backup og meta

Tidur Terlalu Lama Saat Hamil, Apakah Berbahaya?

Tidur Terlalu Lama Saat Hamil, Apakah Berbahaya?

Ibu hamil merasakan banyak perubahan pada tubuh dan rutinitasnya, termasuk soal jam tidur. Beberapa wanita mungkin mengalami insomnia saat hamil, tetapi tidak sedikit pula yang mengaku sering tidur terlalu lama saat hamil.

Apakah terlalu banyak tidur merupakan hal yang baik bagi ibu hamil? Simak ulasan berikut untuk jawabannya.

Mengapa ibu hamil sering tidur lebih lama?

Perubahan level progesteron pada awal kehamilan akan menimbulkan berbagai keluhan pada ibu hamil, seperti mual, sakit punggung, hingga peningkatan frekuensi buang air kecil.

Berbagai kondisi tersebut kerap membuat ibu hamil kelelahan. Maka dari itu, ibu hamil sangat disarankan untuk tidur yang cukup setiap harinya.

Selain itu, pembentukan plasenta yang menyebabkan jantung memompa lebih banyak darah dari biasanya juga membuat ibu hamil lebih mudah lelah dan mengantuk.

Ini diperparah oleh berbagai perubahan selama kehamilan yang mungkin membuat Anda mudah terbangun atau tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Jika tidak pandai-pandai menjaga jam tidur, kualitas tidur Anda selama kehamilan mungkin menurun. Inilah yang membuat ibu hamil ingin tidur lebih lama dari biasanya.

Berapa lama jam tidur yang dibutuhkan ibu hamil?

posisi tidur ibu hamil

Kebutuhan tidur setiap ibu hamil tentu berbeda. Ini tergantung pada kondisi kesehatan dan kebiasaan ibu hamil.

Namun, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sleep Health (2017) menyebutkan bahwa ibu hamil perlu menghabiskan setidaknya 7–9 jam per hari untuk tidur.

Tidur hingga 10 jam per hari justru bisa membuat Anda tidak merasa segar saat terbangun. Ini merupakan tanda Anda tidur terlalu lama saat hamil.

Efek tidur terlalu lama saat hamil

Ibu hamil sebaiknya tidak mengubah pola tidur jika memang tidak disarankan oleh dokter.

Selain dikhawatirkan membuat tubuh tidak segar setelah terbangun, sebuah penelitian dalam jurnal Birth (2019) menunjukkan bahwa terlalu banyak tidur saat hamil, tepatnya lebih dari 9 jam per hari, berkaitan dengan risiko bayi lahir mati (still birth).

Namun, hasil tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut. Pasalnya, penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa kurang tidur saat hamil juga meningkatkan risiko still birth.

Jadi, dikhawatirkan ada faktor lain yang menyebabkan peningkatan risiko still birth, bukannya waktu tidur yang berlebih itu sendiri.

Risiko kurang tidur untuk ibu hamil

Berikut adalah risiko kurang tidur bagi ibu hamil, khususnya pada trimester pertama.

Perubahan pola tidur saat hamil

Selain jadi lebih mudah mengantuk, ibu hamil juga bisa mengalami berbagai perubahan pola tidur seperti berikut pada tiap trimester kehamilan.

1. Pola tidur trimester pertama

Peningkatan hormon progesteron, khususnya pada trimester pertama, bisa membuat ibu hamil lebih mudah mengantuk pada siang hari.

Akan tetapi, pada saat yang bersamaan Anda juga perlu bangun tidur berkali-kali karena lebih sering buang air kecil.

Untungnya, pada trimester ini Anda masih bisa tidur dengan berbagai posisi. Dengan begitu, Anda bisa menyesuaikannya sesuai kenyamanan.

2. Pola tidur trimester kedua

Pada trimester kedua, ibu hamil mungkin mengalami gangguan tidur akibat keluhan tertentu, seperti heartburn (nyeri ulu hati akibat naiknya asam lambung) dan restless leg syndrome.

Meski sulit untuk tidur nyenyak, Anda tetap berlu berusaha mempertahankan jam tidur seperti biasanya selama trimester dua kehamilan.

Selain itu, karena perkembangan janin membuat rahim membesar, beberapa posisi tidur mungkin kurang terasa nyaman. Untuk mengatasinya, Anda bisa menggunakan bantuan bantal kehamilan.

3. Pola tidur trimester tiga

Posisi tidur yang nyaman untuk ibu hamil pada trimester tiga sudah semakin terbatas. Salah satu rekomendasi posisi tidur untuk ibu hamil saat ukuran janin membesar adalah miring ke kiri.

Dalam posisi tersebut, aliran darah ke janin akan terjaga sehingga oksigen dan nutrisi dapat tersalurkan dengan baik.

Ibu hamil juga bisa tidur siang untuk mencukupi jam tidur, tetapi sebaiknya jangan lebih dari 30 menit. Jangan sampai jam tidur jadi terbalik.

Sejauh ini, belum ada penelitian memadai yang membuktikan bahaya tidur terlalu lama saat hamil. Meski begitu, kebiasaan ini memang tidak dianjurkan.

Daripada tidur secara berlebihan, akan lebih baik jika Anda berupaya mencukupi waktu tidur pada malam harinya. Tanyakanlah dokter kandungan Anda tentang kebutuhan tidur Anda setiap hari.

[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Sleeping during pregnancy. (n.d.). Nemours KidsHealth – the Web’s most visited site about children’s health. Retrieved 05 February 2024 from https://kidshealth.org/en/parents/sleep-during-pregnancy.html.

Ohayon, M., Wickwire, E. M., Hirshkowitz, M., Albert, S. M., Avidan, A., Daly, F. J., Dauvilliers, Y., Ferri, R., Fung, C., Gozal, D., Hazen, N., Krystal, A., Lichstein, K., Mallampalli, M., Plazzi, G., Rawding, R., Scheer, F. A., Somers, V., & Vitiello, M. V. (2017). National sleep Foundation’s sleep quality recommendations: First report. Sleep Health3(1), 6-19. Retrieved 05 February 2024 from https://doi.org/10.1016/j.sleh.2016.11.006.

O’Brien, L. M., Warland, J., Stacey, T., Heazell, A. E., & Mitchell, E. A. (2019). Maternal sleep practices and stillbirth: Findings from an international case‐control study. Birth46(2), 344-354. Retrieved 05 February 2024 from https://doi.org/10.1111/birt.12416.

Pacheco, D. (2023, October 19). Sleeping while pregnant: First trimester. Sleep Foundation. Retrieved 05 February 2024 from https://www.sleepfoundation.org/pregnancy/sleeping-during-1st-trimester.

Versi Terbaru

19/02/2024

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Hipotensi Supine pada Ibu Hamil,Turunnya Tekanan Darah Saat Tidur Telentang

Badan Capek Tapi Susah Tidur, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 19/02/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan