Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day/IWD) di tahun 2025 ini menjadi momen untuk merayakan kemajuan hak dan pemberdayaan perempuan.
Namun, di balik perayaan ini, jutaan perempuan masih menghadapi tantangan besar dalam mengakses layanan kesehatan.
Di Asia, beberapa masalah kesehatan perempuan, seperti tingginya angka kematian ibu hamil, dan skrining kesehatan perempuan masih minim.
Hambatan lain yang menyangkut masalah wanita yaitu masih terdapat stigma terhadap perimenopause dan kesehatan mental menjadi hambatan utama.
Faktor sosial, keterbatasan ekonomi, serta kurangnya edukasi juga sering membuat masalah kesehatan wanita terabaikan.
Padahal, edukasi di setiap fase kehidupan wanita, mulai dari edukasi menstruasi pertama hingga dukungan pascapersalinan seharusnya jadi kebutuhan yang harus dipenuhi.
Untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya menurunkan angka kematian ibu menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030, diperlukan langkah konkret dan segera.
Tahun ini, IWD bertemakan ‘Accelerate Action‘ atau ‘Percepat Aksi’ yang sangat relevan dalam meningkatkan kesehatan perempuan di setiap fase kehidupan.
Momen ini menjadi waktu yang tepat untuk pengingat bahwa langkah pencegahan dan perawatan medis tepat waktu juga menjadi bagian dari pemberdayaan perempuan.
Lebih dari sekadar meningkatkan kesadaran, IWD harus menjadi pemicu aksi nyata agar kesehatan perempuan menjadi prioritas utama, bukan sekadar renungan sesaat.
Berikut beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk membawa perubahan nyata dalam kesehatan perempuan.
Berbagai tantangan dalam kesehatan wanita
Masih banyak tantangan yang menghambat akses wanita terhadap perawatan yang layak, baik dari segi fisik maupun mental.
Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam kesehatan wanita yang perlu mendapat perhatian lebih dalam momen Hari Perempuan Internasional 2025 ini.
- Kurangnya pendampingan mengenai kesejahteraan emosional pada awal menstruasi. Meskipun kesadaran mulai meningkat, akses terhadap bimbingan atau edukasi serta dukungan mengenai tahapan ini masih terbatas. Selain itu, stigma budaya akan menstruasi masih memengaruhi remaja putri yang baru memasuki masa menstruasi.
- Terbatasnya akses terhadap produk kebersihan. Sejak awal menstruasi, banyak wanita muda yang tidak memiliki akses terhadap produk kebersihan yang menyebabkan ketidakhadiran di sekolah dan risiko kesehatan jangka panjang.
- Terbatasnya akses terhadap pemeriksaan preventif. Pemeriksaan rutin untuk wanita, seperti pap smear, vaksinasi HPV, mamografi, dan tes kepadatan tulang sangat penting. Namun, hambatan finansial dan kurangnya kesadaran membuat banyak wanita melewatkan tes-tes penting ini.
- Tingginya angka kematian ibu di wilayah berkembang. Meskipun angka kematian ibu telah menurun di seluruh dunia, masalah ini masih menjadi perhatian besar di Asia.
- Kurangnya dukungan kesehatan mental pascapersalinan. Memperkuat perawatan pascapersalinan, termasuk dukungan kesehatan mental untuk ibu baru dapat secara signifikan meningkatkan kesejahteraan jangka panjang mereka.
- Kurangnya kesadaran mengenai perawatan perimenopause dan menopause. Perimenopause dan menopause memerlukan intervensi medis yang proaktif, tetapi banyak wanita yang tidak memiliki akses konsultasi kesehatan hormonal dan dukungan kesehatan mental selama masa transisi ini.
Pemeriksaan yang diperlukan wanita di setiap fase
Dengan memahami kebutuhan kesehatan di setiap tahap usia, wanita dapat lebih proaktif dalam menjaga kesejahteraan mereka.
Berikut adalah panduan mengenai perkembangan kesehatan dan pemeriksaan penting yang perlu dilakukan di setiap dekade.
1. Usia remaja hingga 30-an, prioritaskan pencegahan
Mulai dari usia remaja hingga usia 30 tahun, Anda sebaiknya fokus pada pencegahan penyakit pada wanita. Berikut langkah yang bisa Anda lakukan.
- Vaksinasi HPV untuk mencegah kanker serviks.
- Pap smear tahunan dan pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS) demi kesehatan reproduksi.
- Fokus pada kesehatan mental dengan intervensi dini untuk mengelola perubahan hormon dan stres.
- Pemenuhan asupan nutrisi untuk menjaga kesehatan tulang dan keseimbangan hormon.
2. Usia 30-an hingga 40-an, menjaga kesehatan ibu & kehamilan
Usia 30 – 40 tahun, wanita umumnya mengalami kehamilan atau pascamelahirkan. Berikut langkah-langkah dan pemeriksaan yang dibutuhkan di usia ini.
- Pemeriksaan prenatal untuk mendeteksi komplikasi dan memastikan kehamilan serta persalinan yang sehat.
- Dukungan kesehatan mental pascapersalinan guna mengurangi risiko depresi dan kecemasan pascamelahirkan.
- Kesadaran akan kesehatan payudara melalui pemeriksaan mandiri dan mamografi.
- Konseling perencanaan keluarga dan kesehatan reproduksi bagi yang merencanakan kehamilan.
3. Usia 40-an hingga 50-an ke atas, mengelola perubahan
Usia 40 tahun ke atas, banyak wanita mengalami penurunan kondisi kesehatan. Berikut ini pemeriksaan yang tepat untuk memantau kesehatan Anda.
- Tes kepadatan tulang untuk mendeteksi osteoporosis lebih dini dan mencegah patah tulang.
- Pemeriksaan kolesterol dan penyakit jantung untuk memantau risiko kardiovaskular yang meningkat seiring usia.
- Konsultasi kesehatan hormonal untuk mengatasi perubahan suasana hati, gangguan tidur, perubahan metabolisme, dan gejala menopause lainnya.
- Perawatan kesehatan mental untuk mengelola stres, kecemasan, dan menjaga kesejahteraan secara menyeluruh.
Deteksi penyakit sedari dini bisa menyelamatkan nyawa. Untuk itu, jadwalkan pemeriksaan medis secara rutin sebagai pioritas untuk menjaga kesehatan.
Selain itu, tanggung jawab ini bukan hanya ada pada individu, tetapi keluarga, pembuat kebijakan, dan pemberi kerja juga perlu memastikan perempuan mendapatkan akses layanan kesehatan yang terjangkau.
Mempercepat peningkatan kesehatan ibu hamil dan reproduksi
Masih banyak tantangan yang menghambat akses perempuan terhadap pelayanan kesehatan yang memadai, terutama untuk perawatan reproduksi dan kehamilan.
Berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mempercepat perbaikan dan memastikan setiap wanita mendapatkan perawatan yang layak.
1. Menangani tingginya angka kematian ibu hamil
Di beberapa negara Asia, angka kematian ibu masih sangat tinggi akibat terbatasnya akses terhadap perawatan prenatal dan pascanatal.
Untuk mempercepat perbaikan dalam bidang ini, langkah-langkah berikut perlu diambil.
- Memperluas akses terhadap tenaga medis terlatih selama kehamilan dan persalinan.
- Memperkuat perawatan pascapersalinan guna mencegah komplikasi.
- Meningkatkan kesadaran akan pentingnya dukungan kesehatan mental bagi ibu baru.