backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Kateter Urine, Siapa yang Memerlukan dan Cara Pakainya

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Tamara Alessia · Tanggal diperbarui 27/10/2022

Kateter Urine, Siapa yang Memerlukan dan Cara Pakainya

Istilah pemasangan kateter urine pasti sudah tidak asing. Prosedur ini biasanya dilakukan pada beberapa pasien yang menjalani perawatan tertentu di rumah sakit. Memangnya, seperti apa prosedur kesehatan ini? Baca penjelasan lengkapnya dalam ulasan ini.

Apa itu kateter urine?

Kateter urine adalah alat berupa selang kecil tipis yang terbuat dari karet atau plastik berbahan lentur.

Alat ini dimasukkan ke dalam saluran kencing agar penggunanya bisa kencing dan membuang urine dengan normal. Biasanya, alat dipasang ke dalam kandung kemih melalui uretra pasien.

Tujuan pemasangan kateter urine adalah mengosongkan kandung kemih pada pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri dengan normal.

Pemasangan alat ini rata-rata dilakukan selama tiga hingga delapan hari. Namun, ada juga pemasangan kateter yang dilakukan setiap satu sampai dua minggu untuk mencegah terjadinya infeksi.

Ukuran alat bisa berbeda-beda, tergantung dengan usia dan kondisi pasien. Unit ukuran kateter disebut dengan French, yang setara dengan 1/3 dari 1 mm.

Ukuran kateter bervariasi dari 12 FR (kecil) sampai 48 FR (besar) atau sekitar 3 – 16 mm.

Kebocoran kateter urine bisa terjadi akibat kejang pada otot kandung kemih yang terkait dengan pemasangan alat yang tidak tepat. Untuk mengatasinya, pemasangan kateter perlu diperbaiki.

Perlu Diwaspadai

Kejang kandung kemih, kebocoran kateter, cedera uretra, penyempitan uretra, maupunn terbentuknya batu pada kandung kemih adalah efek samping dari kateter urine.

Siapa yang perlu memakai kateter urine?

sakit kandung kemih

Kateter urine digunakan dalam berbagai bidang medis, baik menangani penyakit tertentu maupun membantu prosedur operasi.

Alat ini biasanya diperlukan saat seseorang yang sedang sakit sehingga tidak bisa kencing hingga tuntas (anyang-anyangan).

Jika kandung kemih tidak dikosongkan, air kencing akan menumpuk dalam ginjal dan menyebabkan kerusakan hingga gagalnya fungsi ginjal itu sendiri.

Maka dari itu, kateter urine sangat dibutuhkan oleh orang-orang dengan kondisi berikut.

Seseorang juga perlu menggunakan kateter urin apabila dalam kondisi berikut ini.

  • Mengalami retensi urine, yakni kondisi ketika kandung kemih tidak dapat kosong seutuhnya.
  • Sedang tidak boleh banyak bergerak, misalnya akibat cedera atau usai operasi.
  • Frekuensi buang air kecil, jumlah urine yang keluar, dan aliran urine perlu dimonitor, misalnya pada pasien penyakit ginjal.
  • Memiliki kondisi medis yang memerlukan pemasangan kateter, seperti cedera saraf tulang belakang, multiple sclerosis, dan demensia.

Pemasangan kateter biasanya hanya sementara sampai pasien bisa kembali buang air kecil sendiri.

Meski begitu, orang lanjut usia atau yang menderita sakit parah mungkin perlu memakai kateter dalam jangka waktu panjang, dan kadang hingga permanen.

Berbagai jenis kateter urine dan cara kerjanya

kandung kemih overaktif, infeksi saluran kencing dan inkontinensia urin

Ada berbagai jenis kateter urine. Walaupun fungsinya sama, tiap jenis kateter digunakan dalam kondisi dan jangka waktu yang berbeda.

Berikut jenis kateter urin berdasarkan bahannya.

  • Kateter plastik: untuk pasien dengan penyakit yang tidak kronis. Alat ini dipakai sementara karena lebih mudah rusak dan tidak selentur bahan lainnya.
  • Kateter lateks: pemakaian jangka waktu kurang dari 3 minggu.
  • Kateter silikon murni: penggunaan selama 2-3 bulan karena bahannya lebih lentur dan cocok bagi saluran kencing (uretra).
  • Kateter logam: pemakaian sementara, biasanya untuk mengosongkan kandung kemih pada ibu yang baru melahirkan.

Tergantung tujuan dan kebutuhan orang tersebut, pemasangan kateter dapat bersifat sementara atau permanen.

Kateter urine yang dipasang secara permanen disebut juga sebagai permcath.

Jika dilihat dari kegunaannya, kateter urine terbagi menjadi tiga jenis utama sebagai berikut.

1. Indwelling catheter (kateter uretral atau suprapubik)

Indwelling catheter merupakan kateter yang dimasukkan ke dalam kandung kemih.

Disebut pula sebagai Foley catheter, alat ini biasanya digunakan untuk mengatasi inkontinensia urine atau retensi urine.

Penggunaan kateter disarankan kurang dari 30 hari. Kateter ini dipasangkan ke kandung kemih melalui uretra atau lubang kecil pada perut.

Ujung kateter dilengkapi sebuah balon kecil yang akan mengembang di dalam saluran kemih. Balon ini berfungsi menjaga posisi selang agar tidak bergeser.

2. Kateter kondom (kateter eksternal)

Pemasangan kateter jenis ini diperuntukkan bagi pria yang tidak punya masalah aliran urine, tapi belum mampu buang air kecil dengan normal akibat gangguan pada kondisi fisik atau mental.

Seperti namanya, kateter urine ini dipasang di luar tubuh dan berbentuk seperti kondom untuk menutupi kepala penis pasien.

Kateter kondom perlu diganti setiap hari bila tidak didesain untuk penggunaan jangka panjang.

Dibandingkan dengan indwelling catheter, kateter kondom lebih nyaman dan memiliki risiko infeksi yang lebih kecil.

Namun, pemakaian kateter ini dapat meningkatkan risiko iritasi kulit karena sering dilepas dan dipasang kembali.

3. Kateter intermiten (jangka pendek)

Kateter intermiten diperuntukkan bagi pasien yang belum mampu buang air kecil untuk sementara karena operasi.

Begitu kandung kemih dan saluran kemih kembali berfungsi normal, kateter urine akan dilepas.

Alat ini dapat dipasang sendiri di rumah atau dengan bantuan perawat. Selang dipasang melalui sayatan kecil pada uretra atau lubang kecil yang dibuat di bawah perut.

Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter untuk memahami cara memasangnya.

Prosedur pemasangan kateter urine

cara pemasangan kateter

Pemasangan kateter urine atau kateterisasi adalah prosedur untuk memasukkan selang kateter melalui saluran kencing (uretra) menuju kandung kemih.

Di sinilah air kencing ditampung sementara sebelum dikeluarkan dari tubuh.

Berikut langkah-langkahnya yang dilakukan tim medis dalam memasang kateter urine.

  • Pemasangan kateter dilakukan oleh perawat yang bertugas atas instruksi dari dokter.
  • Kateter harus dipasang ke tubuh pasien dalam prosedur yang benar-benar steril untuk menghindari risiko infeksi kandung kemih.
  • Perawat akan membuka dan membersihkan peralatan kateterisasi serta alat kelamin pasien terlebih dahulu.
  • Selang kemudian dilumuri dengan pelumas tertentu agar mudah dimasukkan ke dalam saluran kencing.
  • Anda mungkin akan diberi bius lokal terlebih dahulu untuk mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman saat dipasangi kateter.
  • Perawat memasukkan selang kateter ke dalam saluran kencing (uretra) sedikit demi sedikit.
  • Selang kateter akan dimasukkan kira-kira sekitar 5 cm, hingga mencapai leher kandung kemih Anda.
  • Setelah ini, Anda sudah bisa langsung buang air kecil menggunakan selang kateter. Urine akan mengalir melalui selang kateter, kemudian memasuki kantong urine.
  • Jangan lupa kosongkan kantong urine yang terhubung pada kateter Anda setiap 6-8 jam sekali.

Kebanyakan pemakaian kateter diperlukan sampai pasien bisa kembali buang air kecil sendiri. Biasanya, ini untuk pemakaian singkat dan kondisi kesehatan yang tidak parah.

Namun, orangtua yang telah lanjut usia, mereka yang cedera permanen, atau mengalami penyakit parah perlu menggunakan kateter urine lebih lama atau secara permanen.

Kateter urine merupakan alat yang penting bagi pasien operasi dan penderita gangguan sistem perkemihan.

Alat ini membantu mengeluarkan dan menampung urine hingga pasien bisa buang air kecil kembali dengan normal.

Perlu diketahui bahwa penggunaan kateter dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.

Jadi, pastikan Anda menjaga kebersihannya dan berkonsultasilah dengan dokter lebih lanjut.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Tamara Alessia · Tanggal diperbarui 27/10/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan