backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Interstitial Cystitis (Sistitis)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 28/10/2022

Interstitial Cystitis (Sistitis)

Definisi

Apa itu sistitis?

Interstitial cystitis atau sistitis adalah penyakit kronis yang menyebabkan peradangan, nyeri, dan tekanan di kandung kemih. Kendati dikenal sebagai sindrom nyeri kandung kemih, rasa sakit dapat menjalar hingga panggul, ginjal, dan area sekitarnya.

Sistitis merupakan salah satu penyakit kandung kemih dapat mengganggu fungsi organ tersebut dalam menyimpan dan mengeluarkan urine (air kencing). Anda akan lebih sering merasa ingin buang air kecil, tapi volume air kencing yang keluar hanya sedikit.

Gejala

Apa saja gejala interstitial cystitis?

Gejala umum penyakit sistitis antara lain:

  • Tekanan dan nyeri pada kandung kemih yang semakin parah saat Anda ingin buang air kecil.
  • Nyeri pada perut bagian bawah, punggung bawah, panggul, atau uretra (saluran keluarnya air kencing dari tubuh).
  • Merasa ingin sering buang air kecil (lebih dari 8 kali sehari).
  • Mendadak ingin kencing (overactive bladder), padahal Anda baru saja buang air kecil.

Wanita biasanya merasakan nyeri pada vagina, bibir vagina, dan area belakang vagina. Keluhan nyeri juga kerap muncul saat berhubungan seks.

Sementara itu, pria biasanya mengalami nyeri pada kantung testis (zakar), testis, penis, atau area di belakang testis. Rasa nyeri tersebut turut muncul saat orgasme atau usai berhubungan seks.

Penyebab

Intersistial cystitis adalah penyakit yang disebabkan oleh dua faktor, yakni:

1. Infeksi bakteri

Sebagian besar sistitis disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi berawal ketika bakteri E. coli dari feses masuk ke uretra. Bakteri E. coli sebetulnya berguna bagi pencernaan, tapi di dalam uretra, bakteri ini akan bertambah banyak dan menyebabkan peradangan.

Sistitis lebih banyak dialami oleh wanita. Ini mungkin disebabkan karena vagina terletak lebih dekat dengan anus dan uretra wanita yang lebih pendek. Bakteri juga bisa masuk ketika berhubungan seks atau bila Anda salah membersihkan vagina.

2. Faktor lainnya

Selain infeksi kandung kemih, peradangan juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

  • Konsumsi obat. Obat-obatan, terutama obat kemoterapi seperti ifosfamide dan cyclophosphamide, dapat memicu radang pada kandung kemih setelah terurai.
  • Radiasi. Perawatan radiasi pada area panggul dapat menyebabkan peradangan pada area kandung kemih.
  • Bahan kimia. Bahan kimia dari produk pembersih vagina, sabun, dan pembunuh sperma bisa memicu reaksi alergi pada kandung kemih yang mirip peradangan.
  • Alat medis. Pemakaian kateter urine dan alat kontrasepsi dapat memicu pertumbuhan bakteri dan iritasi pada kandung kemih.
  • Penyakit tertentu. Penyakit diabetes, batu ginjal, penyakit BPH (pembesara kelenjar prostat), dan cedera tulang belakang bisa mengganggu fungsi kandung kemih.
  • Faktor pemicu

    Siapa yang berisiko terkena interstitial cystitis?

    Ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena sistitis, contohnya:

    • Aktif secara seksual. Hubungan seks bisa mendorong bakteri ke dalam uretra.
    • Berjenis kelamin perempuan. Wanita lebih sering terkena sistitis dibandingkan pria. Hal ini berkaitan dengan perbedaan bentuk uretra mereka.
    • Usia. Pada kebanyakan kasus, sistitis didiagnosis pada orang usia 30 tahun atau lebih.
    • Memakai alat kontrasepsi tertentu. Risikonya lebih tinggi pada wanita yang menggunakan alat KB diafragma.
    • Menopause. Turunnya hormon estrogen setelah menopause membuat dinding kandung kemih melemah sehingga lebih rentan terinfeksi.
    • Terhambatnya aliran urine. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh batu kandung kemih atau penyakit prostatitis pada pria.
    • Penurunan sistem kekebalan tubuh. Ini berakibat kandung kemih lebih mudah terinfeksi bakteri.

    Diagnosis

    Bagaimana mendiagnosis interstitial cystitis?

    Dikutip dari Mayo Clinic, metode diagnosis interstitial cystitis adalah sebagai berikut:

    1. Pemeriksaan panggul

    Dokter akan memeriksa vagina, rahim, serta perut untuk mengecek organ-organ dalam area panggul. Dokter mungkin juga akan memeriksa anus dan rektum Anda.

    2. Tes urine

    Sampel air kencing Anda akan diperiksa untuk menemukan tanda-tanda infeksi saluran kencing seperti sel darah putih, sel darah merah, atau bakteri. Dokter juga menguji sampel urine Anda untuk memeriksa sel-selnya dan memastikan tidak ada kanker.

    3. Hidrodistensi

    Dokter akan memasukkan sistoskop (tabung kecil panjang dengan kamera) ke uretra untuk melihat kandung kemih Anda. Setelah itu, dokter menyuntikkan cairan khusus untuk mengecek kapasitas kandung kemih Anda.

    4. Tes sensitivitas kalium

    Dokter akan memasukkan air dan kalium klorida ke dalam kandung kemih Anda. Jika Anda merasa sakit saat buang air kecil (anyang-anyangan) ketika disuntikkan kalium, ini bisa menjadi tanda dari sistitis. Pasalnya, orang dengan kandung kemih normal tidak akan merasakan perbedaan antara kedua cairan tersebut.

    Pengobatan

    Apa pengobatan yang tepat untuk penyakit ini?

    Berikut metode yang umum digunakan untuk mengatasi sistitis.

    1. Obat-obatan

    Obat-obatan yang bisa Anda minum untuk mengatasi gejala interstitial cystitis adalah:

    • Ibuprofen atau naproxen sodium untuk menghilangkan nyeri.
    • Amitriptyline atau imipramine, untuk membantu melemaskan kandung kemih dan mencegah nyeri.
    • Loratadine untuk mengurangi rasa ingin kencing.
    • Pentosan polysulfate sodium untuk melindungi kandung kemih dari zat-zat yang dapat menyebabkan iritasi.

    2. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)

    TENS memanfaatkan aliran listrik ringan untuk meredakan nyeri panggul. Pada kasus tertentu, metode ini bahkan dapat mengurangi rasa ingin kencing. Caranya, punggung atau area kemaluan Anda akan dipasangi kabel elektrik. Kabel inilah yang nantinya menghantarkan aliran listrik.

    3. Rangsangan saraf sakral

    Saraf sakral adalah penghubung antara saraf tulang belakang dan kandung kemih. Metode ini dilakukan dengan memasang kabel tipis di dekat saraf sakral. Kabel tersebut akan menghantarkan aliran listrik untuk memperbaiki fungsi kandung kemih.

    4. Distensi kandung kemih

    Distensi kandung kemih adalah prosedur meregangkan/melebarkan kandung kemih dengan air. Jika Anda merasakan kemajuan yang bertahan dalam waktu lama setelah prosedur ini, dokter mungkin akan mengulanginya saat diperlukan.

    5. Obat yang dimasukkan ke dalam kandung kemih

    Dokter memasukkan obat dimethyl sulfoxide ke dalam kandung kemih melalui kateter yang dipasang ke uretra. Anda lalu akan diminta buang air kecil untuk membuangnya. Pengobatan ini biasanya berlangsung selama 6-8 minggu.

    6. Operasi

    Operasi biasanya dilakukan bila pengobatan lainnya sudah dicoba dan gagal. Pilihan operasi yang bisa dilakukan antara lain:

    • Memasukkan alat lewat uretra untuk membakar luka yang muncul akibat sistitis.
    • Memasukkan alat lewat uretra untuk memotong luka.
    • Pembesaran kandung kemih.

    Perubahan gaya hidup

    Bagaimana cara mencegah interstitial cystitis?

    Berikut perbaikan gaya hidup yang dapat membantu Anda mencegah sistitis.

    • Hindari apa pun yang mengiritasi kandung kemih, seperti makanan masam dan pedas serta minuman berkafein (kopi, soda, teh).
    • Melatih kandung kemih dengan menjadwalkan buang air kecil sesuai jam-jam tertentu, bukan saat Anda merasa ingin kencing.
    • Menggunakan pakaian longgar agar perut dan kandung kemih tidak tertekan.
    • Mengendalikan stres. Ini merupakan salah satu cara terbaik untuk menjaga kesehatan kandung kemih.
    • Berhenti merokok, sebab merokok dapat memperburuk kondisi kandung kemih dan meningkatkan risiko kanker.
    • Melakukan latihan peregangan atau latihan otot panggul.

    Interstitial cystitis merupakan kondisi kronis pada kandung kemih. Artinya, kondisi ini telah berlangsung lama sehingga tidak boleh diabaikan. Jika Anda mengalami gejala sistitis, sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter untuk mendapatkan solusinya.

    Catatan

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 28/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan