Kelenjar tiroid berfungsi menghasilkan hormon-hormon tiroid yang diperlukan oleh berbagai organ tubuh. Ketika jumlah hormon tiroid kurang dari normal, kondisi ini dikenal sebagai hipotiroidisme atau hipotiroid.
Simak informasi berikut untuk mengenali gejala, penyebab, dan penanganannya.
Apa itu hipotiroidisme?
Hipotiroidisme atau lebih umum disebut dengan hipotiroid adalah kondisi yang terjadi saat kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid.
Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu di depan leher. Tugasnya menghasilkan hormon tetraiodothyronine (T4) dan triiodothyronine (T3) yang berfungsi mengendalikan cara kerja tubuh dalam menggunakan energi.
Orang dengan usia berapa pun dapat terkena hipotiroid, tapi kondisi ini lebih banyak terjadi pada lansia. Selain itu, perempuan di atas 60 tahun dan orang yang memiliki riwayat penyakit tiroid juga lebih berisiko mengalami kondisi ini.
Namun, hipotiroidisme dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risikonya. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Apa saja tanda-tanda dan gejala hipotiroid?
Tanda-tanda dan gejala hipotiroid biasanya tergantung pada seberapa parahnya tubuh Anda kekurangan hormon tiroid. Namun, umumnya masalah yang muncul akan berkembang dengan perlahan dalam beberapa tahun.
Pada awalnya, Anda mungkin jarang menyadari tanda-tanda dan gejala dari hipotiroidisme, seperti kelelahan dan bertambahnya berat badan. Anda mungkin merasa gejala itu sebagai gejala umum yang dirasakan ketika seseorang bertambah usia.
Namun, hipotiroidisme mengakibatkan metabolisme Anda jadi lambat. Melambatnya metabolisme mungkin akan membuat Anda mengalami tanda-tanda dan gejala yang lebih jelas. Berikut ini tanda-tanda dari hipotiroidisme.
1. Kelelahan
Hormon tiroid mengatur koordinasi dan keseimbangan energi tubuh, sekaligus mengatur jam biologis tubuh saat beristirahat dan beraktivitas.
Orang yang mengalami hipotiroidisme akan merasa tubuhnya lelah meskipun sudah beristirahat dan mendapatkan waktu tidur yang cukup.
2. Mudah kedinginan
Saat tidak beraktivitas fisik, proses metabolisme tubuh tetap berjalan. Namun, hipotiroidisme menyebabkan metabolisme menurun dan tubuh pun lebih sensitif terhadap suhu dingin.
Hal ini disebabkan karena saat metabolisme berlangsung, tubuh akan menghasilkan panas sebagai produk turunannya.
3. Sembelit
Gejala umum yang dialami oleh pengidap hipotiroidisme adalah sembelit. Kadar hormon tiroid yang menurun akan mengganggu kinerja otot usus dalam mencerna makanan. Akibatnya, makanan dicerna lebih lama dan terjadi sembelit.
4. Nyeri sendi dan otot
Melambatnya metabolisme membuat tubuh menghasilkan energi lewat proses katabolisme. Proses ini akan menyebabkan adanya penguraian jaringan tubuh.
Akibatnya, massa dan kekuatan otot menjadi berkurang dan timbul rasa nyeri di bagian sendi dan otot. Apabila hipotiroidisme tidak diatasi, gejalanya dapat menjadi lebih serius secara bertahap.
Rangsangan terus-menerus yang terjadi pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan lebih banyak hormon akan menyebabkan pembesaran tiroid (gondok). Selain itu, Anda mungkin menjadi lebih pelupa, lama dalam proses berpikir, atau depresi.
Pada beberapa kasus, hipotiroidisme bisa saja berkembang menjadi tingkat lanjut yang disebut dengan myxedema. Meskipun merupakan kondisi langka, kondisi ini dapat membahayakan nyawa.
Tanda-tanda dan gejala yang muncul bisa meliputi tekanan darah rendah, menurunnya pernapasan, menurunnya suhu tubuh, tidak responsif, dan bahkan koma.
Apa penyebab hipotiroidisme?
Hipotiroid terjadi ketika kelenjar tiroid tidak mampu menghasilkan hormon secara efektif. Akibatnya, keseimbangan reaksi kimia dalam tubuh dapat terganggu.
Berikut merupakan beberapa faktor yang dapat menjadi penyebabnya.
1. Penyakit autoimun
Penyakit autoimun terjadi saat sistem imun menghasilkan antibodi yang menyerang jaringan tubuh Anda sendiri. Kadang proses ini melibatkan kelenjar tiroid.
Salah satu penyakit autoimun yang dapat memengaruhi kelenjar tiroid ialah penyakit Hashimoto.
2. Perawatan untuk hipertiroidisme
Orang yang menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid (hipertiroidisme) sering kali ditangani dengan obat anti-tiroid untuk mengurangi dan menormalkan fungsi tiroid.
Namun, pada beberapa kasus, perawatan untuk hipertiroidisme dapat mengakibatkan hipotiroidisme permanen.
3. Operasi tiroid
Pengangkatan seluruh atau sebagian besar kelenjar tiroid (tiroidektomi) dapat mengganggu produksi hormon. Pada kasus tersebut, Anda perlu menggunakan hormon tiroid dari luar seumur hidup.
4. Terapi radiasi
Radiasi untuk mengatasi kanker pada kepala dan leher dapat memengaruhi kelenjar tiroid dan menyebabkan hipotiroidisme.
5. Pengobatan tertentu
Berbagai obat-obatan dapat berperan pada hipotiroidisme. Salah satunya adalah lithium, yang digunakan untuk mengatasi beberapa gangguan psikologis.
6. Kurangnya asupan yodium
Kelenjar tiroid amat membutuhkan yodium untuk menghasilkan hormon. Oleh karena tubuh tidak bisa menghasilkan yodium sendiri, Anda harus mendapatkannya dari makanan. Kurangnya asupan yodium bisa menyebabkan hipotiroidisme.
Apa saja faktor yang meningkatkan risiko hipotiroid?
Ada banyak faktor pemicu untuk hipotiroid, yaitu:
- wanita berusia di atas 60 tahun,
- memiliki penyakit autoimun,
- terdapat keluarga yang juga punya penyakit tiroid,
- memiliki penyakit autoimun lain, seperti rheumatoid arthritis atau lupus,
- mengalami peradangan kronis,
- telah diobati dengan yodium radioaktif atau obat anti-tiroid,
- menerima radiasi pada leher atau dada atas,
- pernah menjalani operasi pengangkatan sebagian kelenjar tiroid, serta
- mengalami pembengkakan tiroid setelah melahirkan (postpartum thyroiditis).
Bagaimana hipotiroid didiagnosis?
Apabila dokter menduga Anda mengalami kondisi ini, pemeriksaan fisik akan dilakukan dan dokter akan merekomendasikan berbagai tes. Tes darah selalu digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis hipotiroid atau hipotiroidisme ringan.
Tes yang paling sering digunakan yakni pengukuran thyroid-stimulating hormone (TSH) dan thyroxine (T4).
Apabila hasil tes tidak normal, tes antibodi antitiroid dapat menentukan apakah Anda memiliki penyakit Hashimoto. Penyakit Hashimoto merupakan kondisi ketika sistem pertahanan tubuh menyerang kelenjar tiroid.
CT scan atau MRI pada hipotalamus atau kelenjar pituitari juga dapat dilakukan untuk melihat perubahan pada area otak tersebut.
Bagaimana cara mengobati hipotiroid?
Dipercaya bahwa penanganan standar untuk hipotiroid meliputi penggunaan hormon tiroid buatan, levothyroxine. Pengobatan oral ini mengembalikan level hormon yang cukup sehingga mengurangi gejala hipotiroid.
Untuk menentukan dosis levothyroxine, dokter akan memeriksa kadar TSH setelah 2–3 bulan. Jumlah hormon yang berlebih dapat menyebabkan efek samping, seperti:
Apabila Anda memiliki penyakit arteri koroner atau hipotiroid parah, dokter akan memulai pengobatan dengan jumlah kecil dan meningkatkannya secara bertahap. Tindakan ini membantu jantung menyesuaikan diri terhadap peningkatan metabolisme.
Obat-obatan, suplemen, dan beberapa makanan tertentu dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam menyerap levothyroxine.
Bicarakan dengan dokter apabila Anda mengonsumsi produk kedelai atau makanan berserat tinggi dalam jumlah besar, atau obat-obatan lain seperti berikut.
- Suplemen zat besi atau multivitamin yang mengandung zat besi.
- Cholestyramine.
- Aluminum hidroksida, yang ditemukan dalam beberapa antasida.
- Suplemen kalsium.
Apabila Anda memiliki hipotiroidisme subklinis, diskusikan perawatan yang bisa Anda gunakan dengan dokter. Untuk peningkatan TSH yang relatif ringan, Anda mungkin tidak mendapatkan manfaat dari terapi hormon tiroid, justru perawatan dapat berbahaya.
Untuk kadar TSH yang lebih tinggi, hormon tiroid dapat meningkatkan kadar kolesterol, kemampuan memompa jantung, dan energi.
[embed-health-tool-bmi]