Hubungan seksual tidak cuma melibatkan penetrasi penis. Banyak pasangan yang mendahului sesi bercinta mereka dengan saling bercumbu untuk semakin mengobarkan gairah. Saling menggesekkan alat kelamin alias petting adalah salah satu aktivitas yang mungkin menjadi “pemanasan’ favorit sejumlah pasangan.
Setiap aktivitas seksual memiliki risikonya masing-masing. Bagaimana dengan petting? Berikut informasi lengkapnya.
Petting adalah pemanasan sebelum hubungan seks
Petting adalah istilah yang mencakup banyak aktivitas seks berbeda untuk meraih kenikmatan seksual tanpa sekalipun melakukan penetrasi. Petting seringnya disebut dengan bercumbu (making out) atau dry humping (frottage), alias “seks tanpa buka baju“.
Petting bisa termasuk memberikan dan/atau menerima cupang, berciuman, menggigit, menjilat, dan sentuhan seksual pada tubuh pasangan seperti meraba, memijat, membelai, meremas, hingga stimulasi puting dengan mulut atau tangan. Merangsang klitoris atau penis dengan tangan juga sering digolongkan sebagai aktivitas make out. Menggunakan mainan seks juga termasuk petting, bagi banyak pasangan. Lebih spesifiknya lagi, masyarakat Indonesia lebih mengaitkan istilah petting dengan kegiatan saling menggesekkan alat kelamin.
Petting bisa dilakukan dengan berpakaian lengkap, setengah-setengah (rangsangan dilakukan di balik pakaian), atau bahkan saling telanjang. Terlepas dari ada tidaknya pakaian yang masih menempel di tubuh, petting tidak sampai melibatkan penetrasi penis ke manapun — entah dimasukkan ke vagina, ke anus (seks anal), atau ke mulut (seks oral).
Bagi banyak pasangan, petting adalah “makanan pembuka’ alias foreplay sebelum penetrasi untuk mencapai klimaks. Akan tetapi, banyak juga pasangan yang sampai bisa orgasme hanya dengan bercumbu.
Apakah petting berisiko untuk kesehatan?
Secara umum, petting adalah aktivitas seks yang berisiko paling rendah terhadap penularan penyakit kelamin dan kehamilan apabila dibandingkan dengan seks penetrasi penis (oral, vaginal, atau anal).
Akan tetapi, risiko petting itu sendiri sebenarnya tergantung dari apa yang Anda lakukan, bagaimana cara melakukannya, dan apakah Anda atau pasangan seks Anda bersih dari penyakit menular. Jadi, lebih baik kita kupas satu per satu contohnya agar lebih jelas.
Apabila Anda berdua sama-sama bersih dari penyakit kelamin dan bercumbu (pakai baju atau tidak), entah dengan meraba, berciuman, stimulasi puting, mencupang, atau saling menggesekkan alat kelamin, tentu tidak akan terjadi penularan infeksi penyakit. Kecuali mungkin jika Anda atau pasangan Anda sedang sakit flu atau gondongan, berciuman bisa menularkan penyakitnya.
Lain ceritanya jika salah satu pihak memiliki penyakit kelamin menular. Inilah yang harus benar-benar diperhatikan. Pasalnya, banyak penyakit seksual menular yang bisa berpindah tangan lewat cairan tubuh seperti liur, cairan vagina, dan air mani, juga lewat kontak langsung dengan kulit yang luka atau dengan kutil. Sipilis, gonore, dan herpes adalah salah satu penyakit yang bisa ditularkan melalui oral dan sentuhan kulit ini.
Ketika Anda menyentuh sariawan tanda herpes oral di mulut pasangan, misalnya, atau menyentuh kutil kelaminnya selama melakukan seks oral atau handjob (stimulasi manual dengan tangan; baik ke vagina atau penis), lalu berpindah memegang kelamin atau bagian tubuh lain milik diri sendiri akan berisiko memindahkan penyakit tersebut ke tubuh Anda.
Begitu juga dengan saling menggesekkan alat kelamin tanpa pakai kondom. Cairan mani yang mengandung infeksi bisa menetes dan menyentuh kulit vagina, bahkan masuk ke dalamnya — cukup untuk menularkan penyakit kelamin.
Akan tetapi jika petting (saling menggesekkan alat kelamin) dilakukan dengan keduanya sama-sama masih berpakaian lengkap, risiko penularan penyakit tergolong kecil. Ini karena cairan tubuh akan cepat mengering begitu bertemu dengan bahan pakaian. Sperma tidak bisa menembus kain, dan virus atau bakteri apapun yang terkandung di dalamnya akan cepat mati.
Bagaimana dengan risiko kehamilan?
Risiko kehamilan dari petting, making out, atau dry humping terbilang sangat kecil — terutama jika dilakukan masih saling berpakaian. Sperma tidak bisa menembus kain. Sperma juga tidak bisa menembus pori-pori kulit wanita dan menyebabkan kehamilan.
Peluang hamil dari aktivitas ini barulah meningkat ketika dua orang yang terlibat sama-sama dalam keadaan telanjang dan si pria berejakulasi di luar (dekat lubang vagina) sehingga sangat mungkin cairan mani menetes masuk ke dalam dan akhirnya sperma berenang untuk bertemu dengan sel telur, yang kemudian berujung pada kehamilan.
Ingat juga bahwa ejakulasi di luar tubuh perempuan (misalnya di wajah atau dada) juga masih bisa merisikokan pemindahan infeksi penyakit kelamin dari cairan mani ketika menempel di luka terbuka pada tubuh wanita.
Awas kebablasan!
Satu risiko petting yang mungkin sering dihiraukan adalah “kebablasan’. Aktivitas petting, apapun yang Anda lakukan, biasanya tidak menggunakan kondom. Beberapa jenis aktivitasnya memang aman dilakukan tanpa kondom, misalnya meremas payudara, memeluk, memijat dan membelai.
Akan tetapi, gairah dan kenikmatan yang terus meningkat selama sesi bercumbu ini bisa membuat Anda dan pasangan terlena hingga lupa diri. Pada akhirnya, bukannya tidak mungkin Anda berdua jadi tanpa sadar saling buka pakaian dan terlibat dalam seks penetrasi sebelum keburu pakai kondom. Inilah yang dapat melipatgandakan risiko penularan penyakit kelamin atau bahkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Bagaimana cara petting yang aman?
Meskipun tidak melibatkan penetrasi, Anda tetap perlu berhati-hati. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memastikan Anda dan pasangan tetap aman selama petting adalah:
- Ketahui pasangan Anda termasuk sejarah seksual pasangan Anda.
- Tidak berbagi mainan seks tanpa mencucinya terlebih dahulu.
- Pastikan tangan bersih dari cairan tubuh (liur, air mani, cairan vagina) ketika menyentuh tubuh sendiri atau pasangan.
- Jangan bergonta ganti pasangan.
- Pastikan pakai kondom atau dental dam untuk seks oral.
[embed-health-tool-ovulation]