Tak hanya pria, wanita juga bisa mengalami ejakulasi saat orgasme atau yang disebut sebagai squirting. Namun, tidak semua wanita menyadari pengalaman ini.
Ketahui apa saja tanda Anda mengalami squirting, fakta dan mitos, serta cara aman melakukannya dalam ulasan berikut ini.
Apa itu squirting?
Squirting atau ejakulasi wanita adalah keluarnya cairan bening keputihan dari lubang kandung kemih (uretra) dalam vagina.
Namun, cairan ejakulasi wanita ini berbeda dengan urine maupun cairan pelumas alami dinding vagina.
Cairan orgasme wanita diproduksi dalam kelenjar Skene. Kelenjar Skene sendiri terletak di dalam vagina dan berfungsi mirip seperti prostat pada pria.
Cairan squirting punya ciri-ciri cenderung lebih kental, jumlah lebih sedikit, dan mirip dengan air mani pria.
Tanda wanita mengalami squirting
Setidaknya ada 10 – 50% wanita mengalami orgasme, tetapi tidak semua menyadari bahwa mereka merasakan ejakulasi.
Mengutip dari situs International Society for Sexual Medicine, squirting tidak hanya bisa terjadi saat wanita mencapai orgasme, tapi juga saat mendapatkan rangsangan seksual.
Jika squirting terjadi bersamaan dengan orgasme, Anda mungkin akan merasakan tanda-tanda orgasme pada umumnya seperti berikut.
- Otot vagina berkontraksi sekitar 1 kali per detik, sebanyak 5-8 kali.
- Detak jantung dan pernapasan semakin cepat.
- Wajah, leher, dan dada berubah menjadi kemerahan.
- Vagina terasa semakin basah.
- Klitoris terasa semakin sensitif, bahkan terasa tidak nyaman saat disentuh.
Tanda-tanda tersebut dapat berbeda pada setiap wanita. Namun, Anda tak perlu khawatir jika mengalaminya karena kondisi ini merupakan hal yang wajar.
Mitos dan fakta
Agar tak salah kaprah tentang squirting, perhatikan mitos dan faktanya dalam penjelasan berikut ini.
1. Semua wanita bisa squirting
Squirting adalah reaksi tubuh yang nyata dan normal. Faktanya, tidak berarti semua wanita bisa mengalaminya.
Sebuah penelitian dalam jurnal BJU International (2013) yang melibatkan 320 wanita melaporkan bahwa 78,8% wanita yang mengalami ejakulasi saat orgasme merasakan kehidupan intim mereka semakin baik.
Namun, belum ada jumlah pasti wanita yang pernah mengalami ejakulasi saat orgasme.
Pasalnya, sebagian wanita mungkin mengalami ejakulasi saat orgasme, tapi tidak selalu menyadarinya dan tidak selalu mengeluarkan cairan saat orgasme.
Pada kebanyakan kasus, cairan ejakulasi kadang akan ikut keluar bersama urine saat buang air kecil setelah bercinta.
2. Cairan yang keluar sama dengan urine
Selama ini banyak yang mengira bahwa cairan squirting sama seperti air urine sebab sama-sama keluar dari saluran kencing.
Faktanya tidak demikian. Cairan ini diproduksi oleh kelenjar Skene yang berada di dinding depan vagina.
Selama orgasme, otot-otot panggul akan mengendur sehingga katup kemih akan sulit untuk menahan aliran cairan dari dalam dan sekitar kandung kemih.
Menurut riset dalam The Journal of Sexual Medicine (2015), cairan squirting juga mungkin bercampur dengan urine sehingga cenderung lebih encer.
Ini bisa terjadi ketika otot vagina menegang setelah orgasme sehingga cairan ejakulasi dari kelenjar Skene berbalik mengalir ke dalam kandung kemih.
3. Wanita selalu squirting saat orgasme
Seperti halnya orgasme, tidak semua wanita pasti akan selalu ejakulasi saat berhubungan intim.
Beberapa wanita hanya mengalaminya satu kali seumur hidup, sedangkan yang lain cukup sering atau malah rutin.
Meski begitu, sampai saat ini belum ada persentase yang pasti terkait berapa banyak perempuan yang mampu mengalami ejakulasi seperti pria.
Squirting adalah reaksi normal tubuh yang dikendalikan oleh alam bawah sadar, sehingga kita tidak bisa memulai, merencanakan, atau mengira-ngira kapan hal tersebut akan terjadi.
Namun, beberapa posisi berhubungan intim, rangsangan seksual, serta emosi saat bercinta ikut memicu terjadinya squirting.
Tak perlu khawatir jika Anda atau pasangan tidak mengalami ejakulasi. Hal ini tidak menentukan kualitas kepuasan hubungan intim.
4. Volume cairan pasti akan banyak
Banyak orang menganggap saat squirting, wanita akan mengeluarkan banyak cairan seperti orang yang mengompol.
Padahal, faktanya tidak selalu begitu. Meski cairan ejakulasi ini berasal dari kandung kemih, cairan yang dihasilkan tidak akan sebanyak saat buang air kecil.
Volume cairan yang dihasilkan berkisar antara 15 – 110 ml atau rata-rata 60 ml.
Bahkan, menurut riset dalam jurnal The International Encyclopedia of Human Sexuality (2014), volume cairan ejakulasi ini bisa berkisar antara 3 – 5 ml saja.
Untuk itu, tak perlu cemas bila volume cairan ejakulasi yang Anda sedikit. Pasalnya, cairan ini juga dapat tercampur dengan urine sehingga volumenya bisa bervariasi.
5. Squirting harus dari stimulasi G-spot
Selama ini Anda mungkin mengira bahwa ejakulasi hanya bisa dicapai dengan cara merangsang G-spot karena area tersebut berada di depan vagina dan terhubung dengan uretra.
Namun, squirting tidak hanya bisa terjadi dengan stimulasi G-spot. Faktanya tidak semua ejakulasi wanita harus didapat dengan rangsangan G-spot.
Ada pula beberapa wanita yang mampu ejakulasi dari rangsangan klitoris.
Pada dasarnya stimulasi vagina apa pun bentuknya dapat memberikan kenikmatan, tak terkecuali lewat G-spot, anal, klitoris, atau gabungan semuanya.
Cara aman melakukan squirting
Jika ingin mencapai squirting, berikut beberapa tips yang bisa Anda coba selama berhubungan intim dengan pasangan.
- Bangun dorongan seksual Anda, misalnya skin to skin dengan pasangan.
- Lakukan foreplay agar tubuh Anda lebih siap menerima stimulasi seksual yang lebih intens.
- Berikan stimulasi pada area sensitif seperti G-spot atau klitoris.
- Tetap rileks dan tak perlu khawatir karena ejakulasi wanita tidak selalu menentukan kualitas hubungan intim Anda.
Kesimpulan
Squirting tidak bisa dipaksakan terjadi. Selalu komunikasikan dengan pasangan agar tercipta saling pengertian dalam hubungan intim yang aman. Bila memiliki kekhawatiran, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau terapis pernikahan kepercayaan Anda. [embed-health-tool-ovulation]