backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Apa Beda Pilek karena Alergi dan Pilek karena Flu?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 22/12/2023

    Apa Beda Pilek karena Alergi dan Pilek karena Flu?

    Pilek kerap menjadi kondisi umum penyakit, entah itu karena terserang flu atau disebabkan oleh alergi. Lantas, apa yang membedakan pilek karena alergi dan flu? Cari tahu jawabannya di bawah ini. 

    Gejala pilek karena alergi

    Flu dan alergi memang memiliki beberapa gejala yang sama, tetapi keduanya merupakan penyakit yang berbeda.

    Pilek karena flu disebabkan oleh virus, sedangkan pilek yang terjadi karena alergi disebabkan oleh respons sistem imun tubuh terhadap alergen, seperti serbuk sari, debu, atau makanan tertentu.

    Jika kerap mengalami pilek yang muncul tiba-tiba dan terjadi pada waktu yang sama setiap tahun, kemungkinan Anda mengalami reaksi alergi musiman.

    Di bawah ini adalah tanda-tanda khas pilek yang disebabkan alergi dan perbedaannya dengan pilek karena flu. 

    1. Tidak mengalami demam

    cara menurunkan demam

    Jika pilek karena alergi, Anda seharusnya tidak mengalami demam. Kondisi demam menandakan Anda pilek karena flu.

    Normalnya, flu dapat memicu peradangan di tubuh yang bisa menjadi penyebab demam. Kondisi ini biasanya berlangsung selama 3 – 4 hari yang disertai gejala lainnya, seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri. 

    Ketiga gejala tersebut jarang terjadi ketika alergi tengah kambuh. Bila Anda mengalami demam yang disertai dengan gejala flu lainnya, segera periksakan ke dokter. 

    2. Gatal pada hidung, tenggorokan, dan mata

    Penderita pilek karena alergi biasanya merasakan gatal pada hidung, tenggorokan, dan mata. Berbeda dengan pilek karena flu, kondisi ini biasanya tidak menimbulkan gatal pada mata.

    Pada dasarnya, alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap pemicu alergen dengan cara melepaskan histamin. Zat kimia inilah yang dapat menyebabkan munculnya gatal, bengkak, hingga hidung tersumbat. 

    3. Bersin

    Setiap kali pilek, bersin memang tak bisa dihindarkan. Namun, banyak orang yang tak tahu, apakah bersin yang dialami disebabkan oleh alergi atau hal lainnya.

    Seseorang yang mengalami pilek karena alergi umumnya lebih sering mengalami bersin dibandingkan pilek karena flu, terutama jika Anda terus menerus terpapar oleh zat alergen,

    Beberapa pemicu bersin karena alergi yang bisa Anda hindari atau kurangi paparannya, seperti: 

    • serbuk sari, 
    • bulu binatang, 
    • jamur, 
    • tungau debu, dan 
    • serangga, seperti kecoak. 

    4. Batuk

    Seseorang yang menderita pilek karena flu atau alergi biasanya juga mengalami gejala batuk. Batuk akibat flu akan muncul beberapa hari selama virus menyerang dan akan mereda saat tubuh merasa lebih baik.

    Sementara itu, batuk kering yang berlangsung lebih dari tiga minggu mungkin menandakan alergi atau asma. Batuk karena alergi biasanya diiringi dengan gejala alergi lainnya, seperti bersin, hidung tersumbat, serta gatal pada kulit, mata, dan hidung. 

    5. Hidung tersumbat

    Hidung tersumbat juga merupakan salah satu gejala pilek yang kerap dialami ketika flu dan alergi.

    Jika disebabkan oleh flu, kondisi ini biasanya bisa terjadi sebentar, alias beberapa hari saja. Setelah Anda mengatasi flu, gejala hidung tersumbat umumnya dapat hilang dengan sendirinya.

    Namun, hidung tersumbat yang terjadi karena alergi bisa terjadi dalam waktu yang lama dan terkadang membuat Anda susah bernapas. 

    Apakah pilek karena alergi bisa sembuh?

    Pilek yang disebabkan oleh alergi umumnya dapat sembuh dengan menjauhi zat pemicu (alergen) atau dengan obat alergi. Namun, jika gejala tidak kunjung sembuh dan bertambah parah, sebaiknya segera konsultasikan kondisi Anda kepada dokter.

    Pengobatan pilek karena alergi

    Meskipun memiliki gejala yang sama, kedua kondisi ini membutuhkan pengobatan yang berbeda.

    Pilek yang disebabkan oleh virus membutuhkan obat flu yang bertujuan mengatasi infeksi. Sementara itu, pilek yang disebabkan oleh alergi membutuhkan obat seperti antihistamin atau nasal spray steroid. Anda juga perlu menghindari paparan alergen.

    Berikut ini penjelasan secara lebih lengkap mengenai perawatan medis dan rumahan untuk pilek alergi. 

    1. Antihistamin 

    antihistamin

    Antihistamin merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi gejala alergi. Obat ini bekerja dengan menghambat histamin, yakni zat kimia yang dilepaskan oleh sistem imun tubuh ketika terpapar alergen.

    Beberapa jenis obat antihistamin yang mungkin diresepkan dokter untuk mengurangi gejala alergi adalah diphenhydramine, dexchlorpheniramine, promethazine, atau cyproheptadine.

    2. Semprotan steroid hidung

    Semprotan steroid hidung atau nasal spray steroid merupakan jenis obat lainnya yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala alergi.

    Mengutip situs NHS, semprotan hidung steroid ini dapat membantu mengurangi pembengkakan pada rongga hidung dan meredakan gejala bersin, pilek, serta hidung tersumbat.

    3. Dekongestan

    Dekongestan merupakan obat pilek yang dapat digunakan untuk mengatasi hidung tersumbat karena flu, sinusitis, ataupun alergi.

    Obat ini bekerja dengan mengurangi pembengkakan pada pembuluh darah di hidung dan melegakan pernapasan.

    4. Menghindari paparan alergen

    Salah satu cara efektif untuk mengatasi gejala alergi adalah dengan menghindari paparan alergen.

    Jika memiliki alergi debu, pastikan untuk rutin membersihkan barang-barang di rumah agar bebas dari debu. Jangan lupa untuk rutin mencuci sprei, sarung batal, dan tirai agar terbebas dari tungau.

    Pilek yang disebabkan oleh alergi biasanya berlangsung beberapa minggu, lebih lama dibandingkan gejala pilek karena flu biasa.

    Bila mengkhawatirkan suatu gejala, cobalah konsultasikan dengan dokter guna memahami apa yang terjadi pada tubuh Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 22/12/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan