backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

5 Bahaya Sendal Jepit dan Panduan Aman Menggunakannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 24/06/2022

    5 Bahaya Sendal Jepit dan Panduan Aman Menggunakannya

    Hampir semua orang Indonesia punya sepasang sandal jepit untuk berjalan-jalan santai. Meski begitu, kebiasaan memakai sandal jepit lama-kelamaan bisa menimbulkan banyak masalah pada kaki. Lantas, bagaimana cara aman untuk menggunakannya? 

    Bahaya terlalu sering memakai sandal jepit

    Sandal jepit memang nyaman dan melindungi telapak kaki Anda dari kotoran atau benda tajam. Alas kaki ini juga bisa mencegah timbulnya kutu air atau mata ikan akibat menginjak tanah yang lembap. 

    Meski praktis dan nyaman digunakan, para ahli umumnya tidak menyarankan penggunaan alas kaki ini untuk jangka waktu lama dan dalam berbagai aktivitas sehari-hari.

    Untuk mengetahui berbagai bahaya memakai sandal jepit, simak penjelasannya berikut ini.

    1. Kaki gampang terkilir

    keseleo (terkilir)

    Terbiasa memakai sandal jepit untuk sekadar ke warung depan komplek atau merawat taman rumah bisa membuat kaki gampang pegal, terkilir, atau keseleo.

    Pasalnya, sol sendal jepit yang rata tidak memberikan dukungan pada lengkungan kaki Anda. 

    Ini membuat bagian depan kaki Anda mencengkeram ke dalam agar posisi sandal tetap mantap selama dipakai berjalan, bukannya tetap lurus.

    Lama-kelamaan, pergelangan kaki jadi cenderung memutar ke dalam atau luar tubuh. Anda pun lebih berisiko mengalami kaki terkilir atau keseleo akibat hal ini.

    2. Tumit dan telapak kaki sakit

    Sol sandal jepit yang rata juga bisa membuat tumit sakit. Saat tumit tidak disangga dengan alas kaki yang tepat, tendon pada telapak kaki Anda akan tertarik dan mengalami peradangan. 

    Jari-jari kaki yang cenderung terlalu mencengkram selama menggunakan sandal jepit juga bisa menyebabkan peradangan yang disebut plantar fasciitis.

    Dikutip dari Mayo Clinic, kondisi ini memengaruhi ligamen yang menghubungkan tulang tumit dengan jari-jari kaki (plantar fascia). Jika mengalaminya, Anda bisa merasakan sakit yang menusuk saat menapakkan kaki ke lantai. 

    Selain bagian bawah kaki, telapak kaki atas mungkin juga lebih sering terasa nyeri dan bengkak akibat pemakaian sandal jepit yang bersol rata.

    3. Kaki tidak terlindungi dan rentan terluka

    Sol sandal jepit yang pada umumnya terbuat dari karet lama-kelamaain dapat aus dan menipis. 

    Bagian sol yang makin tipis tentu memudahkan benda-benda tajam seperti pecahan kaca atau paku berkarat menusuk telapak kaki Anda.

    Sebagaimana diketahui, luka pada kaki yang tidak segera dibersihkan dan diobati dengan baik bisa meningkatkan risiko Anda terkena penyakit tetanus.

    Selain itu, telapak sandal jepit juga biasanya lebih licin. Gesekan dan kelembapan dari air atau keringat bisa menyebabkan kaki lecet pada bagian tumit hingga ujung-ujung jari.

    4. Berisiko kecelakaan saat menyetir mobil

    lansia menyetir

    Pada dasarnya, sandal jepit bukanlah alas kaki yang ideal untuk Anda gunakan ketika menyetir mobil atau kendaraan lainnya. 

    Sol sandal yang licin rentan membuat Anda terpeleset saat ingin menginjak pedal gas atau rem. Kaki biasanya juga tidak benar-benar mantap saat menginjak pedal. 

    Keteledoran ini sangat berisiko tinggi membuat seseorang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas.

    Sebuah survei yang dikutip dari laman Mirror menemukan 27% pengemudi memakai sandal jepit dan mengalami kecelakaan, sedangkan 11% pengemudi lain menyatakan alas kakinya pernah tersangkut di bawah pedal.

    5. Mengubah postur tubuh dan gaya berjalan kaki

    Mengenakan sandal jepit dalam waktu lama benar-benar dapat mengubah gaya dan postur berjalan manusia. Hal ini bahkan bisa bersifat permanen. 

    Sol sandal jepit yang datar dan tidak mengikuti lekuk kaki membuat telapak kaki menjadi rata. Ini terjadi karena kaki refleks mendarat pada bagian tengah atau depan, yang mana merupakan letak lekukan telapak kaki.

    Telapak kaki yang rata berisiko menyebabkan nyeri dan sakit pada otot-otot kaki. Rasa sakit ini bahkan bisa menjalar hingga pinggul dan pinggang Anda. 

    Ini karena tulang belakang yang menahan badan tetap tegak saat berdiri dan berjalan. Sebagai akibatnya, Anda bisa mengalami nyeri punggung saat memakai sandal jepit terlalu lama.

    Ringkasan

    Meskipun praktis dan nyaman, pemakaian sandal jepit yang terlalu sering berisiko menyebabkan kaki lecet, keseleo atau terkilir, tumit nyeri, hingga perubahan postur tubuh.

    Bagaimana cara memilih dan menggunakan sandal jepit yang benar?

    Berikut merupakan cara memakai sandal jepit yang benar yang mampu menunjang struktur telapak kaki Anda.

  • Jangan menggunakan sandal jepit saat berjalan jauh, berdiri dalam waktu lama, atau melakukan aktivitas mengangkat benda berat.
  • Gunakan sandal jepit yang sesuai dengan ukuran kaki Anda, jangan sampai terlalu besar atau terlalu kecil.
  • Hindari alas kaki yang mudah menekuk karena tidak memberikan dukungan dan perlindungan yang cukup baik untuk telapak kaki.
  • Pilih alas kaki dengan bagian sol yang agak menggembung pada bagian lekukan kaki dan memiliki tali pada bagian belakangnya.
  • Pertimbangkan untuk memilih alas kaki dengan material berkualitas baik, misalnya kulit yang tebal, untuk mencegah kaki lecet dan iritasi.
  • Ganti sandal jepit secara berkala, terutama bila sudah muncul tanda-tanda kerusakan, seperti retakan pada bagian sol.
  • Apabila rasa sakit pada telapak kaki telanjur terjadi, Anda bisa mengatasinya dengan mengurangi penggunaan sandal jepit untuk sementara waktu.

    Namun bila rasa sakitnya tidak kunjung menghilang, konsultasikan dengan podiatris atau dokter spesialis masalah kesehatan kaki untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

    Umumnya, terapi fisik bisa dokter lakukan pada tahap awal. Akan tetapi, bila gejala menetap atau memburuk, dokter bisa merekomendasikan operasi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 24/06/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan