Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, sekitar dua miliar orang di dunia masih belum memiliki fasilitas sanitasi yang dasar, seperti toilet. Padahal, sistem sanitasi yang baik merupakan kunci untuk menjaga kebersihan diri dan kesehatan Anda. Bagaimana mewujudkan hal tersebut?
Pentingnya menerapkan sistem sanitasi yang baik untuk kesehatan
Sistem sanitasi adalah cara pengumpulan, pembuangan, dan pengolahan kotoran manusia dan hewan (feses dan urine) yang aman serta limbah lainnya, seperti sampah dan limbah industri berbahaya.
Sistem ini dibuat untuk menciptakan serta menjaga lingkungan, baik itu tanah, air, maupun udara, agar tetap bersih dan higienis. Dengan lingkungan yang bersih, tubuh Anda pun akan menjadi lebih sehat.
Lalu, apa kaitannya dengan sanitasi yang baik dan kesehatan tubuh?
Prof. Dr-Ing. Ir. Prayatni Soewondo, MS., Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, menyebut paparan kotoran manusia bisa melalui beberapa jalur seperti tanah, air, dan udara.
Kotoran manusia itu sendiri mengandung banyak organisme, seperti bakteri, protozoa, cacing, atau virus, yang bisa menjadi penyebab berbagai penyakit.
Jika pembuangan kotoran teratur dengan baik, Anda bisa terhindar dari paparan organisme tersebut.
Alhasil, Anda pun bisa terhindar dari serangan penyakit dan mencegah penyebarannya, terutama yang berkaitan dengan air, sanitasi, dan kebersihan (WASH).
Adapun salah satu penyakit yang bisa Anda cegah dengan sistem sanitasi yang baik adalah diare.
WHO menyebut, diare adalah salah satu penyakit yang paling sering terjadi akibat sanitasi yang buruk, dan merupakan penyebab utama kematian anak di Indonesia.
Selain mencegah diare, menerapkan sistem sanitasi yang baik juga mendatangkan beberapa manfaat lainnya, seperti di bawah ini.
- Menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman untuk Anda tinggali.
- Terhindar dari bau tidak sedap.
- Terhindar dari pencemaran lingkungan yang memberi dampak lebih luas pada kesehatan.
- Mengurangi penyebaran penyakit cacingan, schistosomiasis, trachoma, kolera, demam berdarah, disentri, hepatitis A, tipes, polio, hingga COVID-19.
- Mengurangi keparahan serta dampak malnutrisi, termasuk stunting.
- Berpotensi pada pemulihan air serta mendapat energi terbarukan dari limbah tinja.
Dengan kata lain, menerapkan cara membuang sampah, limbah, serta kotoran yang baik dapat membantu mewujudkan kehidupan yang lebih baik untuk Anda dan keluarga.
Bagaimana menerapkan sistem sanitasi yang baik?
Menerapkan sistem sanitasi umumnya dimulai dengan membuat fasilitas untuk buang air kecil dan besar yang aman.
Ini umumnya dimulai dengan membuat toilet, baik itu toilet jongkok atau duduk, di setiap rumah dan tempat umum, seperti MCK.
Kotoran dan limbah air dari toilet masuk ke tempat penampungan, seperti septic tank hingga truk tinja. Kemudian masuk ke pengumpulan sistem terpusat melalui pipa tinja khusus yang disediakan dan diolah di sana.
Adapun sistem sanitasi tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen PU) No.4 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik.
Dalam Permen PU tersebut disebutkan, Indonesia menggunakan dua Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD), yaitu SPALD-S (sistem setempat) dan SPALF-T (sistem terpusat).
SPALD-S adalah sistem di mana setiap rumah atau komunal memiliki pengelolaan air limbah.
Sementara SPALD-T adalah sistem di mana air limbah setiap rumah dialirkan secara terpusat ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kota.
Selain pembuangan kotoran, dibutuhkan pula beberapa hal lainnya dalam penerapan sanitasi yang baik, seperti di bawah ini.
- Tempat penampungan limbah rumah tangga.
- Saluran pembuangan limbah rumah tangga dan sampah yang menjadi sarana penyebaran kuman.
- Suplai dan saluran air bersih untuk rumah tangga.
- Kondisi lingkungan dan rumah yang bersih.
Adapun pasokan air bersih, sanitasi, dan kebersihan (WASH) yang baik seperti di atas masih terus diupayakan ke seluruh wilayah. Pasalnya, masih banyak area di Indonesia yang belum menerapkan sistem sanitasi tersebut.
WHO kembali menyebut, hampir 25 juta orang di Indonesia tidak menggunakan toilet untuk buang air besar.
Mereka masih buang air besar di ladang, semak, hutan, parit, jalan, sungai, atau ruang terbuka lainnya karena keterbatasan fasilitas serta kurangnya pengetahuan mengenai hal tersebut.
Inilah yang menyebabkan paparan kotoran hingga penyebaran penyakit masih sering terjadi.
Mengubah perilaku untuk menjaga kebersihan
Penerapan sistem sanitasi yang baik memang terus diupayakan. Namun, bukan cuma sistem, perilaku juga perlu diubah untuk mendukung sanitasi yang baik dan mencegah penyebaran penyakit terkait WASH.
Berikut adalah perilaku hidup bersih dan sehat yang perlu Anda dan keluarga terapkan, sebagaimana yang Kementerian Sosial rekomendasikan.
- Menggunakan toilet yang bersih.
- Menggunakan air bersih.
- Cuci tangan dengan benar.
- Memberantas jentik nyamuk.
- Makan makanan sehat.
- Tidak merokok.
- Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
- Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
- Pemberian ASI eksklusif untuk bayi.
- Menimbang bayi dan anak secara rutin tiap bulan.
[embed-health-tool-bmr]