backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Apa Saja Obat Penurun Kolesterol dan Kapan Boleh Dikonsumsi?

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    Apa Saja Obat Penurun Kolesterol dan Kapan Boleh Dikonsumsi?

    Apakah Anda termasuk orang yang mempunyai kadar kolesterol darah yang tergolong tinggi? Jika iya, apakah Anda mengonsumsi obat penurun kolesterol? Obat penurun kolesterol dapat membantu menstabilkan kadar kolesterol. Berikut informasi mengenai obat kolesterol yang umum direkomendasikan.

    Jenis-jenis obat penurun kolesterol

    Bagi sebagian orang, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, seperti menerapkan pola makan sehat untuk kolesterol tinggi dan  meningkatkan rutinitas berolahraga, dapat membantu mengatasi kadar kolesterol tinggi.

    Namun, ada juga yang dapat lebih mudah mengatasinya dengan mengonsumsi obat penurun kolesterol. Oleh sebab itu, untuk mengetahui mana metode pengobatan yang lebih efektif, cobalah untuk berdiskusi dengan dokter Anda.

    Jika dokter menyarankan Anda untuk mengonsumsi obat ini, ada beberapa jenis obat yang bisa dikonsumsi, seperti:

    1. Statin

    Obat penurun kolesterol yang satu ini bekerja pada organ hati untuk mencegah terbentuknya kolesterol. Hal ini tentu dapat mengurangi jumlah kolesterol yang bersirkulasi dalam darah.

    Bahkan, statin tergolong obat yang paling efektif dalam mengatasi banyaknya jumlah kolesterol jahat dalam darah. Obat ini juga membantu menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL.

    Namun, sebelum mengonsumsi obat ini, bicarakan dengan dokter mengenai efek samping yang mungkin terjadi. Sebagian efek samping masih tergolong ringan dan akan hilang dengan sendirinya. Akan tetapi, ibu hamil dan penderita penyakit liver kronis sebaiknya tidak mengonsumsi obat kolesterol yang satu ini.

    Jika setelah mengonsumsi obat statin kondisi Anda tak membaik, dokter mungkin akan menyarankan obat kolesterol lainnya.

    2. Ezetimibe

    Obat yang memiliki nama lain cholesterol absorption inhibitor ini dapat membantu Anda mencegah kolesterol agar tidak terserap ke dalam usus. Selain itu, ezetimibe juga dapat menurunkan kadar LDL dalam darah.

    Tak hanya itu, ezetimibe juga dapat mengurangi kadar trigliserida dan meningkatkan kadar HDL meski tidak terlalu signifikan.

    Meski demikian, obat ini juga memiliki efek samping yang mungkin perlu menjadi perhatian Anda, seperti sakit perut, diare, kelelahan, hingga nyeri otot. Lalu, sama halnya dengan obat statin, Anda juga perlu menghindari penggunaan obat ini saat hamil dan menyusui.

    3. Bile acid sequestrants

    Obat penurun kolesterol yang juga memiliki nama lain acid-binding agents ini dapat meluruhkan kolesterol pada usus. Sama halnya dengan obat kolesterol pada umumnya, obat ini dapat menurunkan kadar LDL.

    Selain itu, obat ini juga dapat meningkatkan kadar HDL, meski tidak dapat mengurangi kadar trigliserida dalam tubuh. Jika Anda ingin mengonsumsinya sebagai obat untuk mengatasi kolesterol tinggi, cari tahu terlebih dahulu mengenai efek sampingnya.

    Pasalnya, obat ini juga dapat menyebabkan efek samping tertentu, seperti konstipasi, perut kembung, mual, dan juga heartburn.

    Siapa yang perlu mengonsumsi obat penurun kolesterol?

    Jika melihat dari namanya, Anda mungkin berpikir bahwa siapa saja yang mengalami kolesterol tinggi boleh mengonsumsi obat penurun kolesterol. Padahal, hal tersebut belum tentu dan tergantung masing-masing individu.

    Ya, rencana pengobatan untuk mengatasi kolesterol dari dokter bisa sangat berbeda-beda, dan tergantung pada kadar kolesterol dalam tubuh. Selain itu, risiko Anda terhadap penyakit jantung dan stroke juga akan menjadi pertimbangan.

    Risiko Anda mengalami penyakit jantung dan stroke tergantung pada faktor risiko lain, termasuk:

    • Tekanan darah tinggi
    • Pengobatan untuk mengatasi kondisi tersebut.
    • Kebiasaan merokok.
    • Usia.
    • Kadar kolesterol LDL.
    • Kadar total kolesterol.
    • Diabetes.
    • Riwayat kesehatan keluarga.
    • Pernah atau tidaknya mengalami penyakit jantung atau stroke.

    Nah, dokter mungkin akan meresepkan obat penurun kolesterol apabila Anda:

    • Sudah pernah mengalami serangan jantung atau stroke.
    • Kadar kolesterol LDL dalam tubuh adalah 190 mg/dL atau lebih tinggi.
    • Berusia 40-75 tahun dengan diabetes dan kadar LDL lebih tinggi dari 70 mg/dL.
    • Usia 40-75 tahun dengan risiko tinggi mengalami penyakit jantung atau stroke dan kadar LDL lebih tinggi dari 70 mg/dL.

    Cara untuk menjaga kolesterol tetap normal selain minum obat

    Obat kolesterol memang dapat membantu Anda menurunkan kadar kolesterol tinggi dalam tubuh. Namun, biasanya dokter juga menyarankan Anda untuk menerapkan gaya hidup sehat. 

    Berikut ini adalah beberapa gaya hidup sehat yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kadar kolesterol tetap normal selain minum obat, seperti:

    1. Konsumsi makanan yang sehat untuk jantung

    Jika Anda ingin menjaga kadar kolesterol, terapkan pola makan dan konsumsi makanan yang baik untuk kesehatan jantung. Pasalnya kadar kolesterol erat kaitannya dengan kesehatan organ jantung Anda.

    • Mengurangi lemak jenuh, seperti pada daging merah dan produk olahan susu karena dapat meningkatkan kolesterol jahat.
    • Menghindari lemak trans, seperti pada minyak, margarin, dan berbagai macam kue karena dapat meningkatkan kadar kolesterol total dalam tubuh.
    • Meningkatkan asupan makanan yang kaya akan asam lemak omega-3 seperti ikan salmon, kacang-kacangan dan biji-bijian karena dapat mengurangi tekanan darah.
    • Mengonsumsi makanan kaya serat, seperti oatmeal, dan buah apel atau pir.
    • Mengonsumsi protein whey, yang bisa membantu menurunkan kadar kolesterol LDL serta tekanan darah.

    2. Rutin berolahraga

    Selain mengonsumsi obat penurun kolesterol, dokter tentu akan menyarankan Anda agar lebih rutin berolahraga dan menggerakkan tubuh. Pasalnya, aktivitas ini dapat mengurangi kadar kolesterol.

    Bahkan, aktivitas ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol baik dalam tubuh. Jika dokter mengizinkan, setidaknya cobalah berolahraga selama 30 menit sebanyak lima kali dalam satu minggu.

    Selain baik untuk kolesterol, Anda juga bisa berolahraga untuk menurunkan berat badan. Pasalnya, berat badan berlebih dapat menjadi faktor risiko kolesterol tinggi. Mulailah dengan melakukan aktivitas fisik seperti:
    • Berjalan kaki selama jam makan siang.
    • Bersepeda ke kantor.
    • Bermain olahraga yang Anda sukai.

    Agar Anda tetap termotivasi untuk rutin berolahraga, carilah teman yang mau diajak melakukan aktivitas ini bersama-sama.

    3. Berhenti merokok

    Jika Anda seorang perokok, lebih baik hentikan kebiasaan tak sehat ini. Pasalnya, hasil dari mengonsumsi obat penurun kolesterol mungkin tidak akan maksimal jika Anda tetap merokok.

    Dengan berhenti merokok, Anda bisa meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL), dan manfaat ini bisa muncul dengan cepat:

    • Berhenti merokok selama 20 menit, tekanan darah dan detak jantung akan membaik.
    • Dalam kurun waktu tiga bulan berhenti merokok, sirkulasi darah dan fungsi paru mulai membaik.
    • Dalam kurun waktu satu tahun, risiko Anda atas penyakit jantung berkurang hingga 50 persen.

    4. Batasi asupan alkohol

    Menurut Mayo Clinic, terlalu banyak mengonsumsi alkohol juga dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Bahkan, kebiasaan ini juga dapat meningkatkan tekanan darah, risiko mengalami penyakit jantung, dan stroke.

    Oleh sebab itu, jika Anda sudah terbiasa mengonsumsi minuman beralkohol, jangan berlebihan. Contoh, laki-laki dewasa sebaiknya hanya mengonsumsi dua gelas, sementara wanita dewasa sebaiknya hanya mengonsumsi satu gelas setiap harinya. Hindari mengonsumsi lebih banyak dari itu.

    Akan tetapi, akan lebih baik jika Anda bisa menghindari dan berhenti mengonsumsinya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan