Vagina terasa gatal dan sakit bisa menjadi tanda dari vaginitis atau radang vagina yang dapat terjadi karena berbagai penyebab. Meski pada beberapa kasus dapat hilang dengan sendirinya, radang vagina yang parah berisiko menimbulkan masalah kesehatan lainnya.
Apa itu vaginitis?
![vaginitis atau radang vagina](https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2016/03/Vaginitis.jpg)
Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang menimbulkan rasa gatal, perih, hingga pembengkakan di organ intim ini.
Tergantung pada jenisnya, radang vagina umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, parasit, atau virus.Ā
Namun, berkurangnya kadar estrogen setelah menopause serta iritasi akibat penggunaan produk kewanitaan juga bisa menyebabkan penyakit pada wanita ini.
Anda perlu berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan penyebab pasti dari vaginitis untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Seberapa umum vaginitis?
Radang vagina sangat umum terjadi. Kebanyakan wanita pernah mengalami vaginitis setidaknya sekali dalam hidup.
Adapun kondisi ini dapat terjadi pada wanita dengan usia berapa pun. Namun, wanita muda yang aktif secara seksual lebih mungkin mengalaminya.Ā
Tanda dan gejala vaginitis
Gejala radang vagina atau vaginitis umumnya meliputi berikut ini.
Tergantung jenis radang vagina, keputihan atau cairan vagina yang muncul bisa berbeda-beda. Berikut ini beberapa contohnya.
- Bacterial vaginosis: cairan keluar bisa berwarna putih keabuan dan berbau busuk. Saat mengalami vaginitis, vagina Anda mungkin berbau amis yang umumnya lebih jelas setelah hubungan seksual.
- Infeksi jamur: keputihan yang kental yang menyerupai keju cottage.
- Trikomoniasis: cairan berwarna kuning kehijauan yang terkadang berbusa.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala vaginitis yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Kapan harus periksa ke dokter?
Anda harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala vaginitis berikut ini.
- Mengalami gejala vaginitis untuk pertama kalinya.
- Pernah mengalami radang vagina sebelumnya, tetapi gejala yang muncul terasa sangat mengganggu, berbeda, atau tak kunjung membaik meski telah mengonsumsi obat.
- Mengalami keputihan yang tidak normal atau tak biasa.
- Mengalami gejala vaginitis setelah berhubungan intim dengan pasangan lain.
- Anda mengalami gejala lainnya, seperti merasa panas dan menggigil atau nyeri panggul.
Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.
Penyebab vaginitis
![penyebab vagina hitam](https://cdn.hellosehat.com/2017/10/db537251-shutterstock_1319160941-400x265.jpg)
Tergantung dari jenisnya, berikut adalah beberapa penyebab dari vaginitis atau radang vagina.
1. Bacterial vaginosis
Jenis radang vagina ini merupakan yang paling umum.Ā Kondisi ini terjadi apabila keseimbangan bakteri di vagina terganggu, di mana bakteri jahat lebih banyak ketimbang bakteri baik.
Bacterial vaginosisĀ bukanlah infeksi menular seksual, tetapi lebih sering terjadi pada wanita yang aktif secara seksual. Namun, wanita yang tak aktif secara seksual juga bisa mengalaminya.
2. Infeksi jamur
Ini terjadi apabila jamur Candida albicans yang umum hidup pada vagina menjadi banyak, sehingga kemudian menginfeksi dan menimbulkan gejala yang mengganggu.
Infeksi jamur pada vagina bisa terjadi karena faktor kehamilan, diabetes, atau penggunaan obat antibiotik untuk mengatasi infeksi saluran kencing yang mengganggu keseimbangan vagina.
3. Trikomoniasis
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit mikroskopis satu sel yang disebut Trichomonas vaginalis. Parasit ini menular melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi.Ā
Pada pria, kuman ini menginfeksi saluran kencing, tapi sering kali tidak menunjukkan gejala. Namun pada wanita, jenis radang vagina ini bisa menimbulkan gejala.
4. Vaginitis yang tidak menular
Gatal-gatal dan perih pada vagina kadang dapat terjadi tanpa infeksi. Sering kali, hal tersebut merupakan reaksi alergi atau iritasi dari produk kewanitaan atau bahan lainnya.
Misalnya sabun berpewangi, semprotan vagina, douching, atau deterjen beraroma. Namun, benda asing di vagina, seperti tampon yang terlupakan, juga berisiko menyebabkan iritasi.
5. Sindrom genitourinari pada menopause
Berkurangnya kadar estrogen setelah menopause atau operasi pengangkatan indung telur dapat menyebabkan lapisan vagina menipis.
Kadang-kadang, kondisi ini menyebabkan gejala vaginitis, seperti iritasi, sensasi terbakar, dan kering pada vagina.Ā Ā
Faktor risiko vaginitis
Ada banyak faktor risiko untuk vaginitis atau radang vagina, yaitu sebagai berikut.
- Perubahan hormon akibat kehamilan, penggunaan pil KB, atau menopause.
- Aktivitas seksual yang tidak terproteksi.
- Diabetes yang tidak terkendali.
- Membersihkan vagina dengan sabun atau penggunaan produk kewanitaan lainnya, seperti semprotan vagina atau deodoran vagina.Ā
- Penggunaan obat-obatan, seperti antibiotik dan steroid.
- Douching.
- Mengenakan pakaian yang lembap atau terlalu ketat
- Penggunaan intrauterine device (IUD) untuk kontrasepsi.
- Gangguan yang memengaruhi sistem imun, seperti HIV atau menjalani transplantasi organ.
- Ganggian tiroid atau endokrin.
Diagnosis vaginitis
![usg transvaginal](https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2019/04/shutterstock_1415428931-1-400x267.jpg)
Menurut Mayo Clinic, dokter mungkin akan melakukan tindakan di bawah ini untuk mendiagnosis vaginitis (radang vagina).Ā
1. Melihat riwayat kesehatan Anda
Ini termasuk riwayat infeksi vagina atau penyakit menular seksual yang pernah Anda alami.Ā
2. Pemeriksaan panggul
Dalam pemeriksaan panggul, dokter Anda mungkin menggunakan alat (spekulum) untuk melihat apakah vagina Anda mengalami radang atau ada perubahan yang tidak normal.Ā
3. Mengumpulkan sampel untuk diperiksa di laboratorium
Dokter mungkin akan mengumpulkan sampel dari keputihan untuk memastikan jenis vaginitis yang Anda alami.Ā
4. Melakukan pemeriksaan pH
Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan pH pada vagina dengan memasang tongkat atau kertas pH di dinding vagina Anda.
Peningkatan pH dapat mengindikasikan bakteri vaginosis atau trikomoniasis.Ā Namun, pengujian pH saja bukan tes diagnostik yang dapat diandalkan.
Pengobatan vaginitis
Kunci untuk pengobatan vaginitis adalah mencari penyebab yang tepat. Tergantung pada jenis infeksi vaginitis, dokter akan menyarankan solusi radang vagina yang paling efektif.
- Antibiotik. Obat antibiotik oral atau topikal, seperti metronidazole atau clindamycin mungkin akan diberikan untuk mengatasi radang vagina akibatĀ bacterial vaginosisĀ atau trichomoniasis.
- Antijamur. Obat antijamur krim atau supositoria, seperti miconazole, clotrimazole, atau tioconazole, atau antijamur oral, seperti fluconazole diflucan, biasanya diberikan untuk vaginitis akibat infeksi jamur.
- Estrogen. Obat ini bisa berupa krim, tablet, cincin vagina untuk mengatasi sindrom genitourinari menopause.
- Menghindari iritan penyebab iritasi pada vagina. Misalnya, sabun, deterjen, pembalut, atau tampon, jika radang vagina terjadi akibat hal-hal tersebut.
Tanyakan pada dokter untuk pengobatan vaginitis atau radang vagina yang tepat sesuai kondisi Anda.
Perawatan rumahan vaginitis
Vaginitis terkait bacterial vaginosis,Ā trikomoniasis, serta sindrom genitourinari menopause hanya dapat diobati dengan pengobatan dari dokter.
Pengobatan rumahan mungkin hanya berlaku bila Anda mengalami radang vagina akibat infeksi jamur. Berikut pengobatan rumahan yang mungkin bisa Anda lakukan.
- Menggunakan obat infeksi jamur yang bisa dibeli bebas di apotek.
- Menempelkan kompres dingin ke area vulva untuk meredakan rasa tidak nyaman hingga pengobatan antijamur bekerja.
Komplikasi vaginitis
![obat infeksi jamur vagina](https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2018/09/obat-infeksi-jamur-vagina-400x257.jpg)
Peradangan pada vagina yang terkaitĀ bacterial vaginosisĀ dan trikomoniasis berisiko lebih besar terkena penyakit menular seksual serta HIV.
Sementara bila terjadi pada ibu hamil, radang vagina ini lebih mungkin menyebabkan komplikasi kehamilan, seperti kelahiran prematur.
Pencegahan vaginitis
Beberapa cara berikut bisa Anda lakukan sebagai bentuk pencegahan terhadap radang vagina.
- Menerapkan cara membersihkan vagina yang tepat. Misalnya membersihkan vagina dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet serta menghindari penggunaan sabun antiseptik dan produk kewanitaan yang mengandung pewangi.
- Hindari douching.
- Menerapkan cara berhubungan intim yang aman, seperti menggunakan kondim dan tidak gonta-ganti pasangan.
- Hindari menggunakan celana yang ketat serta dapat menahan panas dan lembab.
- Hindari menggunakan pakaian renang yang basah atau setelah berkeringat dalam waktu yang lama.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.