Saat Anda merasakan atau mendengar detak jantung, maka sebenarnya yang Anda rasakan adalah tanda bahwa jantung Anda sedang memompa darah. Sayangnya, ada kemungkinan Anda detak jantung tidak normal, kondisi ini dikenal dengan aritmia. Tidak hanya satu, ternyata ada beberapa jenis aritmia yang mungkin terjadi. Apa saja jenis atau klasifikasi aritmia?
Beberapa jenis aritmia yang mungkin terjadi
Aritmia adalah salah satu jenis penyakit jantung (kardiovaskuler) yang cukup umum. Kondisi ini menyebabkan denyut jantung jadi lebih cepat atau lebih lambat dari angka normal (60-100 denyut per menit), bahkan terasa detak jantung tidak beraturan.
Anda bisa mendeteksi kelainan denyut jantung ini dengan menghitung detak jantung pada nadi di pergelangan tangan atau sekitar leher. Biasanya, kondisi ini juga terjadi diikuti gejala lain, seperti kepala pusing, tubuh lemah, atau sesak napas jika cukup parah.
Terjadinya jenis aritmia ini bisa dipicu oleh kebiasaan, seperti merokok, minum alkohol atau kopi berlebihan, penggunaan obat-obatan dan masalah kesehatan tertentu.
Berdasarkan situs National Heart, Lung, and Blood Institute, aritmia terbagi menjadi beberapa klasifikasi, di antaranya:
1. Bradikardia
Bradikardia ditandai dengan denyut jantung yang sangat lemah, yaitu kurang dari 60 denyut per menit. Meskipun begitu, detak jantung rendah tidak selalu menandakan masalah pada beberapa orang.
Namun, dengan syarat bahwa orang tersebut harus sehat secara fisik. Kemungkinan detak jantung rendah ini disebabkan oleh kemampuan jantung yang mampu memompa pasokan darah cukup kurang dari 60 detak per menit, contohnya pada atlet.
Dilansir situs Mayo Clinic, penyebab dari jenis aritmia yang menyebabkan denyut jantung di bawah normal ini adalah:
- Sick sinus syndrome: Kondisi ini terjadi akibat sinus node yang bertugas untuk mengatur kecepatan jantung, tidak mengirimkan impuls dengan benar sehingga denyut jantung jadi tidak beraturan. Sick sinus syndrome lebih umum terjadi pada lansia.
- Conduction block: Kondisi ini menandakan adanya blokade pada jalur sinyal kelistrikan di antrioventrikular node (jalur antara atrium dan ventrikel). Akibatnya, denyut jantung melambat atau bahkan terhambat.
2. Denyut jantung prematur
Denyut jantung prematur dikenal juga dengan sebutan detak jantung ektopik. Klasifikasi aritmia ini terjadi ketika sinyal yang membawa perintah jantung untuk berdetak sampai lebih awal dari seharusnya.
Kondisi ini bisa menyebabkan jantung berdetak kencang karena adanya detak jantung ekstra. Orang yang mengalami jenis aritmia ini, awalnya merasakan adanya jeda singkat diikuti detak jantung yang kuat dari biasanya, lalu kembali ke irama jantung normal.
Anda mungkin pernah merasakan sesekali denyut jantung prematur dan ini jarang menandakan masalah kesehatan yang serius.
Namun, bukan berarti Anda boleh menyepelekannya. Pasalnya, gangguan irama jantung yang sering terjadi selama beberapa tahun bisa menyebabkan jantung lemah atau mengindikasikan adanya penyakit jantung.
3. Aritmia supraventrikular
Jenis aritmia ini terjadi di bagian atrium jantung bagian atas. Atrium atau serambi jantung adalah ruang jantung yang menjadi tempat masuknya darah ke dalam jantung.
Kondisi ini menyebabkan denyut jantung jadi lebih cepat, yakni di atas 100 menit per menit. Aritmia supraventrikular diklasifikasikan menjadi tiga jenis, di antaranya:
-
Atrial fibrilasi
Atrial fibrilasi merupakan tipe aritmia yang paling umum terjadi. Kondisi ini ditandai dengan denyut jantung yang sangat cepat, yakni lebih dari 400 detak per menit. Semestinya, darah yang berkumpul di dalam atrium akan dialirkan ke ruang bawah jantung (ventrikel) sebelum dipompa ke seluruh tubuh. Akan tetapi, detak jantung yang sangat cepat justru membuat darah tidak dapat melewati atrium dengan baik.
Saking cepatnya aliran darah menuju jantung, kondisi ini memungkinkan adanya gumpalan darah yang ikut masuk dan memblokir pembuluh darah jantung. Hal ini dapat meningkatkan risiko kardiomiopati atau pembesaran jantung dan lama-kelamaan melemahkan kerja jantung.
Selain itu, bekuan darah tadi juga bisa terbawa oleh aliran darah hingga menuju otak. Jika tidak cepat-cepat ditangani, bekuan darah ini dapat menyumbat pembuluh darah di otak. Pada akhirnya, atrial fibrilasi akan menyebabkan stroke.
Gangguan detak jantung yang satu ini rentan dialami oleh pria yang usianya di atas 60 tahun, orang dengan diabetes, tekanan darah tinggi, gagal jantung, dan penyakit paru-paru.
-
Atrial flutter
Klasifikasi aritmia ini sekilas mirip dengan atrial fibrilasi. Hanya saja atrial flutter menunjukkan denyut jantung lebih teratur dengan impuls listrik lebih berirama. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan juga bisa menyebabkan komplikasi, seperti stroke.
Kondisi ini menyebabkan atrium bagian atas berdenyut 250 hingga 350 kali per menit. Ahli kesehatan menyebutkan bahwa jenis aritmia ini terjadi akibat terganggunya sinyal kelistrikan di jantung karena adanya jaringan yang rusak.
Sinyal listrik tersebut mungkin menemukan jalur alternatif, sehingga memicu atrium atas berdetak berulang kali. Tidak semua sinyal listrik bergerak mengalir ke atrium bawah sehingga jumlah detak antara atrium bawah dan atas bisa berbeda.
-
Takikardia supraventrikular paroksismal (PSVT)
Takikardia supraventrikular paroksismal (PSVT) merupakan jenis aritmia yang terjadi di atrium bagian atas. Kondisi ini disebabkan oleh sinyal listrik dari atrium atas yang menuju ke bagian bawah mengalami gangguan sehingga menimbulkan denyut jantung tambahan.
Akibatnya, SVT menyebabkan denyut jantung normal yang cepat dan kemudian berhenti secara tiba-tiba. Biasanya tipe aritmia ini terjadi ketika jantung bekerja sangat keras, yaitu melakukan olahraga yang cukup berat atau kelainan fungsi jantung. Pada orang yang muda, SVT kadang bukan pertanda kondisi yang serius.
4. Aritmia ventrikular
Jenis aritmia ini terjadi di bilik jantung bagian bawah. Seseorang yang mengalami gangguan irama jantung ini perlu perawatan medis segera karena bisa berakibat fatal. Ada 2 tipe aritmia ventrikular yang perlu Anda kenal, yakni:
-
Fibrilasi ventrikel
Fibrilasi ventrikel adalah klasifikasi aritmia yang lebih berbahaya dibandingkan fibrilasi atrium. Kondisi ini disebabkan oleh adanya gangguan listrik otot jantung pada bilik jantung (ventrikel), sehingga aliran darah ke jantung jadi terhenti.
Akibatnya, jantung mengalami kekurangan oksigen dan membuat detak jantung tidak normal. Hal ini membuat Anda berisiko tinggi mengalami henti jantung, bahkan kematian jika kondisi terus dibiarkan dalam waktu yang lama.
Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis yang harus segera ditangani. Tim medis biasanya akan segera melakukan resusitasi jantung (CPR) dan defibrilasi untuk menyelamatkan nyawa pasien.
-
Takikardia ventrikel
Takikardia ventrikel adalah jenis aritmia yang terjadi ketika bilik jantung berdenyut sangat cepat, yaitu lebih dari 200 denyut per menit.
Saking cepatnya, jantung belum sempat menerima oksigen dari seluruh tubuh karena harus dialirkan kembali ke organ tubuh lainnya. Anda akan mengalami pusing, sesak napas, atau bahkan pingsan.
[embed-health-tool-heart-rate]