Gejala umum kanker ovarium, seperti perut kembung, sembelit, dan nyeri pada perut, hampir sama dengan masalah kesehatan lain yang menyerang sistem pencernaan. Oleh karena itulah, seorang onkologi (dokter spesialis kanker) perlu meminta pasien menjalani tes-tes kesehatan untuk memantapkan diagnosis kanker ovarium. Lantas, apa saja tes yang harus dijalani sebagai cara untuk mendeteksi kanker ovarium? Yuk, lihat ulasannya berikut ini.
Tes untuk diagnosis kanker ovarium
Selain gejalanya yang hampir sama dengan gangguan sistem pencernaan, penyakit kanker ovarium juga memiliki beberapa jenis. Itulah sebabnya, pasien perlu menjalani tes kesehatan. Hal ini akan memengaruhi keputusan dokter dalam memilih pengobatan kanker ovarium yang tepat.
Dokter spesialis kanker terbagi lagi menjadi beberapa tipe. Jika Anda dicurigai mengalami kanker ovarium, Anda akan dirujuk ke onkologi ginekologi, yakni spesialis yang menangani kanker yang ada di sistem reproduksi wanita.
Dengan cara ini, dokter akan lebih mantap mendiagnosis jenis kanker ovarium yang dimiliki, seperti tumor epitel, tumor sel germinal, atau tumor stroma. Beberapa cara yang dilakukan juga bisa membantu dokter untuk mendeteksi kanker ovarium lebih awal.
Beberapa tes kesehatan yang memang ditujukkan untuk membantu dokter mendiagnosis kanker ovarium, meliputi:
1. Tes kesehatan fisik dan riwayat kesehatan
Cara pertama yang dilakukan untuk mendeteksi dan menegakkan diagnosis kanker ovarium adalah melakukan tes fisik dan mengecek riwayat kesehatan pasien.
Dokter akan menanyakan gejala kanker apa saja yang dirasakan, kapan gejala tersebut mulai terjadi, dan berapa lama pasien mengalaminya. Dokter juga akan menanyakan berbagai faktor risiko yang mungkin dimiliki, seperti riwayat kesehatan keluarga pasien.
Perlu diketahui bahwa penyakit kanker ovarium bisa diturunkan oleh keluarga akibat mutasi gen tertentu yang diwariskan. Selain itu, dokter kemungkinan besar akan melakukan pemeriksaan panggul untuk melihat apakah ukuran ovarium membesar atau melihat tanda-tanda asites (adanya cairan pada rongga perut).
Jika dokter menemukan hal yang mencurigakan berdasarkan tes ini, Anda akan diminta untuk melakukan tes kesehatan lanjutan.
2. Tes pencitraan
Tes selanjutnya untuk menegakkan diagnosis kanker ovarium adalah tes pencitraan. Tujuannya, untuk melihat gambaran ovarium, letak tumor, dan seberapa jauh penyebarannya ke jaringan atau organ lainnya (bermetastatis).
Tes pencitraan yang biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya kanker pada indung telur adalah:
- Ultrasonografi
Tes pencitraan menggunakan gelombang suara untuk memastikan adanya tumor atau kista ovarium dan menentukan besar ukurannya.
- CT scan
Tes pencitraan dengan sinar X-ray untuk membantu mengetahui apakah sel kanker sudah menyebar ke organ lain.
- Barium enema X-ray
Tes diagnosis kanker ovarium dengan melihat apakah sel kanker telah menyerang usus besar dan anus. Tes ini tidak perlu dilakukan, jika dokter merekomendasikan kolonoskopi.
- MRI scan
Tes kesehatan ini menggunakan energi magnet kuat untuk memastikan sel kanker telah menyebar ke sumsum tulang belakang atau otak.
- Rontgen dada
Tes kesehatan ini dilakukan ketika dokter ingin memastikan sel kanker telah menyebar ke paru-paru atau tidak yang biasanya ditandai dengan berkumpulnya cairan di paru-paru (efusi pleura).
- PET scan
Tes pemindaian ini menggunakan glukosa radioaktif yang disuntikkan ke dalam tubuh. Area tubuh yang tinggi kadar gula tersebut, kemungkinan besar memiliki sel-sel abnormal. PET scan digunakan untuk melihat penyebaran kanker ovarium.
3. Laparoskopi dan kolonoskopi
Cara mendeteksi kanker dan menegakkan diagnosis kanker ovarium yang mungkin dipilih adalah laparoskopi. Laparoskopi dapat membantu dokter melihat seberapa jauh penyebaran kanker dan membantu dokter menetapkan stadium kanker ovarium yang dimiliki pasien. Bahkan, membantu menemukan komplikasi kanker ovarium yang telah menyerang pasien.
Selain laparoskopi, sel kanker ovarium yang dicurigai telah mencapai usus besar akan dipastikan dengan kolonoskopi. Ketika terlihat adanya sel-sel abnormal di sekitar usus besar atau anus, dokter mungkin akan memutuskan untuk biopsi.
4. Biopsi
Biopsi merupakan tes untuk menegakkan diagnosis kanker ovarium yang cukup akurat. Pasalnya, dokter akan mengambil jaringan yang abnormal dan akan menjadikannya sebagai sampel. Sampel tersebut dibawa ke laboratorium dan dilihat melalui mikroskop.
5. Tes darah
Selain biopsi, tes kesehatan yang biasanya direkomendasikan untuk membantu memantapkan diagnosis kanker ovarium, yaitu tes darah CA-125. Ini dikarenakan kadar CA-125 pada wanita yang mengalami kanker indung telur jenis tumor epitel cenderung tinggi.
Kemudian, lewat cara mendeteksi kanker ovarium ini juga, dokter dapat melihat level human chorionic gonadotropin (HCG), alpha-fetoprotein (AFP), dan lactate dehydrogenase (LDH). Kadar hormon dalam darah yang rendah juga bisa menjadi penanda adanya tumor sel germinal.
Kadar inhibin dan hormon estrogen serta hormon progesteron dalam darah yang tinggi juga bisa menandakan adanya kanker ovarium jenis tumor stroma.
Jika hasil diagnosis kanker ovarium positif
Jika tes kesehatan di atas menunjukkan hasil positif Anda terkena kanker ovarium, dokter akan menyarankan Anda untuk mengikuti konseling dan pengujian untuk melihat perubahan gen tertentu, bahkan jika keluarga Anda tidak memiliki riwayat penyakit kanker payudara, kanker ovarium, atau kanker usus besar.
Meskipun penyebab kanker ovarium tidak diketahui secara pasti, ahli kesehatan berpendapat bahwa penyebab dari kanker ini sama seperti kanker pada umumnya, yakni mutasi DNA dalam sel.
DNA berisi perintah bagi sel untuk berfungsi normal. Ketika mutasi terjadi, DNA akan rusak, begitupun dengan sistem perintah sel di dalamnya. Hal ini akan menyebabkan sel bekerja secara abnormal dan menjadi kanker.
Berdasarkan situs American Cancer Society, mutasi yang paling umum terjadi pada gen BRCA1 dan BRCA2, ATM, BRIP1, RAD51C / RAD51D, MSH2, MLH1, MSH6, serta PMS6.
Lewat konseling dan pengujian genetik, dokter akan lebih mudah mengetahui jenis kanker indung telur yang dimiliki. Dengan begitu, dokter juga bisa menentukan obat kemoterapi dan obat terapi target mana yang cocok diresepkan.
[embed-health-tool-bmi]