Tubektomi dapat menjadi pilihan kontrasepsi steril untuk mencegah kehamilan secara permanen pada wanita. Tubektomi juga dikenal dengan sebutan metode operasi wanita (MOW). Kontrasepsi MOW memiliki keberhasilan tinggi dalam mencegah kehamilan, bahkan bisa menurunkan risiko kanker tertentu, tapi ada pula risikonya.
Untuk mempertimbangkan dengan baik, ketahui dulu fakta-fakta kontrasepsi MOW dalam ulasan berikut ini.
Fakta-fakta mengenai kontrasepsi MOW
Dalam prosedur tubektomi, dokter akan melakukan pemotongan dan pengikatan tuba falopi, yakni saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim.
Hal ini menyebabkan sel telur yang keluar dari ovarium tidak bisa mencapai rahim. Pemotongan atau pengikatan tuba falopi juga akan menghambat sel sperma membuahi sel telur.
Prosedur ini akan mencegah kehamilan, tapi amankah untuk kesehatan reproduksi wanita? Simak fakta lengkapnya berikut.
1. Pilihan kontrasepsi yang efektif
![memilih alat kontrasepsi](https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2023/11/8bf7b2ad-shutterstock_1266659281-1-400x267.jpg)
MOW bisa jadi pilihan metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi pasangan yang ingin mencegah kehamilan secara permanen.
Hal ini karena tingkat keberhasilan metode kontrasepsi MOW dalam mencegah kehamilan bisa mencapai 99 persen.
Mengutip Mayo Clinic, hanya ada sekitar 1 dari 100 orang yang hamil di tahun pertama setelah melaksanakan prosedur KB satu ini
2. Menurunkan risiko kanker ovarium
Tidak hanya bisa mencegah kehamilan, kontrasepsi MOW juga dapat menurunkan risiko kanker ovarium.
Prosedur ini melibatkan pemotongan tuba falopi yang sering kali menjadi tempat tumbuhnya sel kanker ovarium.
Namun, tubektomi tidak dapat melindungi Anda dari risiko infeksi menular seksual. Anda tetap perlu menerapkan hubungan intim yang aman untuk mencegah risiko penyakit menular seksual.
3. Masih tetap mengalami menstruasi
Beberapa orang mengira bahwa melakukan prosedur tubektomi akan menghentikan siklus menstruasi, tetapi faktanya tidak demikian.
Anda masih akan tetap mengalami menstruasi setelah menjalani prosedur kontrasepsi MOW atau tubektomi.
Tidak seperti KB hormonal, tubektomi tidak mempengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh sehingga siklus menstruasi tetap berjalan normal.
Menstruasi juga terjadi di rongga endometrium yang berada di lapisan dalam rahim, bagian bawah saluran tuba. Jadi, penyumbatan dalam saluran tuba tidak akan menghalangi aliran menstruasi.
4. Prosedur bisa dilakukan bersamaan dengan persalinan
Kontrasepsi MOW melibatkan prosedur pembedahan yang bisa dilakukan bersamaan dengan operasi caesar untuk menghindari operasi tambahan di kemudian hari.
Ketika tubektomi dilakukan bersamaan dengan operasi caesar, dokter akan melakukan pemotongan atau pengikatan tuba falopi segera setelah bayi lahir melalui sayatan bedah untuk persalinan.
Dengan begitu, pasien tidak perlu menjalani anestesi dan masa pemulihan yang lebih panjang karena pemulihan tubektomi akan terjadi bersamaan dengan pemulihan operasi caesar.
5. Meningkatkan risiko kehamilan ektopik
Meski tubektomi efektif dalam mencegah kehamilan, risiko terjadinya kehamilan tetap bisa terjadi.
Saat kehamilan terjadi, kontrasepsi MOW dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik, yakni kondisi ketika sel telur yang telah dibuahi sperma tumbuh di luar rongga rahim.
Studi dalam jurnal Iberoamerican Journal Medicine mengungkapkan bahwa dari 184 pasien dengan kehamilan ektopik yang diteliti, ada sekitar 17 pasien (10%) dengan kehamilan ektopik yang memiliki riwayat prosedur tubektomi atau operasi tuba lainnya.
Kehamilan ektopik bisa sangat membahayakan ibu karena sel telur yang menempel pada tempat yang tidak seharusnya bisa menyebabkan perdarahan internal atau infeksi.
6. Memiliki risiko efek samping
![kehamilan ektopik terganggu](https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2022/11/3ad71fb3-kehamilan-ektopik-terganggu-400x267.jpg)
Tidak berbeda dengan jenis kontrasepsi lainnya, tubektomi bisa juga memiliki efek samping yang perlu Anda pertimbangkan.
Efek samping kontrasepsi MOW antara lain perut kembung, mual, pusing, kram perut, dan sakit di area bahu. Namun, efek samping ini biasanya akan membaik dalam beberapa hari setelah operasi.
Dalam beberapa kasus, tubektomi dapat menyebabkan komplikasi, seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan pada vagina, demam, nyeri panggul atau perut, serta munculnya nanah atau darah dari bekas sayatan.
Jika hal ini terjadi, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Kini, Anda telah mengetahui fakta-fakta mengenai kontrasepsi MOW.
Meskipun ada operasi untuk menyambungkan tuba falopi kembali (reversal tubectomy), tingkat keberhasilannya rendah dan biayanya cukup mahal.
Jadi, bicarakan baik-baik dengan pasangan untuk mempertimbangkan manfaat dan risiko prosedur ini.
Kesimpulan
Inilah fakta-fakta mengenai KB MOW yang perlu diketahui sebelum menjalani prosedur ini. - Memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk mencegah kehamilan.
- Menurunkan risiko kanker ovarium.
- Masih tetap mengalami menstruasi.
- Prosedur bisa dilakukan bersamaan dengan operasi caesar.
- Meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
- Memiliki risiko efek samping.
[embed-health-tool-ovulation]