Beberapa artikel populer di internet membahas manfaat ejakulasi secara rutin, salah satunya menurunkan risiko kanker prostat pada pria. Lantas, seperti apa cara masturbasi atau mengeluarkan sperma yang aman bagi kesehatan? Simak pembahasannya berikut ini.
Ragam cara mengeluarkan sperma pada pria
Bagi pria yang sudah aktif secara seksual, pengalaman mencapai orgasme dan ejakulasi tentu akan memberikan kepuasan, kesenangan, relaksasi, dan emosi positif lainnya.
Ejakulasi pada pria sendiri ditandai dengan keluarnya air mani dan sperma, baik melalui suatu hubungan intim dengan pasangan maupun tidak.
Secara umum, berikut beberapa cara masturbasi yang sehat dan aman.
1. Masturbasi
Masturbasi alias onani merupakan cara yang sehat untuk mengeluarkan sperma tanpa berhubungan intim.
Faktanya, masturbasi juga menjadi cara paling aman untuk mendapatkan kenikmatan tanpa perlu khawatir akan risiko kehamilan atau penularan penyakit kelamin.
Pria melakukan onani dengan memberikan rangsangan pada Mr. P, misalnya dengan menyentuh atau memijat, hingga mengeluarkan air mani dan sperma saat ejakulasi.
Aktivitas ini biasanya dikaitkan bagi orang yang menjomlo. Namun, masturbasi setelah menikah bisa dilakukan dengan memberikan rangsangan pada area intim satu sama lain.
2. Hubungan seks
Melakukan hubungan intim dengan pasangan tentu memberikan sensasi orgasme dan ejakulasi yang berbeda bila dibandingkan dengan masturbasi.
Sensasi yang dimaksud berasal dari rangsangan pada Mr. P saat melakukan penetrasi dalam.
Tidak hanya bertujuan untuk mengeluarkan sperma, aktivitas intim ini juga menjadi cara paling umum untuk mendapatkan kehamilan dan memperoleh keturunan.
Namun, saat memilih metode ini, pastikan Anda melakukan hubungan intim yang aman. Dengan begitu, Anda bisa terlindungi dari infeksi menular seksual, seperti klamidia, gonore, dan HIV/AIDS.
3. Mimpi basah
Apabila air mani dan sperma tidak dikeluarkan dengan masturbasi atau hubungan intim, tubuh akan melepaskannya melalui emisi nokturnal atau lebih dikenal sebagai mimpi basah.
Meski mimpi basah sering dikaitkan selama masa pubertas, kondisi ini bisa terjadi kapan saja.
Pada umumnya, kondisi ini terjadi ketika seseorang bermimpi tentang hal-hal sensual. Tingkat hormon yang tinggi dan kurangnya aktivitas seksual juga memicu mimpi basah.
Frekuensi mimpi basah akan berkurang seiring bertambahnya usia. Namun, bila Anda mimpi basah setiap hari, sebaiknya segera periksakan ke dokter.
Namun, sebuah penelitian dalam jurnal European Urology (2016) menyebutkan bahwa pria sebaiknya ejakulasi 21 kali setiap bulan untuk menurunkan risiko terkena kanker prostat.
Para peneliti melakukan survei pada 31.925 pria untuk mengetahui seberapa sering mereka ejakulasi dan apakah mereka merasakan gejala kanker prostat selama 20 tahun terakhir.
Meski hasil studi ini menunjukkan adanya hubungan antara frekuensi ejakulasi dan menurunnya risiko kanker prostat, keterkaitan keduanya masih perlu diteliti lebih lanjut.
Frekuensi ejakulasi pada setiap pria dapat berbeda-beda. Hal ini akan bergantung pada beberapa faktor, seperti usia, status hubungan, dan kesehatan tubuh.
Pria berusia di bawah 30 tahun umumnya mengalami ejakulasi lebih sering dibandingkan dengan pria yang lebih tua. Frekuensi ejakulasi akan terus menurun seiring bertambahnya usia.
Manfaat mengeluarkan sperma
Belum banyak studi ilmiah yang membahas manfaat ejakulasi untuk kesehatan secara spesifik.
Kendati begitu, cara mengeluarkan sperma yang berasal dari rangsangan pada area sensitif pria atau fantasi seksual diketahui membantu meningkatkan kadar hormon oksitosin dan dopamin.
Kedua hormon ini membantu mengurangi stres, membangun emosi positif, dan meningkatkan suasana hati (mood) menjadi lebih baik.
Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Public Health (2019) menunjukkan hasil survei pada 778 orang dewasa mengenai hubungan antara orgasme dan kualitas tidur.
Hasilnya, diketahui bahwa orgasme lewat masturbasi membantu seseorang tertidur lebih cepat dan meningkatkan kualitas tidurnya secara keseluruhan.
Orgasme juga dapat melepaskan endorfin, yakni hormon pada otak yang sering disebut sebagai obat penghilang rasa sakit alami.
Tidak hanya itu, penelitian lainnya dari University of Münster, Jerman, juga menemukan bahwa aktivitas intim membantu meredakan migrain dan sakit kepala cluster.
Dampak terlalu sering mengeluarkan sperma
Cara masturbasi atau mengeluarkan sperma yang salah, seperti terlalu bersemangat atau kasar, dapat menyebabkan iritasi dan bahkan infeksi pada area kulit sekitar alat vital pria.
Pada kondisi yang cukup parah, Anda juga lebih berisiko mengalami cedera atau patah penis.
Tentu, ada beragam manfaat masturbasi dan berhubungan intim yang bisa Anda rasakan. Akan tetapi, jangan sampai hal ini malah mengganggu kehidupan sehari-hari Anda.
Jika Anda memiliki dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang sulit dikendalikan, ini bisa menjadi pertanda hiperseksualitas alias kecanduan seks.
Beberapa tanda-tanda seseorang mengidap kecanduan seks antara lain sebagai berikut.
Tidak mampu membatasi diri dari dorongan seksual, seperti terlalu sering berhubungan intim atau masturbasi berlebihan.
Tidak kunjung memperoleh kepuasan setelah melakukan aktivitas intim.
Sering melakukan masturbasi atau hubungan intim sebagai pelarian dari masalah yang dialami.
Merasa bersalah, tetapi tidak bisa berhenti melakukan aktivitas intim yang berlebihan.
Kesulitan untuk melakukan interaksi sosial dengan teman, keluarga, atau rekan kerja.
Mengeluarkan sperma, baik melalui masturbasi atau berhubungan intim, seharusnya menjadi aktivitas yang menyenangkan dan tidak membebani diri Anda.
Apabila Anda mengalami kecanduan dan merasa sulit untuk menghentikannya, akan lebih baik untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Keduanya akan membantu menentukan strategi yang tepat untuk mengendalikan kecanduan yang Anda alami.
Kesimpulan
Ada beragam cara mengeluarkan sperma, mulai dari masturbasi, berhubungan seks, hingga mimpi basah.
Orgasme dan ejakulasi bisa membantu meningkatkan suasana hati, mengurangi stres, membuat tidur lebih nyenyak, dan bahkan mengatasi migrain.
Meski bermanfaat, aktivitas seksual yang berlebihan mungkin menyebabkan kecanduan.
Jangan ragu untuk konsultasi dengan psikolog atau psikiater bila Anda kesulitan untuk menghentikannya.
[embed-health-tool-ovulation]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Safer Sex. (2022). Planned Parenthood. Retrieved January 18, 2023, from https://www.plannedparenthood.org/learn/stds-hiv-safer-sex/safer-sex
Is masturbation good for you? (2022). Planned Parenthood. Retrieved January 18, 2023, from https://www.plannedparenthood.org/learn/teens/sex/masturbation
Does excessive masturbation have health risks? (2020). Planned Parenthood. Retrieved January 18, 2023, from https://www.plannedparenthood.org/learn/ask-experts/does-excessive-masturbation-have-health-risks
What Are Wet Dreams? (2019). Nemours KidsHealth. Retrieved January 18, 2023, from https://kidshealth.org/en/teens/expert-wet-dreams.html
Sex Addiction: Causes, Symptoms, Treatment & Recovery. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved January 18, 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/22690-sex-addiction-hypersexuality-and-compulsive-sexual-behavior
Lastella, M., O’Mullan, C., Paterson, J. L., & Reynolds, A. C. (2019). Sex and Sleep: Perceptions of Sex as a Sleep Promoting Behavior in the General Adult Population. Frontiers in public health, 7, 33. https://doi.org/10.3389/fpubh.2019.00033
Herbenick, D., Bowling, J., Fu, T. J., Dodge, B., Guerra-Reyes, L., & Sanders, S. (2017). Sexual diversity in the United States: Results from a nationally representative probability sample of adult women and men. PloS one, 12(7), e0181198. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0181198
Rider, J. R., Wilson, K. M., Sinnott, J. A., Kelly, R. S., Mucci, L. A., & Giovannucci, E. L. (2016). Ejaculation Frequency and Risk of Prostate Cancer: Updated Results with an Additional Decade of Follow-up. European urology, 70(6), 974–982. https://doi.org/10.1016/j.eururo.2016.03.027
Hambach, A., Evers, S., Summ, O., Husstedt, I. W., & Frese, A. (2013). The impact of sexual activity on idiopathic headaches: an observational study. Cephalalgia : an international journal of headache, 33(6), 384–389. https://doi.org/10.1177/0333102413476374
Versi Terbaru
02/02/2023
Ditulis oleh Satria Aji Purwoko
Ditinjau secara medis olehdr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.