Apa yang dimaksud dengan osteopenia?

Osteopenia juga adalah kondisi yang menandakan rendahnya massa tulang. Itu artinya, tulang seseorang tidak lagi sekuat seharusnya sehingga cenderung mudah patah.

Orang yang memiliki kondisi ini memiliki tingkat kepadatan tulang sedikit lebih rendah dari batas normal, tapi belum dianggap sebagai osteoporosis.

Jika dianalogikan, orang dengan tulang sehat memiliki nilai A, orang dengan osteoporosis memiliki nilai D atau F, sedangkan orang dengan osteopenia memiliki nilai B atau C.

Meski begitu, seseorang dengan gangguan muskuloskeletal ini tidak selalu menyebabkan osteoporosis. Ini bergantung dengan faktor risiko lain yang dimiliki orang tersebut.

Di samping itu, orang dengan osteopenia bisa mengambil langkah-langkah pencegahan osteoporosis.

Seberapa umumkah penyakit ini?

Osteopenia adalah kondisi yang umum terjadi. Akan tetapi, sepertiga kasus lebih sering menyerang orang yang berusia di atas 50 tahun ke atas.

Berdasarkan jenis kelamin, kondisi ini lebih sering menyerang wanita ketimbang pria.

Tanda dan gejala osteopenia

Osteopenia adalah kondisi yang umumnya tidak menimbulkan gejala. Oleh karena itu, kondisi ini sulit sekali untuk dideteksi lebih awal.

Meski begitu, beberapa orang dengan osteopenia mengalami gejala seperti penurunan tinggi badan.

Tinggi badan memang akan menurun sekitar 2,5 cm ketika puncak tinggi badan di usia dewasa sudah terlewati.

Namun, bila tinggi badan berkurang lebih dari angka yang disebutkan, ini bisa menjadi petunjuk adanya masalah pada kualitas tulang Anda.

Selain penurunan tinggi badan, terjadinya patah tulang (fraktur) juga bisa menunjukkan adanya kelainan tulang, seperti osteopenia.

Kapan harus ke dokter?

Jika Anda menyadari berkurangnya tinggi badan lebih dari 2,5 cm tanpa penyebab yang jelas, pemeriksaan kesehatan ke dokter perlu dilakukan.

Apalagi jika Anda sudah berusia di atas 50 tahun dan pernah mengalami kecelakaan atau patah tulang, jangan tunda untuk melakukan pemeriksaan.

Penyebab osteopenia

Seiring bertambahnya usia, tulang di tubuh Anda akan mengalami perubahan. Tulang baru akan tumbuh, kemudian tulang yang tua akan rusak dan tergantikan oleh tulang yang baru.

Saat usia Anda masih muda, tulang baru akan lebih cepat tumbuh ketimbang pemecahan tulang rusak oleh tubuh. Hal inilah yang menyebabkan massa tulang yang tinggi dan mencapai totalnya di usia 35 tahun.

Setelah melewati usia tersebut, tubuh akan memecah tulang tua lebih cepat ketimbang menciptakan tulang baru.

Kondisi ini membuat massa tulang berkurang sehingga membuat tulang jadi lemah dan mudah patah. Menurunnya massa tulang secara alami ini adalah penyebab osteopenia.

Faktor risiko osteopenia

Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko osteopenia jadi lebih besar adalah berikut ini.

  • Berusia di atas 65 tahun.
  • Mengalami menopause dini (mengalami menopause di usia muda, yakni di bawah usia 40 tahun).
  • Memiliki keluarga dengan riwayat osteopenia.
  • Menjalani operasi pengangkatan ovarium sehingga kadar estrogen menurun.
  • Memiliki masalah kesehatan, seperti hipertiroidisme (aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan).
  • Memiliki kebiasaan minum alkohol berlebihan.
  • Merokok.
  • Menggunakan obat kortikosteroid atau anti konvulsan jangka panjang.
  • Memiliki gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia.

Faktor risiko khusus pada wanita

Wanita diketahui lebih cenderung mengalami osteopenia ketimbang pria. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal.
  • Wanita memiliki massa tulang yang lebih rendah secara menyeluruh dan menyerap lebih sedikit kalsium lebih rendah ketimbang pria.
  • Kecepatan pengeroposan tulang juga jadi lebih cepat setelah wanita mengalami menopause sehingga kadar estrogen menurun. Estrogen sendiri dibutuhkan untuk menjaga tulang tetap sehat.

Diagnosis osteopenia

Cara terbaik untuk mendiagnosis osteopenia adalah dengan menjalani tes kepadatan tulang yang disebut dengan ini dual-energy x-ray absorptiometry (DXA).

Tes ini menggunakan sinar X energi rendah untuk melihat kandungan kalsium tulang.

Kemudian, hasilnya akan dibandingkan dengan skor T (tulang orang dewasa muda yang sehat) dan skor Z (tulang orang lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama).

Tes ini umumnya dilakukan untuk memeriksa tulang belakang lumbar, pinggul, dan pergelangan tangan.

Perlu Anda ketahui bahwa skor T yang berkisar dari -1 hingga -2,5 dikategorikan sebagai osteopenia. Semakin rendah nilai skor T, semakin keropos tulang Anda.

Pengobatan osteopenia

Osteopenia dapat diobati dengan olahraga rutin, pemenuhan nutrisi yang dapat menjaga tulang tetap sehat, dan obat-obatan.

Akan tetapi, penggunaan obat-obatan sangat perlu pertimbangan yang matang mengingat adanya risiko efek samping yang muncul jika digunakan dalam jangka panjang.

Menurut situs Harvard Medical School, jika hasil skor T kurang dari -2, Anda perlu melakukan latihan beban secara teratur dan mendapatkan vitamin D serta kalsium yang cukup dari makanan dan sinar matahari.

Jika skor T mendekati angka -2,5, dokter mungkin akan meresepkan obat tertentu untuk menjaga tulang Anda tetap kuat.

Beberapa obat yang mungkin diresepkan dokter untuk mengobati osteopenia adalah sebagai berikut.

1. Bisfosfonat

Obat ini diresepkan untuk mencegah osteopenia agar tidak menjadi osteoporosis. Beberapa contoh dari obat ini adalah alendronate (Fosamax),ibandronate (Boniva), risedronate (Actonel), dan zoledronic acid (Reclast, Zometa, Aclasta).

Dosis mingguan atau bulanan bisa sama efektifnya dengan dosis harian dan seringkali lebih baik ditoleransi.

Ibandronate dapat diberikan secara intravena setiap tiga bulan, sedangkan asam zoledronat setahun sekali untuk mengobati osteoporosis dan sekali setiap dua tahun.

Efek samping dari obat ini adalah asam lambung naik, iritasi kerongkongan, demam, dan nyeri pada kaki dan lengan.

Agar tidak terjadi iritasi kerongkongan, obat harus diminum setelah puasa semalaman, kecuali minum air putih dan hindari berbaring.

2. Raloxifene (Evista)

Obat osteopenia ini dapat meniru hormon estrogen sehingga bisa membantu menjaga tulang tetap sehat.

Efek samping dari obat ini adalah hot flashes, kram kaki, dan pembekuan darah. Anda yang memiliki risiko tinggi terkena stroke dan punya hipertensi biasanya tidak diresepkan oleh dokter.

3. Estrogen terkonjugasi / bazedoksifen (Duavee)

Obat ini diresepkan pada wanita dengan osteopenia yang masih memiliki rahim utuh. Penggunaan obat biasanya diberikan bersamaan dengan obat seperti raloxifene (Evista) untuk meningkatkan kepadatan tulang dan mencegah patah tulang.

Penggunaan jangka pendek cukup aman, namun penggunaan jangka panjang masih diamati efeknya oleh para ahli.

Penggunaan estrogen terkonjugasi harus sangat berhati-hati karena bisa menimbulkan efek samping yang bisa membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, saat konsultasi bicarakan dengan dokter mengenai kesehatan tubuh Anda.

Perawatan rumahan osteopenia

Pengobatan untuk penderita osteopenia sangat berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Ini sama juga dengan pengobatan yang harus Anda jalani di rumah.

Anda bisa menerapkan latihan angkat beban untuk memperkuat tulang, membangun otot, meningkatkan keseimbangan tubuh, dan mencegah patah tulang.

Selain angkat beban, Anda juga bisa mencoba jalan cepat, jalan santai, jogging, atau menaiki tangga.

Untuk pemenuhan vitamin D dan kalsium, Anda dapat mengonsumsi makanan penguat tulang, termasuk produk susu tanpa lemak, seperto yoghurt, keju, dan susu.

Anda juga bisa mengombinasikan menu makanan harian dengan kacang-kacangan, salmon, ayam, brokoli, dan buah jeruk.

Jika Anda ingin mengonsumsi suplemen tertentu untuk menguatkan tulang, sebaiknya tanyakan dulu dengan dokter yang merawat kondisi Anda.

Pencegahan osteopenia

Selain bisa diobati, osteopenia juga bisa dicegah. Cara mencegah osteopenia yang bisa Anda lakukan adalah berikut ini.

  • Berhenti merokok dan menjauhi asap rokok.
  • Gunakan obat-obatan tertentu di bawah pengawasan dokter, terutama obat kortikosteroid dan obat antikejang.
  • Lakukan olahraga secara rutin, setidaknya 30 menit sehari.
  • Tingkatkan konsumsi makanan yang kaya vitamin D dan kalsium, seperti ikan, produk susu tanpa lemak, kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah serta sayur. Bagi Anda yang memiliki gangguan makan, ikuti aturan diet yang direkomendasikan dokter atau ahli gizi.
  • Lakukan tes kepadatan tulang jika Anda sudah mengalami menopause, terutama berusia 65 tahun ke atas.

Jika Anda mencurigai adanya gejala osteopenia pada diri maupun orang terdekat, sebaiknya konsultasikan hal ini lebih lanjut dengan dokter.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Harvard Health Publishing. (2020, July 7). Osteopenia: When you have weak bones, but not osteoporosis. Harvard Health. https://www.health.harvard.edu/womens-health/osteopenia-when-you-have-weak-bones-but-not-osteoporosis [Accessed on October 5th, 2020]

What is osteopenia? Causes, symptoms and treatment. (2020, May 28). HSS Playbook Blog. https://www.hss.edu/playbook/what-is-osteopenia-causes-symptoms-and-treatment/ [Accessed on October 5th, 2020]

Osteoporosis. (2018, October 3). nhs.uk. https://www.nhs.uk/conditions/osteoporosis/ [Accessed on October 5th, 2020]

Osteopenia. Rush University Medical Center. https://www.rush.edu/services/conditions/osteopenia [Accessed on October 5th, 2020]

Familydoctor.org editorial staff. (2018, November 14). Osteopenia. familydoctor.org. https://familydoctor.org/condition/osteopenia/ [Accessed on October 5th, 2020]

How to keep your bones healthy. (2019, March 9). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/adult-health/in-depth/bone-health/art-20045060 [Accessed on October 5th, 2020]

 

Versi Terbaru

11/03/2023

Ditulis oleh Aprinda Puji

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Karinta Ariani Setiaputri


Artikel Terkait

Sistem Kerangka dan Anatomi Tulang Manusia, Mulai dari Kepala hingga Ujung Kaki

Senam Osteoporosis dan Jenis Olahraga Lain yang Dianjurkan Ahli


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 11/03/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan