backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Dispepsia Fungsional

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Rena Widyawinata · Tanggal diperbarui 03/03/2021

Dispepsia Fungsional

Definisi dispepsia fungsional

Dispepsia fungsional adalah sakit perut tanpa adanya luka (ulkus) dan tidak disertai penyebab yang jelas. Sakit perut jenis ini umum terjadi dan dapat berlangsung dalam jangka waktu panjang.

Sakit perut non-ulkus dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala yang menyerupai ulkus lambung, seperti nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas, sering kali disertai dengan kembung, sendawa, dan mual.

Seberapa umum dispepsia fungsional?

Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapa pun. Dispepsia fungsional dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Tanda dan gejala dispepsia fungsional

Tanda dan gejala dispepsia fungsional yang umum muncul yaitu:

  • sensasi terbakar atau rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada bawah, kadang mereda dengan makanan atau obat-obatan antasida,
  • perut kembung,
  • sendawa,
  • cepat merasa kenyang, dan
  • mual.

Tingkat keparahan gejala bisa berbeda pada setiap orang. Seringnya gejala terjadi tiba-tiba dan tidak diprediksi. Ada beberapa orang yang hanya mengalami satu gejala, ada juga orang yang mengalami lebih dari satu.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter?

Anda harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala:

  • muntah darah,
  • feses berwarna gelap, hitam seperti aspal atau petis,
  • sesak napas, serta
  • nyeri yang menjalar ke rahang, leher, atau lengan.

Perlu diingat, tubuh setiap orang berbeda-beda, maka gejala yang dirasakan juga dapat bervariasi. Selalu konsultasikan kepada dokter untuk memastikan kondisi Anda dan mendapatkan solusi yang terbaik.

Penyebab dan faktor risiko

Apa penyebab dispepsia fungsional?

Penyebab dispepsia fungsional sering kali tidak diketahui secara jelas. Dokter menganggap kondisi ini sebagai gangguan fungsional, kemunculannya tidak selalu disebabkan oleh penyakit tertentu. Dengan itulah kondisi ini disebut dengan dispepsia fungsional.

Meski demikian, ada beberapa kondisi yang sering dikaitkan dengan terjadinya gejala gangguan ini. Beberapa kondisi tersebut meliputi:

Apa yang membuat lebih berisiko terkena kondisi ini?

Gangguan ini bisa dialami oleh siapa saja, baik tua maupun muda. Namun, ada beberapa faktor yang membuat seseorang lebih berisiko terhadap gangguan ini. Di bawah ini daftarnya.

  • Berjenis kelamin perempuan.
  • Melakukan kebiasaan merokok.
  • Memiliki masalah kecemasan atau depresi.
  • Pernah mengalami trauma.
  • Sering menggunakan obat-obatan penghilang nyeri yang bisa menyebabkan masalah pada perut.

Meski Anda tidak memiliki faktor-faktor tersebut, bukan berarti Anda tidak akan terkena gangguan ini. Maka dari itu, selalu usahakan untuk menjalani pola hidup yang sehat agar terhindar dari dispepsia fungsional.

Diagnosis dan pengobatan

Bagaimana kondisi ini didiagnosis?

Dokter akan melihat tanda dan gejala serta melakukan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan guna mengetahui penyebab rasa tak nyaman yang Anda alami. Berikut beberapa tesnya.

  • Tes darah: tes darah dapat membantu mengeliminasi kemungkinan penyakit lain yang dapat menyebabkan tanda-tanda atau gejala yang menyerupai sakit perut non-ulkus.
  • Tes bakteria: dokter dapat menyarankan tes untuk melihat bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) yang dapat menyebabkan gangguan pada perut. Tes H. pylori dapat menggunakan darah, feses, atau napas Anda.
  • Endoskopi: menggunakan scope untuk memeriksa sistem pencernaan Anda. Nantinya, dokter menggunakan tabung tipis fleksibel dengan sinar (endoskop) yang akan dimasukkan melalui tenggorokan agar dokter dapat melihat esofagus, lambung dan bagian awal usus kecil (duodenum).

Bagaimana cara mengobati dispepsia fungsional?

Sakit perut non-ulkus yang berlangsung lama dan tidak dikendalikan dengan perubahan gaya hidup dapat membutuhkan pengobatan tertentu.

Jenis perawatan yang Anda terima tergantung pada tanda dan gejala yang Anda alami. Pengobatan yang diberikan dapat mengombinasikan obat-obatan dan terapi perilaku.

Inilah beberapa pilihan pengobatan yang dapat membantu mengatasi tanda-tanda dan gejala dari sakit perut non-ulkus.

  • Obat gas yang dijual bebas. Obat-obatan yang mengandung simethicone dapat meredakan dengan mengurangi gas. Contoh obat-obatan yang mengurangi gas meliputi Mylanta dan Gas-X.
  • Pengobatan untuk mengurangi produksi asam. Disebut sebagai H-2 receptor blockers, obat-obatan ini tersedia di apotek dan meliputi cimetidine (Tagamet HB), famotidine (Pepcid AC), nizatidine (Axid AR) dan ranitidine (Zantac 75). Versi yang lebih kuat tersedia dalam bentuk resep.
  • Pengobatan yang menghambat “pompa” asam. Proton pump inhibitors mematikan “pompa” asam dalam sel perut yang mensekresikan asam. Proton pump inhibitors mengurangi asam dengan menghambat kerja pompa-pompa kecil tersebut. Proton pump inhibitors yang dijual bebas meliputi lansoprazole (Prevacid 24 HR) dan omeprazole (Prilosec OTC). Proton pump inhibitors yang lebih kuat juga tersedia dengan resep.
  • Pengobatan untuk memperkuat sphincter esofagus. Agen prokinetik membantu lambung kosong dengan lebih cepat dan memperketat katup di antara lambung dan esofagus, mengurangi kemungkinan rasa tidak nyaman pada perut atas. Dokter dapat memberikan pengobatan metoclopramide (Reglan), namun obat ini belum tentu dapat digunakan semua orang dan dapat memiliki efek samping yang signifikan.
  • Antidepresan dosis rendah. Antidepresan trisiklik dan obat-obatan yang dikenal sebagai serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), diminum dalam dosis rendah, dapat membantu membatasi aktivitas neuron yang mengendalikan nyeri pada usus.
  • Antibiotik. Apabila hasil tes mengindikasikan adanya bakteri penyebab ulkus yang disebut H. pylori pada lambung Anda, dokter dapat memberikan antibiotik.

Bekerja sama dengan konselor atau terapis dapat membantu meredakan tanda-tanda dan gejala yang tidak dapat dibantu dengan pengobatan.

Konselor atau terapis dapat mengajari Anda teknik relaksasi yang membantu atasi tanda dan gejala. Anda juga dapat mempelajari cara-cara untuk mengurangi stres dalam hidup untuk mencegah kambuhnya penyakit.

Pencegahan dispepsia fungsional

Dokter dapat merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk membantu mengendalikan sakit perut akibat dispepsia fungsional.

Perubahan pola makan dan bagaimana Anda makan dapat mengendalikan tanda dan gejala. Di bawah ini merupakan langkah-langkah yang bisa Anda lakukan.

1. Konsumsi makanan lebih sering dengan porsi lebih sedikit.

Perut yang kosong kadang dapat menyebabkan sakit perut non-ulkus. Perut yang kosong dengan asam dapat membuat Anda mual. Cobalah untuk mengonsumsi camilan sehat, seperti cracker atau buah-buahan.

2. Hindari melewatkan waktu makan

Bila Anda kerap melewatkan waktu makan, asam lambung dapat naik dan menimbulkan rasa tak nyaman pada perut. Oleh karena itu, jangan lewatkan jadwal makan. Hindari porsi makan berlebihan. Lebih baik makan lebih sering dengan porsi yang kecil.

3. Kurangi konsumsi makanan yang memicu sakit perut

Hindari makanan yang dapat memicu sakit perut non-ulkus, seperti makanan berlemak dan pedas, makanan dengan rasa asam, minuman bersoda, kafein, serta alkohol.

4. Makan secara perlahan

Jangan makan terburu-buru sambil diselingi dengan kegiatan lain. Makanlah dengan fokus, pusatkan perhatian pada makanan yang dikonsumsi, kunyahlah sampai benar-benar halus sebelum Anda menelannya.

5. Atasi stres

Teknik pengurang stres dapat membantu Anda mengendalikan tanda dan gejala. Untuk mengurangi stres, habiskan waktu melakukan hal yang Anda sukai, seperti hobi atau olahraga. Terapi relaksasi atau yoga juga dapat membantu.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Rena Widyawinata · Tanggal diperbarui 03/03/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan